Pilpres 2014, Parpol tolak mekanisme konvensi
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah partai politik menolak menerapkan mekanisme konvensi untuk menentukan dan menetapkan figur yang akan diusung sebagai bakal calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres). Selain memiliki aturan internal sendiri, mekanisme konvensi juga dinilai berpeluang menimbulkan praktik jual beli suara.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan menegaskan, penetapan capres dan cawapres ditentukan Majelis Tinggi Partai Demokrat. Kader partai akan menerima apa pun keputusan majelis tinggi. Ramadhan memandang, mekanisme konvensi membuka peluang terjadi praktik money politic.Itu karena hanya segelintir orang yang mengambil keputusan dalam sistem konvensi.
“Ini yang dapat menimbulkan gejolak dalam tubuh partai,” ujar anggota Komisi II DPR itu di Jakarta kemarin.
Di tempat terpisah, Ketua Umum Partai NasDem Patrice Rio Capella memandang mekanisme konvensi tidak menjamin suara yang diberikan akan sama saat pilpres.
“Ketika di konvensi menang,belum tentu saat pemilihan presiden juga menang,” ujarnya.
Dia menekankan, setiap parpol memiliki aturan internal mengenai penetapan capres. Terlepas dari sistem yang digunakan, kata Rio, sebaiknya proses politik diarahkan agar benar-benar mencari kandidat yang mampu membawa perubahan.
Parpol dapat menempuhnya dengan cara memperhatikan nama-nama yang beredar di masyarakat. Kendati memerlukan waktu yang panjang, Rio optimistis parpol dapat melakukannya. “Ini PR (pekerjaan rumah) bagi parpol untuk mampu melakukan perubahan,” tandas Rio.
Sementara itu, pengamat politik dari Charta Politica Yunarto Wijaya menyatakan bahwa Partai Demokrat justru harus mulai memunculkan figurfigur capres potensial untuk disaring melalui mekanisme konvensi.
Dengan cara ini akan lahir seorang tokoh populer untuk mewariskan daya tarik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sudah tidak bisa lagi mencalonkan diri menjadi capres. Dengan mekanisme konvensi, ungkap dia, Demokrat tidak hanya bisa mengangkat calon dari internal, tapi juga bisa menarik simpati rakyat melalui figur kompetitif dari eksternal partai.
“Akan ada secercah harapan bagi Demokrat untuk memperkuat ketokohan. Masalah tokoh ini termasuk hal utama dalam menarik pemilih, selain faktor kekuatan uang dan kekuatan mesin partai,” ungkapnya. (*)
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan menegaskan, penetapan capres dan cawapres ditentukan Majelis Tinggi Partai Demokrat. Kader partai akan menerima apa pun keputusan majelis tinggi. Ramadhan memandang, mekanisme konvensi membuka peluang terjadi praktik money politic.Itu karena hanya segelintir orang yang mengambil keputusan dalam sistem konvensi.
“Ini yang dapat menimbulkan gejolak dalam tubuh partai,” ujar anggota Komisi II DPR itu di Jakarta kemarin.
Di tempat terpisah, Ketua Umum Partai NasDem Patrice Rio Capella memandang mekanisme konvensi tidak menjamin suara yang diberikan akan sama saat pilpres.
“Ketika di konvensi menang,belum tentu saat pemilihan presiden juga menang,” ujarnya.
Dia menekankan, setiap parpol memiliki aturan internal mengenai penetapan capres. Terlepas dari sistem yang digunakan, kata Rio, sebaiknya proses politik diarahkan agar benar-benar mencari kandidat yang mampu membawa perubahan.
Parpol dapat menempuhnya dengan cara memperhatikan nama-nama yang beredar di masyarakat. Kendati memerlukan waktu yang panjang, Rio optimistis parpol dapat melakukannya. “Ini PR (pekerjaan rumah) bagi parpol untuk mampu melakukan perubahan,” tandas Rio.
Sementara itu, pengamat politik dari Charta Politica Yunarto Wijaya menyatakan bahwa Partai Demokrat justru harus mulai memunculkan figurfigur capres potensial untuk disaring melalui mekanisme konvensi.
Dengan cara ini akan lahir seorang tokoh populer untuk mewariskan daya tarik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sudah tidak bisa lagi mencalonkan diri menjadi capres. Dengan mekanisme konvensi, ungkap dia, Demokrat tidak hanya bisa mengangkat calon dari internal, tapi juga bisa menarik simpati rakyat melalui figur kompetitif dari eksternal partai.
“Akan ada secercah harapan bagi Demokrat untuk memperkuat ketokohan. Masalah tokoh ini termasuk hal utama dalam menarik pemilih, selain faktor kekuatan uang dan kekuatan mesin partai,” ungkapnya. (*)
()