Soal Penolakan Pemakaman Pasien Corona, Psikolog: Ketakutan Tak Rasional
A
A
A
JAKARTA - Penolakan masyarakat terhadap pemakaman jenazah pasien positif Corona terjadi di sejumlah tempat. Kondisi tersebut mengundang keprihatinan berbagai pihak.
Psikolog sosial dari Universitas Indonesia (UI), Hamdi Moeloek menilai penolakan masyarakat muncul akibat informasi mengenai virus Corona (Covid-19) tidak sampai secara utuh kepada masyarakat tingkat bawah.
Dia mengatakan, tidak semua masyarakat dapat memahami sebuah informasi secara lengkap, objektif, menyeluruh, tuntas.
Informasi yang dipahami masyarakat, khususnya di tingkat bawah adalah virus Corona itu berbahaya, menular dan menyebabkan kematian. Berbekal informasi tersebut, masyarakat diliputi rasa ketakutan.
“Ketika wabah yang menyebar di seluruh dunia, tidak ada sosialisasi yang sempurna. Negara maju pun itu ada fenomena ketimpangan pemahaman. Itu terekam dalam situasi sosial, misalnya dalam kasus wabah SARS dan MERS,” tutur Hamdi kepada SINDOnews, Jumat (03/04/2020). (Baca Juga: Meninggal Usai Dijenguk Cucu, Warga Enggan Kuburkan Jenazah)
Hamdi menilai perlu sosialisasi, edukasi dengan memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat di tingkat bawah agar benar-benar memahami tentang virus Corona.
Kendati demikian, Hamdi mengingatkan jangan lantas memberikan informasi yang justru menganggap Corona tidak berbahaya.
“Nanti sense of crisis-nya enggak mumcul. Yang proporsional, tepat dan akurat. Kalau hari ini kita menjumpai banyak yang menolak, ini lebih merefleksikan ketakutan yang tidak rasional,” tuturnya.
Psikolog sosial dari Universitas Indonesia (UI), Hamdi Moeloek menilai penolakan masyarakat muncul akibat informasi mengenai virus Corona (Covid-19) tidak sampai secara utuh kepada masyarakat tingkat bawah.
Dia mengatakan, tidak semua masyarakat dapat memahami sebuah informasi secara lengkap, objektif, menyeluruh, tuntas.
Informasi yang dipahami masyarakat, khususnya di tingkat bawah adalah virus Corona itu berbahaya, menular dan menyebabkan kematian. Berbekal informasi tersebut, masyarakat diliputi rasa ketakutan.
“Ketika wabah yang menyebar di seluruh dunia, tidak ada sosialisasi yang sempurna. Negara maju pun itu ada fenomena ketimpangan pemahaman. Itu terekam dalam situasi sosial, misalnya dalam kasus wabah SARS dan MERS,” tutur Hamdi kepada SINDOnews, Jumat (03/04/2020). (Baca Juga: Meninggal Usai Dijenguk Cucu, Warga Enggan Kuburkan Jenazah)
Hamdi menilai perlu sosialisasi, edukasi dengan memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat di tingkat bawah agar benar-benar memahami tentang virus Corona.
Kendati demikian, Hamdi mengingatkan jangan lantas memberikan informasi yang justru menganggap Corona tidak berbahaya.
“Nanti sense of crisis-nya enggak mumcul. Yang proporsional, tepat dan akurat. Kalau hari ini kita menjumpai banyak yang menolak, ini lebih merefleksikan ketakutan yang tidak rasional,” tuturnya.
(dam)