Survei IPO: Tito Karnavian Berpotensi Jadi Kuda Hitam di 2024
A
A
A
JAKARTA - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian disebut-sebut berpotensi menjadi kuda hitam dalam Pilpres 2024 mendatang.
Nama mantan Kapolri tersebut masuk sebagai salah satu tokoh baru hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO) bersama sejumlah nama lain seperti Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Puan Maharani, Tri Rismaharini, Airlangga Hartarto, Khofifah Indar Parawansa, Zulkifli Hasan, dan Gatot Nurmantyo.
Dalam kategori Tokoh Potensial Lintas Sektor, dia masuk kategori calon wakil presiden (cawapres) potensial sebesar 64,3% dan untuk potensi calon presiden 13,9%.
Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah Putra mengatakan, Tito Karnavian merupakan tokoh yang juga menarik perhatian dan berpotensi menjadi kuda hitam.
Menurut Dedi, saat pertama kali dianggat menjadi menteri, Tito termasuk yang tidak cukup dipercaya publik, namun setelah 100 hari kerja posisinya melejit ke empat besar bahkan melampaui Prabowo yang berada di posisi kelima.
"Saya tertariknya Pak Tito ini muncul secara drastis. Ini termasuk yang mengejutkan. Kami berharap 2024 muncul tokoh-tokoh besar yang memiliki komitmen dalam memajukan negara kita," kata Dedi saat diskusi bertajuk Political Outlook 2024: Regenerasi Elite Politik Nasional Indonesia Masa Depan di d'consulate, Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2020).
Menurut Dedi, dalam deretan tokoh-tokoh baru, Tito dinilai sebagai sosok yang minim catatan negatif. Dia membandingkan dengan seperti Anies Baswedan yang dinilai publik sebagai replikasi atau tokoh penerus Prabowo Subianto. Selain itu, berbagai kebijakan yang dikeluarkan Anies di DKI Jakarta juga banyak mendapatkan penilakan.
"Anies memiliki potensi hatter tinggi, itu menjadi persoalan. Sementara tokoh lain seperti Ganjar Pranowo, dia harus bertarung dulu di partainya. Ridwan Kamil juga punya citra buruk dalam komitmen ke parpol. PKS saja barang kali sedikit 'jutek' ke Ridwan Kamil," katanya.
Survei IPO tersebut dilakukan pada Januari 2020 di 27 provinsi dengan jumlah responden 1.600 dengan sampling error 4,5% dan tingkat akurasi data 97%.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan, sebuah penelitian yang dilakukan dengan metodologi yang benar memang bisa menggambarkan suara publik saat ini. Namun, kemungkinan besar masih banyak perubahan perubahan.
"Seperti Prabowo dikatakan di situ kalau dia maju lagi, masyarakat mengatakan akan kalah, belum tentu kalah. Menurut saya Pak Prabowo masih punya kans besar untuk memenangkan pilpres di depan kalau yang dilawan hanya tokoh-tokoh seperti itu. Berbeda kalau muncul orang seperti Joko Widodo lagi," katanya.
Menurut Arief, orang yang mempunyai karakter seperti Joko Widodo akan sulit Prabowo mengalahkannya. Yang dimaksud Arief adalah tokoh yang muncul dari bawah. "Kalau dalam istilah Jawa-nya itu muncul satrio piningit, munculnya itu dari bocah angon, Prabowo susah ngalahin itu," katanya.
Menurutnya, kriteria bocah angon itu dalam tatanan Jawa adalah seorang titisan raja, tetapi masyarakat tidak pernah tahu siapa dia. "Tetapi dia membumi dengan rakyat, dia mencium dengan bau keringat rakyat, dia pernah bermain sepak bola bupak di sawah, dia pernah ngangon sapi, dia pernah mencuri mangga, dia pernah punya sekumpulan kawan-kawan di kampung, itu tanda tanda seorang bocah angon," urainya.
Nama mantan Kapolri tersebut masuk sebagai salah satu tokoh baru hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO) bersama sejumlah nama lain seperti Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Puan Maharani, Tri Rismaharini, Airlangga Hartarto, Khofifah Indar Parawansa, Zulkifli Hasan, dan Gatot Nurmantyo.
Dalam kategori Tokoh Potensial Lintas Sektor, dia masuk kategori calon wakil presiden (cawapres) potensial sebesar 64,3% dan untuk potensi calon presiden 13,9%.
Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah Putra mengatakan, Tito Karnavian merupakan tokoh yang juga menarik perhatian dan berpotensi menjadi kuda hitam.
Menurut Dedi, saat pertama kali dianggat menjadi menteri, Tito termasuk yang tidak cukup dipercaya publik, namun setelah 100 hari kerja posisinya melejit ke empat besar bahkan melampaui Prabowo yang berada di posisi kelima.
"Saya tertariknya Pak Tito ini muncul secara drastis. Ini termasuk yang mengejutkan. Kami berharap 2024 muncul tokoh-tokoh besar yang memiliki komitmen dalam memajukan negara kita," kata Dedi saat diskusi bertajuk Political Outlook 2024: Regenerasi Elite Politik Nasional Indonesia Masa Depan di d'consulate, Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2020).
Menurut Dedi, dalam deretan tokoh-tokoh baru, Tito dinilai sebagai sosok yang minim catatan negatif. Dia membandingkan dengan seperti Anies Baswedan yang dinilai publik sebagai replikasi atau tokoh penerus Prabowo Subianto. Selain itu, berbagai kebijakan yang dikeluarkan Anies di DKI Jakarta juga banyak mendapatkan penilakan.
"Anies memiliki potensi hatter tinggi, itu menjadi persoalan. Sementara tokoh lain seperti Ganjar Pranowo, dia harus bertarung dulu di partainya. Ridwan Kamil juga punya citra buruk dalam komitmen ke parpol. PKS saja barang kali sedikit 'jutek' ke Ridwan Kamil," katanya.
Survei IPO tersebut dilakukan pada Januari 2020 di 27 provinsi dengan jumlah responden 1.600 dengan sampling error 4,5% dan tingkat akurasi data 97%.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan, sebuah penelitian yang dilakukan dengan metodologi yang benar memang bisa menggambarkan suara publik saat ini. Namun, kemungkinan besar masih banyak perubahan perubahan.
"Seperti Prabowo dikatakan di situ kalau dia maju lagi, masyarakat mengatakan akan kalah, belum tentu kalah. Menurut saya Pak Prabowo masih punya kans besar untuk memenangkan pilpres di depan kalau yang dilawan hanya tokoh-tokoh seperti itu. Berbeda kalau muncul orang seperti Joko Widodo lagi," katanya.
Menurut Arief, orang yang mempunyai karakter seperti Joko Widodo akan sulit Prabowo mengalahkannya. Yang dimaksud Arief adalah tokoh yang muncul dari bawah. "Kalau dalam istilah Jawa-nya itu muncul satrio piningit, munculnya itu dari bocah angon, Prabowo susah ngalahin itu," katanya.
Menurutnya, kriteria bocah angon itu dalam tatanan Jawa adalah seorang titisan raja, tetapi masyarakat tidak pernah tahu siapa dia. "Tetapi dia membumi dengan rakyat, dia mencium dengan bau keringat rakyat, dia pernah bermain sepak bola bupak di sawah, dia pernah ngangon sapi, dia pernah mencuri mangga, dia pernah punya sekumpulan kawan-kawan di kampung, itu tanda tanda seorang bocah angon," urainya.
(dam)