Pemerintah harus usut penyebab kematian Tarlem
A
A
A
Sindonews.com - Penyebab kematian Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Subang, Jawa Barat, Tarlem binti Unus Tajem (44), masih mengundang tanda tanya. Anggota Komisi IX DPR Herlini Amran menilai, kabar tentang apa penyebab meninggalkan TKI di Amman, Yordania, ini masih sumir.
Jika memang sakit, pemerintah harus jelas dan tegas mengumumkan perihal sakitnya Tarlem, sakit apa dan kenapa sakit. "Apabila benar Tarlem sakit, ini pun akan menjadi pertanyaan, mengapa orang sakit diizinkan dan diberangkatkan sebagai TKI. Seharusnya, pemerintah selektif tidak asal mengirim tenaga kerja ke luar negeri," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu kepada Sindonews Selasa (10/1/2011).
Kata dia, pemerintah harus memperhatikan kesehatan seluruh TKI yang akan diberangkat. Jangan hanya lantaran memikirkan devisa negara dari subsektor itu, maka persyaratan untuk menjadi TKI termasuk kesehatan diabaikan. "Pemeriksaan kesehatan harus benar-benar dilakukan, bukan hanya formalitas saja," kata wanita asal Kepulauan Riau ini.
Pihaknya akan terus memantau dan mendesak pemerintah memberikan kejelasan mengenai kematian Tarlem. "Terakhir kabarnya tidak jadi diautopsi karena ternyata di Yordania sana sudah diautopsi, maka itu kami ingin mengetahui kepastiannya," tukas Herlini.
Diharapkan pemerintah tidak menutup-nutupi penyebab kematian Tarlem. Jika ada ketidakwajaran di balik kematian Tarlem, pemerintah harus bertanggung jawab.
Jenazah Tarlem diterbangkan dari Yordania ke Indonesia menggunakan Itihad Air Lines dan tiba di Tanah Air Minggu 8 Januari, melalui cargo Bandara Internasional Seokarno Hatta, Cengkareng, Tangerang.
Tarlem menjadi TKI 13 April 2010. Lalu 14 Desember 2011 keluarga mendapat kabar kematian Tarlem. Bahkan, Tarlem meninggal sejak 24 November. Tak ada kejelasan mengapa Tarlem meninggal. Pihak keluarga meyakini kematian Tarlem tidak wajar, karena pihak majikan tak pernah mau menjelaskan.
"Dulu awalnya Tarlem sering menelepon, tapi setelah 15 bulan kerja, majikannya membatasi komunikasi, saya berkomunikasi terkahir 13 November 2011 setelah itu tidak pernah lagi," kata suami Tarlem bernama Awes (43). Tidak itu saja, Tarlem juga mulai jarang mengirimkan gaji ke rumah. (lin)
Jika memang sakit, pemerintah harus jelas dan tegas mengumumkan perihal sakitnya Tarlem, sakit apa dan kenapa sakit. "Apabila benar Tarlem sakit, ini pun akan menjadi pertanyaan, mengapa orang sakit diizinkan dan diberangkatkan sebagai TKI. Seharusnya, pemerintah selektif tidak asal mengirim tenaga kerja ke luar negeri," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu kepada Sindonews Selasa (10/1/2011).
Kata dia, pemerintah harus memperhatikan kesehatan seluruh TKI yang akan diberangkat. Jangan hanya lantaran memikirkan devisa negara dari subsektor itu, maka persyaratan untuk menjadi TKI termasuk kesehatan diabaikan. "Pemeriksaan kesehatan harus benar-benar dilakukan, bukan hanya formalitas saja," kata wanita asal Kepulauan Riau ini.
Pihaknya akan terus memantau dan mendesak pemerintah memberikan kejelasan mengenai kematian Tarlem. "Terakhir kabarnya tidak jadi diautopsi karena ternyata di Yordania sana sudah diautopsi, maka itu kami ingin mengetahui kepastiannya," tukas Herlini.
Diharapkan pemerintah tidak menutup-nutupi penyebab kematian Tarlem. Jika ada ketidakwajaran di balik kematian Tarlem, pemerintah harus bertanggung jawab.
Jenazah Tarlem diterbangkan dari Yordania ke Indonesia menggunakan Itihad Air Lines dan tiba di Tanah Air Minggu 8 Januari, melalui cargo Bandara Internasional Seokarno Hatta, Cengkareng, Tangerang.
Tarlem menjadi TKI 13 April 2010. Lalu 14 Desember 2011 keluarga mendapat kabar kematian Tarlem. Bahkan, Tarlem meninggal sejak 24 November. Tak ada kejelasan mengapa Tarlem meninggal. Pihak keluarga meyakini kematian Tarlem tidak wajar, karena pihak majikan tak pernah mau menjelaskan.
"Dulu awalnya Tarlem sering menelepon, tapi setelah 15 bulan kerja, majikannya membatasi komunikasi, saya berkomunikasi terkahir 13 November 2011 setelah itu tidak pernah lagi," kata suami Tarlem bernama Awes (43). Tidak itu saja, Tarlem juga mulai jarang mengirimkan gaji ke rumah. (lin)
()