Wacana Capres-Cawapres 2024 Dinilai Masih Terlalu Dini

Kamis, 12 Maret 2020 - 15:23 WIB
Wacana Capres-Cawapres...
Wacana Capres-Cawapres 2024 Dinilai Masih Terlalu Dini
A A A
JAKARTA - Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 masih terlalu lama pelaksanaannya. Namun yang menarik, wacana pencalonan sejumlah nama untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini sudah mulai muncul.

Apalagi baru-baru ini sudah mulai muncul wacana capres dan cawapres, baik itu yang disampaikan oleh sejumlah tokoh politik hingga beberapa lembaga survei.

(Baca juga: Beredar Nama Gatot Nurmantyo dalam Suksesi Kursi Ketua Umum Demokrat)

Pengamat politik Parameter Research Consultant, Edison Lapalelo menganalogikan dalam sebuah prediksi, akan terjadi gerhana politik di Indonesia.

"Artinya Jokowi sebagai Presiden hari ini, itu menjadi energi yang harus kita sebut Matahari. Dalam jeda waktu kepemimpinan Jokowi di periode kedua yang belum 1 tahun berjalan sudah muncul wacana-wacana bahkan rilis hasil survei diikuti deklarasi mendukung tokoh tertentu menjadi calon presiden dan calon wakil presiden," kata Edison Lapalelo di Jakarta, Kamis (12/3/2020).

"Tentunya, siapapun tokoh yang diwacanakan menjadi Capres dan Cawapres itu adalah bintang-bintang bahkan bulan yang lagi berotasi dalam energi yang kuat dari matahari yang hari ini adalah Jokowi di Indonesia. Inilah yang akan menimbulkan gerhana Politik di Indonesia," sambungnya.

Wacana lain seperti adanya kemungkinan capres berasal dari kalangan nonmuslim dan sempat pula disinggung oleh Jokowi, Edison menyatakan, jika hal itu tidak perlu dijadikan polemik.

"Saya kira tidak usah dipolemikan. Jangan kita membesarkan hal yang sesungguhnya tanpa disebut Jokowi pun di negara ini memberikan kesempatan bagi semua warga negara untuk menjadi presiden. Memang realitas politik dari semenjak negara ini ada sampai sekarang ini belum ada presiden yang dari non muslim," ujarnya.

Terkait kepemimpinan nonmuslim dalam pemerintahan, Edison lalu mencontohkan bagaimana sejarah telah membuktikan bahwa di Indonesia pernah ada seorang pejabat pemerintah dari kalangan non muslim yang terus menjabat berkali-kali.

"Johanis Liemena pernah dipercayakan 7 kali menjadi pejabat Presiden, itu artinya di Republik Indonesia, hak sebagai warga negara itu semuanya sama," imbuh Edison.

Lantas soal wacana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang juga disiapkan beberapa pihak sebagai Capres 2024, serta Menteri BUMN Erick Thohir dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadahlia yang juga dideklarikan oleh IMF untuk maju sebagai Capres-Cawapes 2024, Edison menilai, jika hal itu terlalu cepat untuk diwacanakan.

"Nah di sinilah yang saya bilang tadi, baik Ahok, Erick Thohir dan Bahlil, beliau ini adalah bintang-bintang yang lagi bersinar terang dibawa Matahari yang namanya Pak Jokowi," ujarnya.

Oleh karena itu baginya, ini terlalu prematur dan terlalu dini untuk mambangun wacana seolah-olah bahwa beliau-beliau ini sangat impresif terhadap Capres dan Cawapres 2024.

"Saya kira seperti Ahok beliau baru dipercayakan menjadi Komisaris Utama di Pertamina dan disampaikan lagi menjadi kandidat kuat Kepala Badan Otorita Ibu Kota baru," ucapnya.

"Saya kira cukup sampai disitu kita jangan terlalu cepat berwacana bahwa Ahok disiapkan menjadi Capres dan bisa menimbulkan lagi sentimen setuju dan tidak setuju dan muncul lagi perbedaan pendapat yang cukup tajam," sambungnya.

Menurutnya, sudah cukup dengan belahan yang cukup besar akibat fenomena Ahok, karena itu biarkanlah Ahok berkerja dulu. Buktikan lagi kepada bangsa ini bahwa Ahok memang pantas berada pada posisi yang dipercayakan hari ini.

"Kalau terkait dengan Erick Thohir dan Bahlil, saya kira dua tokoh muda ini adalah bintang-bintang yang lagi bersinar oleh karena itu mari kita memberi suport kepada beliau-beliau untuk fokus pada tugas dan kerja mereka sebagai menteri-menteri yang dipercayakan oleh Jokowi. Kalau soal intergritas, kapasitas pada Erick dan Bahlil kita tidak perlu ragu. Mereka layak untuk dibicarakan," ujarnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9417 seconds (0.1#10.140)