Ini Kelompok Masyarakat yang Jadi Target Utama Rapid Test Corona

Kamis, 19 Maret 2020 - 17:43 WIB
Ini Kelompok Masyarakat...
Ini Kelompok Masyarakat yang Jadi Target Utama Rapid Test Corona
A A A
JAKARTA - Pemerintah segera melakukan rapid test corona secara masal. Dalam hal ini ada kelompok masyarakat yang diutamakan untuk mengikuti rapid test tersebut.

Hal ini dikatakan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo seusai rapat terbatas, Kamis (19/3/2020).

"Kemudian siapa saja targetnya? Tentunya targetnya adalah masyarakat secara luas, terutama mereka yang secara fisik telah mengalami kontak dengan pasien positif. Tentunya ini menjadi prioritas utama," kata Doni Monardo.

(Baca juga: Korban Corona Terus Berjatuhan, 6 Orang Meninggal dalam Satu Hari)

Dia mengatakan, akan sulit jika seluruh masyarakat melakukan rapid test. Pasalnya jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak kurang lebih 270 juta jiwa.

"Jadi mungkin hasil koordinasi dengan tim medis di lapangan, dengan mereka yang tergabung dalam tim deteksi yang terdiri dari tim gabungan, ada unsur TNI, unsur Polri, ada juga unsur dari intelejen yaitu BIN, untuk bisa memeberikan masukan. Sehingga siapa kira-kira yang wajib melakukan rapid test," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan agar rapid test corona segera dilaksanakan. Rapid test ini dilakukan merupakan deteksi dini terhadap seseorang yang berpotensi terpapar virus corona.

"Segera lakukan rapid tes. Tes cepat dengan cakupan lebih besar agar deteksi dini, kemungkinan indikasi awal seorang terpapar Covid-19 bisa dilakukan," katanya.

Jokowi juga memerintahkan agar alat rapid test terus diperbanyak. Termasuk juga memperbanyak tempat-tempat untuk melakukan tes tersebut.

"Melibatkan rumah sakit baik pemerintah, milik BUMN, Pemda, rumah sakit milik TNI/Polri, dan swasta. Dan lembaga riset dan pendidikan tinggi yang mendapatkan rekomendasi Kementerian Kesehatan," ungkapnya.

Di mana rapid test yang akan dijalankan menggunakan spesimen darah bukan spesimen tenggorokan seperti pada umumnya. Namun hanya dapat mendeteksi orang yang telah terpapar selama seminggu.

Jika belum, maka hasilnya akan negatif. Meski begitu keuntungan dari rapid test menggunakan spesimen darah adalah tidak dibutuhkan sarana pemeriksaan laboratorium pada bio security level dua. Sehingga dapat dilaksanakan di hampir seluruh laboratorium kesehatan yang ada di rumah sakit di Indonesia.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1092 seconds (0.1#10.140)