Diintai Kapal Perang Spanyol (8)

Senin, 20 Januari 2020 - 06:37 WIB
Diintai Kapal Perang...
Diintai Kapal Perang Spanyol (8)
A A A
Kota Cadiz merupakan pangkalan angkatan laut Spanyol. Tak heran, saban hari kapal Fregat kerajaan hilir mudik di pelabuhan dagang Cadiz. Ketika kapal Phoenicia keluar dari kolam marina Cadiz pun, dua kapal perang selalu mengiringi tanpa melakukan kontak atau memberikan tanda apa pun.

Dengan berkuatan sembilan orang kru (dari sebelumnya 11 orang), kapal Phoenicia of Southampton memulai pelayarannya pada pagi pagi hari pukul 11.00 waktu Cadiz, atau 20 Oktober 2019. Sembilan kru itu adalah Kapten Philip Beale asal Inggris, Sudirman nelayan tradisional asal Indonesia, Maran Fazzi, dokter muda asal Belanda, Ray Karpan seorang pengusaha alat berat asal Kanada (72 tahun).Steiner Knut Lillas kapten kapal Viking Norwegia, Yuri Sanada pembuat film asal Brazil, Charlie Beale (keponakan Philip Beale), Ian Bond (pengusaha asal Inggris), dan saya sendiri Abdul Aziz wartawan asal Jakarta.
Sejatinya, kami akan memulai pelayaran pukul 9.00 pagi, tapi kantor Marina Cadiz belum buka. Untuk diketahui, matahari terbit pada pukul 7.30 pagi, sehingga waktu kerja di Spanyol dimulai pukul 10.00. Setelah menyelesaikan urusan imigrasi dan membayar biaya sandar sebesar 40 Euro per hari, kapal Phoenicia meninggalkan kolam Marina dengan tujuan kota Essauoira, Maroko berjarak 285 NM (Nautical Mil; 1 Mil setara 1,85 kilometer).

Selepas keluar dari kolam Marina, deru mesin kapal perang berjenis Fregat terdengar dari posisi kami berada. Kapal tersebut melakukan gerakan berputar dan melintas di depan haluan kapal Phoenicia. ”Cadiz menjadi pangkalan angkatan laut Spanyol, jadi wajar kapal perang berseliweran di depan kita,” kata Philip kepada Sudirman yang sedang memegang kemudi.

Namun selang dua jam, kapal perang tersebut masih mengikuti gerak laju kapal Phoenicia. Bahkan selang dua jam berikutnya, kapal tersebut melintas sejauh 500 meter dari haluan kapal kami dan melakukan putaran balik ke arah pelabuhan, sehingga menimbulkan riak gelombang yang cukup menguncang kapal kami. “Lihat, itu ada lagi kapal perang Spanyol di belakang kita,” teriak Ray sambil tersenyum. “Padahal ini hari Minggu. Apakah mereka tidak mengenal liburan hari Minggu?” timpal Philip kepada Ray.

Untuk kali ini, kapten kapal perang tersebut menghubungi kami melalui radio panggil pada sularan 16. Dia meminta kami harus menaikkan bendera Spanyol lebih tinggi dari posisinya saat itu yang tergantung pada tali tranportasi layar lambung kanan kapal. Langsung saja Philip melakukan apa yang diminta oleh kapten kapal perang tersebut. Setelah kami menaikkan bendera Spanyol dua meter, kapal perang itu kembali ke pangkalannya.

Untuk mendapatkan angin Atlantik Utara yang berhembus ke selatan, kami mengarahkan kapal dengan haluan 280 derajat. Haluan itu dipertahankan hingga 51 NM dari daratan Eropa. Sayangnya, saat itu justru angin Atlantik justru mengarah barat daya sehingga tidak memungkinkan menaikkan layar. Keesokan harinya, barulah angin mulai berputar haluan menuju selatan.

“Ayo kita naikan layar,” teriak Philip usai makan pagi pukul 8.30. Segera saja, kru kapal segera menempati posisinya masing-masing. “Ray kamu memegang kemudi dan harus pastikan haluan searah dengan datangnya angin,” pinta Philip kepada Ray Karpan.

Sementara itu, Charlie dan Sudirman bertugas menarik tali raja, persis di bawah tiang layar. Sedangkan Yuri dan Ian Bond membantu menarik tali raja di haluan. Dua orang itu bertugas mengunci tali raja ( Hallyard) pada dua pilar tambat haluan.Stainer bertugas mengamankan tanjak (berece) dan kelat (attack) lambung kiri, dan saya sendiri bertugas di lambung kanan. Adapun Maran berada di tali tarik ulur tepat di depan kemudi. Tali tali ulur dalam bahasa Inggris adalah biriling line. ”One…Two…Three…” teriak Sudirman memberi aba-aba kepada seluruh kru.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8047 seconds (0.1#10.140)