Melihat Hangatnya Persahabatan Indonesia-Rusia Melalui Goresan Kuas Seniman
A
A
A
JAKARTA - Pameran bertajuk Untaian Khatulistiwa atau Necklace of Equator menjadi pembuka rangkaian kegiatan peringatan 70 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Rusia. Sebanyak 50 lukisan karya seniman terkemuka Rusia yang tergabung dalam Bureau of Creative Expeditions pimpinan Vladimir Nikolaevich Anisimov, tampak mendominasi ruang pameran yang bertempat di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia (GNI) Jakarta.
Pameran yang menunjukkan kedekatan kedua negara di bidang politik, militer, dan budaya ini, dibuka secara resmi melalui penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita, pada Senin (3/2/2020), oleh Duta Besar Federasi Rusia YM Lyudmila Vorbieva dan Plt Direktur Jenderal Amerika Eropa (Amerop) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Teuku Faizasyah.
Menggambarkan keindahan alam, budaya, dan kehidupan masyarakat Indonesia dari kacamata seniman Rusia, lukisan-lukisan yang dibuat dalam rentang waktu 20 tahun ini merupakan kaleidoskop perjalanan seniman Rusia merekam kecantikan alam dan masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia, di antaranya Pulau Jawa, Sumatera, Madura, Bali, Lombok, Kalimantan, dan Sulawesi.
Selain memajang karya senirupa berupa lukisan, pameran kali ini juga dibarengi dengan pameran arsip sejarah hubungan diplomatik Indonesia-Rusia yang sudah berjalan selama 70 tahun. Foto-foto dan dokumen yang dipamerkan ini berasal dari koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan Departemen Sejarah dan Dokumenter Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia.
Beberapa foto yang dipajang selama pameran ialah kunjungan Pangeran Nikolay Alexandrovich ke Hindia Belanda pada 1901; kunjungan Presiden Soekarno ke Rusia; kunjungan Perdana Menteri(PM) Rusia Nikita Kruschev ke Indonesia pada 1960; dan beberapa pertemuan bilateral kedua kepala negara. ”Foto-foto ini menunjukkan sejarah hubungan kedua negara pada abad ke-18 dan ke-19. Kedekatan antara Indonesia dan Rusia tidak hanya terjalin di bidang politik, tapi juga lainnya,” ujar kurator dan Kepala Biro Ekspedisi Kreatif Rusia, Vladimir Nikolaevich Anisimov.
Selain itu, juga dipamerkan berbagai dokumen yang menggambarkan berbagai korespondensi Kementerian Luar Negeri Uni Soviet dengan Kementerian Luar Negeri RI tentang pengakuan Uni Soviet terhadap kedaulatan Republik Indonesia, pada 3 Februari1950. Ada pula dokumen mengenai kerja sama pembangunan Indonesia dan Uni Soviet, seperti Stadion Gelora Bung Karno, patung Tugu Tani, Rumah Sakit Persahabatan, yang semuanya menjadi saksi bisu perjalanan panjang hubungan persahabatan kedua negara.
Berbagai film dokumenter juga ditampilkan dalam pameran ini, mulai penyerahan surat kepercayaan terhadap Presiden Soekarno melalui Duta Besar (Dubes) Uni Soviet Nikolay Alexandrovich Mikhailov, upacara penutupan Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang (GANEFO), hingga liputan berita pertandingan persahabatan Tim Sepak Bola Uni Soviet dengan Tim Sepak Bola PSM Makassar.
”Pameran ini membuka peluang bagi kita untuk menerawang sejarah hubungan kedua negara yang semakin menguat dan meluas. Mudah-mudahan melalui pameran ini dapat semakin mempererat hubungan kedua negara,” kata Plt Direktur Jenderal (Dirjen) Amerika Eropa (Amerop) Kemlu, Teuku Faizasyah.
Duta Besar Federasi Rusia YM Lyudmila Vorbieva dalam sambutannya mengatakan, pameran diberi judul ”Necklaceof Equator” karena Indonesia seperti perhiasan yang berada di garis khatulistiwa. Namun, ia juga ingin memberikan nama lain untuk pameran ini, yaitu ”Indonesia My Love”. Karena menurut dia, saat melihat lukisan-lukisan di pameran ini kita dapat merasakan kehangatan, cinta, dan rasa persahabatan. ”Itulah yang dirasakan oleh orang-orang Rusia terhadap Indonesia. Dan perasaan itu pula yang membuat hubungan kedua negara bisa terjalin dengan baik hingga saat ini.”
”Hari ini (3 Februari) merupakan hari yang istimewa karena menjadi HUT hubungan diplomatik antara Rusia dan Indonesia. Pameran ini tidak hanya diperuntukkan bagi warga Indonesia, tapi juga warga asing yang berkunjung ke Jakarta,” kata Vorbieva. (Hendri Irawan)
Pameran yang menunjukkan kedekatan kedua negara di bidang politik, militer, dan budaya ini, dibuka secara resmi melalui penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita, pada Senin (3/2/2020), oleh Duta Besar Federasi Rusia YM Lyudmila Vorbieva dan Plt Direktur Jenderal Amerika Eropa (Amerop) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Teuku Faizasyah.
Menggambarkan keindahan alam, budaya, dan kehidupan masyarakat Indonesia dari kacamata seniman Rusia, lukisan-lukisan yang dibuat dalam rentang waktu 20 tahun ini merupakan kaleidoskop perjalanan seniman Rusia merekam kecantikan alam dan masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia, di antaranya Pulau Jawa, Sumatera, Madura, Bali, Lombok, Kalimantan, dan Sulawesi.
Selain memajang karya senirupa berupa lukisan, pameran kali ini juga dibarengi dengan pameran arsip sejarah hubungan diplomatik Indonesia-Rusia yang sudah berjalan selama 70 tahun. Foto-foto dan dokumen yang dipamerkan ini berasal dari koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan Departemen Sejarah dan Dokumenter Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia.
Beberapa foto yang dipajang selama pameran ialah kunjungan Pangeran Nikolay Alexandrovich ke Hindia Belanda pada 1901; kunjungan Presiden Soekarno ke Rusia; kunjungan Perdana Menteri(PM) Rusia Nikita Kruschev ke Indonesia pada 1960; dan beberapa pertemuan bilateral kedua kepala negara. ”Foto-foto ini menunjukkan sejarah hubungan kedua negara pada abad ke-18 dan ke-19. Kedekatan antara Indonesia dan Rusia tidak hanya terjalin di bidang politik, tapi juga lainnya,” ujar kurator dan Kepala Biro Ekspedisi Kreatif Rusia, Vladimir Nikolaevich Anisimov.
Selain itu, juga dipamerkan berbagai dokumen yang menggambarkan berbagai korespondensi Kementerian Luar Negeri Uni Soviet dengan Kementerian Luar Negeri RI tentang pengakuan Uni Soviet terhadap kedaulatan Republik Indonesia, pada 3 Februari1950. Ada pula dokumen mengenai kerja sama pembangunan Indonesia dan Uni Soviet, seperti Stadion Gelora Bung Karno, patung Tugu Tani, Rumah Sakit Persahabatan, yang semuanya menjadi saksi bisu perjalanan panjang hubungan persahabatan kedua negara.
Berbagai film dokumenter juga ditampilkan dalam pameran ini, mulai penyerahan surat kepercayaan terhadap Presiden Soekarno melalui Duta Besar (Dubes) Uni Soviet Nikolay Alexandrovich Mikhailov, upacara penutupan Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang (GANEFO), hingga liputan berita pertandingan persahabatan Tim Sepak Bola Uni Soviet dengan Tim Sepak Bola PSM Makassar.
”Pameran ini membuka peluang bagi kita untuk menerawang sejarah hubungan kedua negara yang semakin menguat dan meluas. Mudah-mudahan melalui pameran ini dapat semakin mempererat hubungan kedua negara,” kata Plt Direktur Jenderal (Dirjen) Amerika Eropa (Amerop) Kemlu, Teuku Faizasyah.
Duta Besar Federasi Rusia YM Lyudmila Vorbieva dalam sambutannya mengatakan, pameran diberi judul ”Necklaceof Equator” karena Indonesia seperti perhiasan yang berada di garis khatulistiwa. Namun, ia juga ingin memberikan nama lain untuk pameran ini, yaitu ”Indonesia My Love”. Karena menurut dia, saat melihat lukisan-lukisan di pameran ini kita dapat merasakan kehangatan, cinta, dan rasa persahabatan. ”Itulah yang dirasakan oleh orang-orang Rusia terhadap Indonesia. Dan perasaan itu pula yang membuat hubungan kedua negara bisa terjalin dengan baik hingga saat ini.”
”Hari ini (3 Februari) merupakan hari yang istimewa karena menjadi HUT hubungan diplomatik antara Rusia dan Indonesia. Pameran ini tidak hanya diperuntukkan bagi warga Indonesia, tapi juga warga asing yang berkunjung ke Jakarta,” kata Vorbieva. (Hendri Irawan)
(ysw)