Lantik 75 Pejabat Fungsional, Ganjar Beri PR Masing-Masing Posisi
A
A
A
SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan pekerjaan rumah (PR) di masing-masing posisi kepada puluhan stafnya saat melantik sebanyak 75 pejabat fungsional di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah di Gradhika Bhakti Praja, Semarang, Kamis (13/2/2020).
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar sempat menyinggung kasus perundungan terhadap siswa SMP di Purworejo yang viral di media sosial (medsos).
“Pengawas sekolah wonten nggih (ada ya). Pak Kepala Dinas (Pendidikan dan Kebudayaan) tak kon ngecek ning Butuh Purworejo. Ini sekolah harus diawasi tenanan. Bullying-nya mengerikan. Meskipun kejadiannya di Butuh, di SMP (Muhammadiyah), tapi sampai dini hari tadi masih saya pantau. Pemkab masih tanda cek. Korbannya kasihan, informasinya dia penyandang disabilitas. Guru-guru, pengawas sekolah, titip nggih,” kata Ganjar.
Untuk jabatan penyuluh sosial, orang nomor satu di Jawa Tengah itu berpesan agar kapasitas mereka bisa ditingkatkan. Mereka harus bisa sejalan dengan perubahan zaman sehingga selalu mutakhirkan dengan perubahan persoalan sosial.
“Penyuluh sosial buat saya penting. Pak Kadis ini ditambahi peningkatan kapasitas nggih. Zamannya berubah. Harapan saya penyuluh sosial lebih bisa meng-update persoalan-persoalan, dan bagaimana cara kita mendekati untuk menyelesaikan. Ini kerjaannya nggak banyak dilirik, tapi nek enek masalah, digebuki dhisik dewe,” terangnya.
Ganjar juga meminta kepada staf yang menduduki posisi sebagai analis kepegawaian untuk membuat analisis persoalan kepegawaian. Mulai dari malas, tidak disiplin, kawin-cerai, kekerasan, hingga integritas. Analisis ini berguna untuk mengetahui akar persoalannya.
“Tolong saya dibikinkan analisis. Serius ini. Coba analisis seluruh persoalan kepegawaian kita. Mbeler, kesed, mbolosan, rabian, gampang pegat, kekerasan, integritas, masalahnya apa,” pintanya.
Di samping itu, analis kepegawaian juga berperan menyiapkan ASN untuk move on ke birokrasi yang lebih modern. Contohnya, cepat beradaptasi dengan teknologi. Hasil analisis yang diberikan akan berpengaruh pada kebijakan yang diambil, dalam mendorong percepatan perubahan.
“Karena sebenarnya birokrasi diciptakan menjadi bagian yang kita dorong untuk melakukan percepatan perubahan. Dinamisatornya itu ya kita,” tandasnya.
Jabatan fungsional lain yang mendapat pesan dari Ganjar adalah pangantar kerja di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Menurutnya, posisi itu menarik karena akan menjadi meeting point bagi pencari kerja dan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja.
“Bisa ngga sampeyan saya beri tugas untuk membuatkan sistem. Setiap pabrik, industri siapapun yang butuh tenaga kerja harus lapor ke Anda. Semua pencari kerja juga lapor ke Anda. Maka ini akan jadi meeting point. Agar lebih progresif dan proaktif anda umumkan, kalau perlu tiap hari,” perintahnya.
Ganjar berharap, dari posisi pengantar kerja, Jawa Tengah bisa membuat kebijakan seperti Australia dimana ada link and match antara pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja. Ketika analisa menunjukkan hasil bahwa tren ke depan adalah industri pertambangan, maka lulusan pertambangan akan diperbanyak. Jika tren peluang kerja ke depan di bidang IT, maka lulusan yang memiliki kompetensi IT dinaikkan, dan lulusan pertambangan diturunkan.
Tugas-tugas itu disampaikan Ganjar, karena dirinya mengaku, menginginkan agar posisi fungsional bisa berfungsi dengan baik. Ia juga meyakini, pejabat fungsional dapat memberikan prestasi terbaiknya.
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar sempat menyinggung kasus perundungan terhadap siswa SMP di Purworejo yang viral di media sosial (medsos).
“Pengawas sekolah wonten nggih (ada ya). Pak Kepala Dinas (Pendidikan dan Kebudayaan) tak kon ngecek ning Butuh Purworejo. Ini sekolah harus diawasi tenanan. Bullying-nya mengerikan. Meskipun kejadiannya di Butuh, di SMP (Muhammadiyah), tapi sampai dini hari tadi masih saya pantau. Pemkab masih tanda cek. Korbannya kasihan, informasinya dia penyandang disabilitas. Guru-guru, pengawas sekolah, titip nggih,” kata Ganjar.
Untuk jabatan penyuluh sosial, orang nomor satu di Jawa Tengah itu berpesan agar kapasitas mereka bisa ditingkatkan. Mereka harus bisa sejalan dengan perubahan zaman sehingga selalu mutakhirkan dengan perubahan persoalan sosial.
“Penyuluh sosial buat saya penting. Pak Kadis ini ditambahi peningkatan kapasitas nggih. Zamannya berubah. Harapan saya penyuluh sosial lebih bisa meng-update persoalan-persoalan, dan bagaimana cara kita mendekati untuk menyelesaikan. Ini kerjaannya nggak banyak dilirik, tapi nek enek masalah, digebuki dhisik dewe,” terangnya.
Ganjar juga meminta kepada staf yang menduduki posisi sebagai analis kepegawaian untuk membuat analisis persoalan kepegawaian. Mulai dari malas, tidak disiplin, kawin-cerai, kekerasan, hingga integritas. Analisis ini berguna untuk mengetahui akar persoalannya.
“Tolong saya dibikinkan analisis. Serius ini. Coba analisis seluruh persoalan kepegawaian kita. Mbeler, kesed, mbolosan, rabian, gampang pegat, kekerasan, integritas, masalahnya apa,” pintanya.
Di samping itu, analis kepegawaian juga berperan menyiapkan ASN untuk move on ke birokrasi yang lebih modern. Contohnya, cepat beradaptasi dengan teknologi. Hasil analisis yang diberikan akan berpengaruh pada kebijakan yang diambil, dalam mendorong percepatan perubahan.
“Karena sebenarnya birokrasi diciptakan menjadi bagian yang kita dorong untuk melakukan percepatan perubahan. Dinamisatornya itu ya kita,” tandasnya.
Jabatan fungsional lain yang mendapat pesan dari Ganjar adalah pangantar kerja di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Menurutnya, posisi itu menarik karena akan menjadi meeting point bagi pencari kerja dan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja.
“Bisa ngga sampeyan saya beri tugas untuk membuatkan sistem. Setiap pabrik, industri siapapun yang butuh tenaga kerja harus lapor ke Anda. Semua pencari kerja juga lapor ke Anda. Maka ini akan jadi meeting point. Agar lebih progresif dan proaktif anda umumkan, kalau perlu tiap hari,” perintahnya.
Ganjar berharap, dari posisi pengantar kerja, Jawa Tengah bisa membuat kebijakan seperti Australia dimana ada link and match antara pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja. Ketika analisa menunjukkan hasil bahwa tren ke depan adalah industri pertambangan, maka lulusan pertambangan akan diperbanyak. Jika tren peluang kerja ke depan di bidang IT, maka lulusan yang memiliki kompetensi IT dinaikkan, dan lulusan pertambangan diturunkan.
Tugas-tugas itu disampaikan Ganjar, karena dirinya mengaku, menginginkan agar posisi fungsional bisa berfungsi dengan baik. Ia juga meyakini, pejabat fungsional dapat memberikan prestasi terbaiknya.
(alf)