Momen Kebangkitan Produk Lokal

Senin, 09 Januari 2012 - 07:47 WIB
Momen Kebangkitan Produk Lokal
Momen Kebangkitan Produk Lokal
A A A
Sindonews.com - Pemerintah harus mendorong pengembangan mobil Kiat Esemka. Keberadaan mobil karya siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Solo, Jawa Tengah, ini bisa menjadi momentum membangkitkan produk lokal.

Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Harry Warganegara mengatakan, saat ini tengah mengalir deras arus bawah yang menginginkan pengembangan produk nasional.

Kesempatan ini harus dijadikan momentum oleh pemerintah dan kalangan dunia usaha untuk mengembangkan produk nasional. “Kita sebenarnya dengan mudah memproduksi sendiri, sebab sumber daya manusia kita sudah bagus.Pesawat saja bisa kita buat, apalagi kalau cuma mobil. Selain mobil, harusnya handphone, komputer, sepeda motor, sampai peniti dan silet kita buat sendiri,” ujar Harry di Jakarta, kemarin.

Dia berpandangan,pengembangan produk nasional, termasuk automotif,membutuhkan dukungan pemerintah.Sebab, tanpa ada kemauan politik dari pemerintah,berbagai proyek pengembangan produk nasional akan sama nasibnya dengan produk-produk sebelumnya seperti mobil nasional Timor. “Di Indonesia ini semua kita punya, pasar ada, SDM bagus, lahan ada, yang kurang cuma political will tuntas dari penguasa,” ujar Harry.

Mobil Kiat Esemka yang diproduksi siswa SMK di Solo bekerja sama dengan Kiat Motor, Klaten, Jawa Tengah, belakangan menjadi perhatian publik setelah digunakan Wali Kota Solo Joko Widodo (Jokowi) sebagai kendaraan dinas.

Pesanan dari berbagai kalangan terus mengalir. Kemarin, Kosgoro memborong 40 unit mobil Esemka. Sebelumnya, sejumlah pejabat,baik di pusat maupun daerah, berencana membeli Esemka.

Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Joko Sutrisno mengatakan, mobil Kiat Esemka telah dipesan hingga ratusan unit. Jumlah itu diyakini akan terus meningkat hingga ribuan unit. “Ada dua jenis mobil,yakni SUV dan pikap, tetapi yang sudah banyak dipesan jenis SUV,” katanya.

Sekretaris Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan RB) Tasdik Kinanto mengatakan, mobil SMK perlu diuji terlebih dulu dari segi keamanan dan efisiensi bahan bakarnya. Jika hasil pengujian membuktikan mobil itu layak dipakai, Kemenpan dan RB akan mengusulkan penggunaan mobil Esemka sebagai mobil dinas.

“ Jangan sampai setelah ditetapkan sebagai mobil dinas, tapi tidak aman dan malah mahal harga karena komponennya, bukannya boros namanya. Makanya semua harus lewat pengujian dulu,”kata Tasdik.

Wakil Menpan dan RB Eko Prasojo menambahkan, penggunaan mobil SMK sebagai mobil dinas memang perlu karena dapat menciptakan pola hidup sederhana di kalangan pejabat. Langkah tersebut sejalan dengan program percepatan reformasi birokrasi yang salah satunya adalah efisiensi penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana kerja pegawai negeri.

“Penggunaan mobil buatan anak SMK ini patut didukung. Sebab, komponen terbesarnya berasal dari dalam negeri sehingga lebih efisien dari sisi anggaran,” terangnya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menuturkan, pemerintah akan mendukung pengembangan mobil Esemka dengan penambahan anggaran.

Anggaran ini tidak hanya didukung oleh Kemendikbud dan kementerian lain, melainkan juga kucuran dana tambahan dari pemerintah daerah. Selain itu perakitannya juga akan bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan juga perusahaan swasta.

Nuh mengatakan, mobil Esemka memang bisa dijadikan sumber inspirasi untuk pengembangan mobil nasional. Kalau semua persyaratan teknis sudah beres,mobil Esemka akan masuk ke ranah komersial. Proses ini tidak mudah lantaran karena banyaknya pemain lama di bidang automotif. “Namun jika disinergikan dengan BUMN, kita akan berani mengembangkan produk lokal kita,”ungkapnya.

Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Syarif Hidayat mengatakan,mobil nasional punya potensiuntuk dikembangkan di dalam negeri. Namun, hal itu membutuhkan proses dan waktu cukup lama. Apalagi jika ingin bersaing dengan sejumlah prinsipal besar yang sudah lebih dulu memiliki pasar di dalam negeri.

“Sangat memungkinkan untuk diproduksi dan dikembangkan di dalam negeri.Tapi untuk tahun ini berat.Itu butuh persiapan panjang,” katanya. Salah satu persiapannya adalah menyediakan komponen mobil yang mencakup ribuan item.

Produsen mobil harus menata dengan baik sumber komponen itu. Dengan demikian, tidak mungkin dalam waktu satu tahun bisa memproduksi mobil dengan jumlah banyak. Idealnya, produksi mobil dalam proses perakitan sebanyak 30.000–50.000 unit per tahun, sedangkan untuk full manufacturing di atas 50.000 unit per tahun.

Mobil nasional juga membutuhkan investor yang serius. Sebab, proses produksi mobil nasional dalam jumlah banyak membutuhkan modal sangat besar.“Mulai dari sumber komponen hingga pola produksi harus betul-betul dipelajari. Setelah bisa dipelajari dengan baik, kita baru bisa mengatakan apakah mobil itu kompetitif atau tidak,”ujarnya.

Ketua II Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang juga Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Johannes Nangoi mengatakan, produksi dan pengembangan mobil nasional membutuhkan investasi sangat besar sehingga perlu pemodal yang serius.

Dia berpendapat, mobil nasional harus bisa melewati proses produksi dari awal hingga akhir di Indonesia dengan menggunakan komponen buatan dalam negeri. Jadi, tidak sekadar dirakit di dalam negeri lalu bisa dikatakan sebagai mobil nasional.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5632 seconds (0.1#10.140)