Corona Menerjang, Masyarakat Tetap Tenang
A
A
A
JAKARTA - Virus Corona mengguncang dunia, tak terkecuali Indonesia. Terlebih sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya ada dua WNI asal Depok yang terinfeksi virus Corona, sontak masyarakat Indonesia pun dibuat kalang kabut.
Sejak dua kasus pertama mencuat, kasus berikutnya pun mulai bermunculan. Achmad Yurianto, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, di Istana Kepresidenan pada 8 Maret 2020 mengatakan, bahwa kasus positif virus Corona di Indonesia telah menjadi 6 orang. Dalam sekejap, jumlah tersebut naik signifikan. Per 10 Maret 2020, jumlah penderita sudah mencapai 27 orang.
Litbang SINDO menyelenggarakan survei untuk mengukur sikap masyarakat terhadap wabah virus Corona. Hasilnya beragam. Namun berdasarkan survei yang digelar secara online tersebut, sebanyak 68% responden mengaku bersikap biasa saja terhadap munculnya wabah virus Corona. (Baca Juga: Lockdown Belum Jadi Opsi Pemerintah Cegah Penyebaran Corona).
Responden dalam golongan ini sepakat, bahwa dalam situasi seperti ini, masyarakat sudah seharusnya bersikap tenang sehingga bisa berpikir jernih dalam mengantisipasi wabah Corona. "Yang penting jaga kebersihan saja. Lebih sering cuci tangan, karena penyebaran kuman bersumber dari tangan," ujar Cahya, warga Jakarta.
Lain halnya dengan 32 responden lainnya yang mengaku sangat terpengaruh dengan adanya kondisi ini. "Siapa yang tidak panik lihat korbannya sudah banyak berjatuhan. Saya takut kalau harus pergi ke tempat-tempat umum," ujar Ana, mahasiswa asal Depok, Jawa Barat.
Seperti diketahui, setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan temuan kasus virus Corona pertama di Indonesia, sebagian masyarakat dilanda kepanikan yang luar biasa. Mereka memborong beras, mi instan, masker, serta hand sanitizer atau penyanitasi tangan.
Para pedagang masker juga seolah tak mau melewatkan kesempatan ini. Harga masker naik drastis, dari yang sebelumnya dihargai Rp25.000-Rp30.000 per box, harganya kini naik menjadi Rp300.000-Rp350.000. Meski melonjak, nyatanya masker tetap ludes diborong.
Tingkatkan Langkah Antisipasi dan Penanganan
Semakin bertambahnya jumlah masyarakat Indonesia yang terkena virus Corona, menjadi pertanda bagi pemerintah untuk segera meningkatkan langkah antisipasi dan penanganan. Dalam hasil survei, langkah pemerintah selama ini dinilai belum optimal. Sebanyak 41% responden menjawab tidak puas dengan upaya yang sudah dilakoni pemerintah. Para responden berharap agar pemerintah bisa segera ambil langkah cepat untuk meredam jatuhnya korban.
Pengawasan pengunjung yang baru datang dari negara terdampak virus Corona adalah salah satu langkah yang harus ditingkatkan oleh pemerintah saat ini versi para responden. Begitupun sejumlah upaya antisipasi dan penanganan lainnya seperti menyosialisasikan gejala virus Corona pada masyarakat sekaligus langkah-langkah antisipasi yang perlu dilakukan (29%).
Selain itu koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah juga harus semakin digalakkan (13%). Begitu pula dengan upaya penanganan seperti penyediaan fasilitas isolasi serta karantina yang memadai bagi pasien Corona (10%). Tak kalah penting adalah, masyarakat juga berharap agar pihak keamanan bisa melakukan penindakan hukum terhadap orang-orang yang menyebarkan hoax tentang virus ini.
Faktanya, kepanikan masyarakat tak lain disebabkan karena begitu derasnya informasi yang beredar di masyarakat. Masyarakat yang tidak memiliki pemahaman yang cukup dengan mudahnya dapat terpancing. Hal inilah yang dikhawatirkan dapat memunculkan ketidakstabilan sosial dan membuat situasi menjadi chaos. (Tika Vidya Utami/Wiendy Hapsari).
Sejak dua kasus pertama mencuat, kasus berikutnya pun mulai bermunculan. Achmad Yurianto, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, di Istana Kepresidenan pada 8 Maret 2020 mengatakan, bahwa kasus positif virus Corona di Indonesia telah menjadi 6 orang. Dalam sekejap, jumlah tersebut naik signifikan. Per 10 Maret 2020, jumlah penderita sudah mencapai 27 orang.
Litbang SINDO menyelenggarakan survei untuk mengukur sikap masyarakat terhadap wabah virus Corona. Hasilnya beragam. Namun berdasarkan survei yang digelar secara online tersebut, sebanyak 68% responden mengaku bersikap biasa saja terhadap munculnya wabah virus Corona. (Baca Juga: Lockdown Belum Jadi Opsi Pemerintah Cegah Penyebaran Corona).
Responden dalam golongan ini sepakat, bahwa dalam situasi seperti ini, masyarakat sudah seharusnya bersikap tenang sehingga bisa berpikir jernih dalam mengantisipasi wabah Corona. "Yang penting jaga kebersihan saja. Lebih sering cuci tangan, karena penyebaran kuman bersumber dari tangan," ujar Cahya, warga Jakarta.
Lain halnya dengan 32 responden lainnya yang mengaku sangat terpengaruh dengan adanya kondisi ini. "Siapa yang tidak panik lihat korbannya sudah banyak berjatuhan. Saya takut kalau harus pergi ke tempat-tempat umum," ujar Ana, mahasiswa asal Depok, Jawa Barat.
Seperti diketahui, setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan temuan kasus virus Corona pertama di Indonesia, sebagian masyarakat dilanda kepanikan yang luar biasa. Mereka memborong beras, mi instan, masker, serta hand sanitizer atau penyanitasi tangan.
Para pedagang masker juga seolah tak mau melewatkan kesempatan ini. Harga masker naik drastis, dari yang sebelumnya dihargai Rp25.000-Rp30.000 per box, harganya kini naik menjadi Rp300.000-Rp350.000. Meski melonjak, nyatanya masker tetap ludes diborong.
Tingkatkan Langkah Antisipasi dan Penanganan
Semakin bertambahnya jumlah masyarakat Indonesia yang terkena virus Corona, menjadi pertanda bagi pemerintah untuk segera meningkatkan langkah antisipasi dan penanganan. Dalam hasil survei, langkah pemerintah selama ini dinilai belum optimal. Sebanyak 41% responden menjawab tidak puas dengan upaya yang sudah dilakoni pemerintah. Para responden berharap agar pemerintah bisa segera ambil langkah cepat untuk meredam jatuhnya korban.
Pengawasan pengunjung yang baru datang dari negara terdampak virus Corona adalah salah satu langkah yang harus ditingkatkan oleh pemerintah saat ini versi para responden. Begitupun sejumlah upaya antisipasi dan penanganan lainnya seperti menyosialisasikan gejala virus Corona pada masyarakat sekaligus langkah-langkah antisipasi yang perlu dilakukan (29%).
Selain itu koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah juga harus semakin digalakkan (13%). Begitu pula dengan upaya penanganan seperti penyediaan fasilitas isolasi serta karantina yang memadai bagi pasien Corona (10%). Tak kalah penting adalah, masyarakat juga berharap agar pihak keamanan bisa melakukan penindakan hukum terhadap orang-orang yang menyebarkan hoax tentang virus ini.
Faktanya, kepanikan masyarakat tak lain disebabkan karena begitu derasnya informasi yang beredar di masyarakat. Masyarakat yang tidak memiliki pemahaman yang cukup dengan mudahnya dapat terpancing. Hal inilah yang dikhawatirkan dapat memunculkan ketidakstabilan sosial dan membuat situasi menjadi chaos. (Tika Vidya Utami/Wiendy Hapsari).
(zik)