Penguasa diam ketika rakyat butuh pertolongan
A
A
A
Sindonews.com - Insiden kekerasan bersenjata yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) kembali meletus. Kamis, 5 Januari 2012 sekira pukul 19.05 WIB, kembali terjadi penembakan di Desa Simpang Anak Galong, Sukamakmur, Aceh Besar. Tiga pekerja bangunan dikabarkan menjadi korban dalam insiden itu. Kejadian berulang itu menandakan polisi tidak mampu mengayomi warganya.
Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP) Yosanna H. Laoly menyatakan pihaknya mengutuk keras aksi biadab penembakan di Bireuen Aceh Utara dan baru terjadi di Desa Simpang Aceh Besar.
Dia menyesalkan, insiden yang terjadi di Aceh Besar dan mempertanyakan kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab khususnya kepolisian agar dapat bekerja dengan baik
Menurutnya, pemerintah sering kali absen dalam memberikan perlindungan dan rasa aman kepada seluruh rakyat, pemerintah yang dipilih langsung oleh rakyat tidak bisa memelihara kepercayaan. Rakyat ditinggalkan dan dibiarkan mencari perlindungan.
"Tidak terselesaikannya kasus yang Bima, Mesuji dan Aceh menandakan penguasa lebih sibuk menjaga citra politik,pemerintah terkesan diam ketika rakyat membutuhkan pertolongan ," ucapnya di Jakarta, Jumat (6/1/2012).
Yosanna mengatakan, aparat dalam hal ini polisi yang seharusnya memberikan perlindungan dan rasa aman malah turut melakukan kekerasan terhadap warga negara hal ini terbukti dengan kasus BIMA NTB dan Aceh yang sampai sekarang kasusnya belum tuntas, bahkan ada lagi.
"Jika ini didiamkan saya yakin kejadian penembakan ini akan terus-menerus ada," tegasnya.
Dia menambahkan kekerasan yang muncul di masyarakat belakangan ini menandakan Polri tidak mampu melindungi dan mengayomi sesuai dengan amanat konstitusi pasal 30 ayat 4 UUD NKRI 1945.
"Jika Polri mampu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan Hukum, tentunya kejadia di Aceh besar semalam tidak akan terjadi dan berulang-ulang," tuntasnya. (wbs)
Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP) Yosanna H. Laoly menyatakan pihaknya mengutuk keras aksi biadab penembakan di Bireuen Aceh Utara dan baru terjadi di Desa Simpang Aceh Besar.
Dia menyesalkan, insiden yang terjadi di Aceh Besar dan mempertanyakan kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab khususnya kepolisian agar dapat bekerja dengan baik
Menurutnya, pemerintah sering kali absen dalam memberikan perlindungan dan rasa aman kepada seluruh rakyat, pemerintah yang dipilih langsung oleh rakyat tidak bisa memelihara kepercayaan. Rakyat ditinggalkan dan dibiarkan mencari perlindungan.
"Tidak terselesaikannya kasus yang Bima, Mesuji dan Aceh menandakan penguasa lebih sibuk menjaga citra politik,pemerintah terkesan diam ketika rakyat membutuhkan pertolongan ," ucapnya di Jakarta, Jumat (6/1/2012).
Yosanna mengatakan, aparat dalam hal ini polisi yang seharusnya memberikan perlindungan dan rasa aman malah turut melakukan kekerasan terhadap warga negara hal ini terbukti dengan kasus BIMA NTB dan Aceh yang sampai sekarang kasusnya belum tuntas, bahkan ada lagi.
"Jika ini didiamkan saya yakin kejadian penembakan ini akan terus-menerus ada," tegasnya.
Dia menambahkan kekerasan yang muncul di masyarakat belakangan ini menandakan Polri tidak mampu melindungi dan mengayomi sesuai dengan amanat konstitusi pasal 30 ayat 4 UUD NKRI 1945.
"Jika Polri mampu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan Hukum, tentunya kejadia di Aceh besar semalam tidak akan terjadi dan berulang-ulang," tuntasnya. (wbs)
()