Rencana Sertifikat Bebas Virus Corona Dinilai Tidak Ada Manfaatnya
A
A
A
JAKARTA - Wacana penerbitan surat keterangan bebas virus corona bagi setiap individu yang pulang dari bepergian ke luar negeri dipandang tak perlu dilakukan. Penerbitan surat keterangan bebas virus corona hanya akan memunculkan masalah baru dan memicu polemik di masyarakat.
Sejumlah instansi dan beberapa kalangan masyarakat meminta ada surat keterangan bebas corona bagi individu yang bepergian ke luar negeri atau berada di lingkaran pasien positif corona. Surat keterangan bebas virus corona ini sebagai jaminan jika individu tersebut terbebas dari penyakit dan tidak akan menularkan Covid-19 ke orang lain. Hanya saja penerbitan surat ini berpotensi menimbulkan masalah baru karena ketidakjelasan siapa yang berhak menerbitkan dan prosedur seseorang benar-benar dinyatakan bebas korona.
“Beberapa anggota masyarakat bahkan beberapa institusi yang kemudian meminta pegawainya yang setelah melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mendapatkan surat keterangan bebas corona. Ini menurut kami tidak perlu,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin. (Baca: Kronologi Terungkapnya Dua Kasus Baru Positif Corona di Indonesia)
Dia menjelaskan, penerbitan surat bebas corona tidak menjamin individu bebas terjangkit virus. Menurutnya akan lebih baik jika saat ini semua pemangku kepentingan dari pemerintah, pengusaha, hingga masyarakat fokus bagaimana agar Covid-19 tidak kian menyebar menyusul adanya positif korona yang kini berjumlah empat orang. “Masalah virus corona ini bukan masalah orang per orang. Saat ini yang terpenting adalah bagaimana mengendalikan penyebarannya di lingkungan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, aparatur sipil negara (ASN) Kementerian Agama diminta ikut membantu membuat tenang masyarakat dalam mengantisipasi dampak virus corona. Partisipasi itu bisa dilakukan sesuai tugas dan fungsinya, misalnya dengan pendekatan dan perspektif keagamaan.
“Saya sudah menerbitkan edaran, meminta agar ASN Kemenag ikut menyampaikan penjelasan, bimbingan, imbauan, dan penyuluhan kepada masyarakat dari perspektif keagamaan yang bersifat menenangkan terkait situasi menghadapi persebaran novel coronavirus,” kata Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Kemenag, Nizar, di Jakarta kemarin.
Menurut Nizar, ASN juga diminta saling berbagi informasi dan edukasi terkait virus corona dan cara mencegah penularannya. Misalnya dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan memperhatikan etika batuk atau bersin.
Dia mengimbau, bagi yang mengalami gejala demam, batuk, sesak, dan gangguan pernafasan agar segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Termasuk bagi ASN yang memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum timbul tanda atau gejala. “Informasi dan edukasi dapat diberikan dalam bentuk media cetak maupun elektronik,” ucapnya.
Jika ditemukan kasus suspect corona berat, yang memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit, lanjut Nizar, ASN Kemenag harus segera melaporkan kepada Ditjen P2P melalui Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC).
Pelaporan bisa melalui pesan tertulis melalui nomor WhatsApp 087806783906 atau email [email protected]. “Jangan lupa, menyampaikan tembusannya ke Kementerian Agama Pusat melalui surel [email protected],” katanya.
Nizar juga meminta pelayanan publik di bidang pendidikan agama dan keagamaan tetap berjalan sesuai tugas dan fungsi unit kerja masing-masing. Namun, prosesnya dilakukan dengan senantiasa meningkatkan kewaspadaan terkait situasi dan penyebaran Covid-19. “Paramedis di masing-masing unit diminta lebih proaktif bersama seluruh pegawai dalam kegiatan pencegahan wabah Covid-19, dengan tetap mengacu pada Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Covid-19 yang dikeluarkan Kemenkes,” tutur Nizar. (Baca juga: Dua Positif, Jumlah Suspect Corona di Indonesia Kini 11 Orang)
PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 6 Yogyakarta juga turut meningkatkan kewaspadaan dalam mengantisipasi virus corona. Alat pemantau suhu tubuh kini diletakkan di depan pintu masuk guna mendeteksi kondisi kesehatan penumpang.
Alat pemantau suhu tubuh dengan sinar Infrared diletakkan di sejumlah stasiun kereta api di bawah lingkungan Daops 6 Yogyakarta. Setiap calon penumpang yang melewati pintu masuk dideteksi suhu tubuhnya dengan alat khusus. Jika suhu tubuhnya panas di atas rata-rata, maka akan diperiksa kesehatannya di posko kesehatan yang telah disediakan. “Ada dokter yang menangani, ada prosedur tetap sesuai standar,” kata Kepala PT KAI Daops 6 Yogyakarta, Eko Purwanto, di Stasiun Balapan, Solo, kemarin.
Tim medis yang ada di stasiun turut diterjunkan guna memberikan pelayanan, serta mengingatkan untuk menjaga kesehatan. Jika ditemukan ada calon penumpang yang terindikasi sakit, maka akan dirujuk ke pusat layanan kesehatan atau rumah sakit. Selain antisipasi korona, pihaknya juga memberikan layanan kesehatan lain seperti pengecekan tensi dan gula darah.
Sebagai langkah antisipasi penanggulangan penyebaran virus corona, PT KAI juga melakukan pembagian masker, penyediaan hand sanitizer, pembagian pamflet, penyuluhan kesehatan tentang virus corona, cuci tangan, pemakaian masker, dan etika batuk dan bersin. Dalam hal kebersihan sarana kereta, pencucian interior dan eksterior rutin dilakukan sebelum kereta ada jadwal perjalanan.
Pembersihan menggunakan bahan kimia untuk sterilisasi. KAI juga menyiagakan petugas kebersihan baik di stasiun maupun selama perjalanan. Bantal yang disediakan di kereta pun selalu dalam kondisi baru tercuci bersih setiap pergantian penumpang.
Manajer Humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta Eko Budiyanto mengimbau pengguna jasa transportasi KA untuk sama-sama proaktif mencegah penyebaran virus korona. Mereka diminta memeriksakan kesehatan secara gratis sebelum melakukan perjalanan di pos kesehatan yang tersedia di STASIUN jika merasa tidak sehat, meminta masker kepada petugas kesehatan jika diperlukan, serta dapat menggunakan hand sanitizer yang disediakan. (Dita Angga/Ary Wahyu Wibowo/SINDOnews)
Sejumlah instansi dan beberapa kalangan masyarakat meminta ada surat keterangan bebas corona bagi individu yang bepergian ke luar negeri atau berada di lingkaran pasien positif corona. Surat keterangan bebas virus corona ini sebagai jaminan jika individu tersebut terbebas dari penyakit dan tidak akan menularkan Covid-19 ke orang lain. Hanya saja penerbitan surat ini berpotensi menimbulkan masalah baru karena ketidakjelasan siapa yang berhak menerbitkan dan prosedur seseorang benar-benar dinyatakan bebas korona.
“Beberapa anggota masyarakat bahkan beberapa institusi yang kemudian meminta pegawainya yang setelah melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mendapatkan surat keterangan bebas corona. Ini menurut kami tidak perlu,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin. (Baca: Kronologi Terungkapnya Dua Kasus Baru Positif Corona di Indonesia)
Dia menjelaskan, penerbitan surat bebas corona tidak menjamin individu bebas terjangkit virus. Menurutnya akan lebih baik jika saat ini semua pemangku kepentingan dari pemerintah, pengusaha, hingga masyarakat fokus bagaimana agar Covid-19 tidak kian menyebar menyusul adanya positif korona yang kini berjumlah empat orang. “Masalah virus corona ini bukan masalah orang per orang. Saat ini yang terpenting adalah bagaimana mengendalikan penyebarannya di lingkungan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, aparatur sipil negara (ASN) Kementerian Agama diminta ikut membantu membuat tenang masyarakat dalam mengantisipasi dampak virus corona. Partisipasi itu bisa dilakukan sesuai tugas dan fungsinya, misalnya dengan pendekatan dan perspektif keagamaan.
“Saya sudah menerbitkan edaran, meminta agar ASN Kemenag ikut menyampaikan penjelasan, bimbingan, imbauan, dan penyuluhan kepada masyarakat dari perspektif keagamaan yang bersifat menenangkan terkait situasi menghadapi persebaran novel coronavirus,” kata Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Kemenag, Nizar, di Jakarta kemarin.
Menurut Nizar, ASN juga diminta saling berbagi informasi dan edukasi terkait virus corona dan cara mencegah penularannya. Misalnya dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan memperhatikan etika batuk atau bersin.
Dia mengimbau, bagi yang mengalami gejala demam, batuk, sesak, dan gangguan pernafasan agar segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Termasuk bagi ASN yang memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum timbul tanda atau gejala. “Informasi dan edukasi dapat diberikan dalam bentuk media cetak maupun elektronik,” ucapnya.
Jika ditemukan kasus suspect corona berat, yang memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit, lanjut Nizar, ASN Kemenag harus segera melaporkan kepada Ditjen P2P melalui Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC).
Pelaporan bisa melalui pesan tertulis melalui nomor WhatsApp 087806783906 atau email [email protected]. “Jangan lupa, menyampaikan tembusannya ke Kementerian Agama Pusat melalui surel [email protected],” katanya.
Nizar juga meminta pelayanan publik di bidang pendidikan agama dan keagamaan tetap berjalan sesuai tugas dan fungsi unit kerja masing-masing. Namun, prosesnya dilakukan dengan senantiasa meningkatkan kewaspadaan terkait situasi dan penyebaran Covid-19. “Paramedis di masing-masing unit diminta lebih proaktif bersama seluruh pegawai dalam kegiatan pencegahan wabah Covid-19, dengan tetap mengacu pada Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Covid-19 yang dikeluarkan Kemenkes,” tutur Nizar. (Baca juga: Dua Positif, Jumlah Suspect Corona di Indonesia Kini 11 Orang)
PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 6 Yogyakarta juga turut meningkatkan kewaspadaan dalam mengantisipasi virus corona. Alat pemantau suhu tubuh kini diletakkan di depan pintu masuk guna mendeteksi kondisi kesehatan penumpang.
Alat pemantau suhu tubuh dengan sinar Infrared diletakkan di sejumlah stasiun kereta api di bawah lingkungan Daops 6 Yogyakarta. Setiap calon penumpang yang melewati pintu masuk dideteksi suhu tubuhnya dengan alat khusus. Jika suhu tubuhnya panas di atas rata-rata, maka akan diperiksa kesehatannya di posko kesehatan yang telah disediakan. “Ada dokter yang menangani, ada prosedur tetap sesuai standar,” kata Kepala PT KAI Daops 6 Yogyakarta, Eko Purwanto, di Stasiun Balapan, Solo, kemarin.
Tim medis yang ada di stasiun turut diterjunkan guna memberikan pelayanan, serta mengingatkan untuk menjaga kesehatan. Jika ditemukan ada calon penumpang yang terindikasi sakit, maka akan dirujuk ke pusat layanan kesehatan atau rumah sakit. Selain antisipasi korona, pihaknya juga memberikan layanan kesehatan lain seperti pengecekan tensi dan gula darah.
Sebagai langkah antisipasi penanggulangan penyebaran virus corona, PT KAI juga melakukan pembagian masker, penyediaan hand sanitizer, pembagian pamflet, penyuluhan kesehatan tentang virus corona, cuci tangan, pemakaian masker, dan etika batuk dan bersin. Dalam hal kebersihan sarana kereta, pencucian interior dan eksterior rutin dilakukan sebelum kereta ada jadwal perjalanan.
Pembersihan menggunakan bahan kimia untuk sterilisasi. KAI juga menyiagakan petugas kebersihan baik di stasiun maupun selama perjalanan. Bantal yang disediakan di kereta pun selalu dalam kondisi baru tercuci bersih setiap pergantian penumpang.
Manajer Humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta Eko Budiyanto mengimbau pengguna jasa transportasi KA untuk sama-sama proaktif mencegah penyebaran virus korona. Mereka diminta memeriksakan kesehatan secara gratis sebelum melakukan perjalanan di pos kesehatan yang tersedia di STASIUN jika merasa tidak sehat, meminta masker kepada petugas kesehatan jika diperlukan, serta dapat menggunakan hand sanitizer yang disediakan. (Dita Angga/Ary Wahyu Wibowo/SINDOnews)
(ysw)