PKS Kritisi Target Jokowi Entaskan Kemiskinan 0%

Kamis, 05 Maret 2020 - 11:55 WIB
PKS Kritisi Target Jokowi Entaskan Kemiskinan 0%
PKS Kritisi Target Jokowi Entaskan Kemiskinan 0%
A A A
JAKARTA - Target kemiskinan esktrem menjadi 0 persen alias sudah tidak ada lagi pada 2024 mendatang yang ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), dikritisi oleh Anggota Komisi XI DPR RI, Anis Byarwati.

(Baca juga: Target Kemiskinan 0%, Jokowi Dinilai Ambisius dan Warning bagi Menteri)

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan, yang harus direnungkan adalah tidak selamanya statistik dipandang krusial dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia.

"Memetakan kemiskinan tidak cukup hanya menghitung jumlah orang miskin,” ujar Anis Byarwati kepada SINDOnews, Kamis (5/3/2020).

Dia menambahkan, selain berfokus pada seberapa besar atau kecil angka kemiskinan, pemerintah juga harus paham tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di wilayah-wilayah Indonesia.

"Pengentasan kemiskinan harus lebih dari sebatas perkara statistik. Ia harus mewujud dalam pendekatan yang partisipatif," ujarnya.

Artinya lanjut dia, pemerintah harus melibatkan masyarakat dalam pembuatan kebijakan berbasis pembangunan. "Masyarakat bukan semata dijadikan sampel penelitian dan perhitungan angka-angka kemiskinan belaka," kata legislator asal daerah pemilihan DKI Jakarta I ini.

Dia menjelaskan, angka garis kemiskinan yang dikatakan turun menjadi 1 digit (9,22 persen) itu tampaknya sangat dekat dengan batasan batasan ekstrim penyetaraan daya beli (Purchasing Power Parity/PPP) sebesar US$ 1,9 yang dijadikan acuan Bank Dunia untuk golongan negara-negara berpendapatan rendah.

Padahal lanjut dia, per tahun 2018 Bank Dunia mencatat GNI Indonesia berada di level US$ 3.840. Artinya, lanjut dia, Indonesia telah masuk ke dalam golongan negara berpenghasilan menengah-bawah (lower-middle).

Dia mengatakan, Bank Dunia menetapkan garis kemiskinan untuk golongan negara penghasilan menengah ke bawah sebesar US$ 3,2 PPP.

Karena itu kata dia, dalam menetapkan garis kemiskinan seharusnya Indonesia sudah mengadaptasi garis kemiskinan ke level negara berpenghasilan menengah-bawah.

Karena saat ini Indonesia telah masuk ke dalam golongan negara berpenghasilan menengah-bawah (lower-middle). Dia menuturkan, bila dihitung dengan batasan garis kemiskinan US$ 3,2 PPP, Bank Dunia mencatat tingkat kemiskinan Indonesia mencapai 27,3% di tahun 2017.

"Melihat fakta ini, data kemiskinan 9,22 persen ini agaknya sudah tidak relevan. Apa iya kemiskinan di negara yang katanya merupakan kekuatan ekonomi nomor 10 dunia ini mau disamakan dengan negara berpenghasilan rendah," tuturnya.

Kendati demikian, dia mengapresiasi niat Presiden Jokowi tersebut. "Saya mengapresiasi niat baik Presiden Jokowi untuk me-nol-kan angka kemiskinan," jelasnya.

"Sebuah niat yang mulia untuk menjadikan rakyat sejahtera. Namun, mengentaskan kemiskinan tidak cukup hanya dengan menghitung jumlah orang miskin, perlu upaya serius yang terintegrasi," pungkasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5113 seconds (0.1#10.140)