Dikawal Lumba-lumba dan Paus Pilot Menuju Cadiz (6)

Kamis, 16 Januari 2020 - 06:30 WIB
Dikawal Lumba-lumba...
Dikawal Lumba-lumba dan Paus Pilot Menuju Cadiz (6)
A A A
BENAR adanya ramalan cuaca versi digital dari satu portal ramalan cuaca yang dikatakan Philip, bahwa di malam hari angin Lavante akan bertiup dengan kecepatan 15 knot. Untuk pertama kalinya dalam ekspedisi ini, kami menaikkan layar pada malam hari.

Semua kru senang karena mesin kembali dimatikan sehingga hanya terdengar deburan air laut akibat dibelah oleh lunas kapal berbobot mati 50 ton itu. Selain itu terdengar decitan tiang layar beradu dengan pembahun (balok melintang tenpat layar diikatkan).

Kondisi itu hanya bertahan dalam 15 jam saja, sebab siangnya Dirman melihat tali tambatan antara Pembahun dan tiang layar atau sparow genting akibat tergesek dengan ujung baut metal. "Itu yang saya khawatirkan kemarin. Kalau layar terlalu tinggi, akan ada gesekan," kata dia. Tapi dia pula yang menyelesaikan masalah itu dengan menaiki tiang layar dan menambah tapi tambat.

Rupanya, mesin harus kembali dihidupkan karena kecepatan dengan layar hanya mencapai tiga knot. Padahal, kami ingin laju kapal enam knot sehingga dalam sehari dapat menempuh 150 NM. Kecepatan itu diharapkan guna mencapai Cadiz dalam tiga hari. Jika lebih dari itu maka angin Atlantik utara akan meniup kapal ke selatan.
Dikawal Lumba-lumba dan Paus Pilot Menuju Cadiz (6)

"Kita harus menambah kecepatan kapal dengan Mesin," ucap Philip saat menghidupkan mesin berkekuatan 150 tenaga kuda itu. Hasilnya kapal melaju dengan kecepatan enam knot. Dalam 24 jam kami sudah memasuki laut Al Boran, laut yang memisahkan Spanyol dan Maroko.

Sejak memasuki laut tersebut, kru yang kebagian tugas pantau harus benar-benar memerhatikan sekeliling kapal, sebab lalu lintas kapal di laut ini sangat padat. Apalagi saat akan memasuki selat Gibraltar, selat sempit yang memisahkan Mediterania dan Samudera Atlantik.

Hari keempat, kami mendapatkan hiburan menarik. Menjelang sore hari tepatnya pukul 18.00 saat matahari masih terang benderang karena berada di bumi di belahan utara, belasan lumba-lumba menghampiri kapal. Ada berloncatan dan ada yang sekadar memperlihatkan kelincahan dengan liukan di air laut. Semua kru menyaksikan tontonan gratis tersebut.

Tak hanya lumba-lumba yang memberi hiburan, Paus Pilot juga datang dalam jumlah puluhan. Mamalia laut itu datang berkelompok antara enam hingga delapan ekor dalam satu kelompok. Tak selincah lumba-lumba, Paus Pilot hanya memberi hiburan dengan semburan air dari paru-parunya. "Lihat, itu yang paling besar panjang mencapai 2 meter," teriak Carson sambil mengabadikan hewan itu dengan gawai pintarnya.

"Ayo kita terjun ke air untuk menyentuhnya," teriak Yuri. Carson orang pertama yang terjun ke laut memenuhi ajakan itu dan disusul Yuri sendiri. Saat didekati mamalia itu justru menjauh. Tapi ketika dua kru itu sudah kembali naik ke atas kapal, gerombolan Paus Pilot kembali mendekati kapal. Seiring dengan tenggelamnya matahari pukul 20.30 waktu setempat, gerombolan Paus Pilot menghilang dari pandangan mata.

Jelang dini hari, kapal mendapat tenaga tambahan ketika arus kencang dari Laut Al Boran mendorong hingga kecepatan kapal menjadi enam Knot. Subuhnya, kami sudah berada di Selat Gibraltar dan Kota Gibraltar sudah terlihat jelas dengan mata saat fajar menyingsing. "Kita harus berlabuh terlebih dahulu di La Linea, karena tiga kru baru yakni Maran Fazzi, Ray Karpan dan Ian Bond sudah menunggu," kata Philip.

Kota La Linea hanya sebuah kota kecil berbatasan langsung dengan Gibraltar. Di kota ini pula, tiga kru kapal yakni Dough dan anaknya Carson memutuskan untuk pulang, karena Carson hanya mendapat izin liburan selama 15 hari, dan Dough juga harus kembali ke dunia kerja. Sedangkan Edwin Mesenger, peternak sapi asal kota Dorset Inggris itu harus kembali ngangon 300 sapinya.

Selama tiga, kami singgah di kota tersebut untuk melanjutkan pelayaran menuju ke kota tertua di Eropa yakni Cadiz. Jarak antara La Lina dan Cadiz hanya 80 NM, sehingga dalam 36 jam pelayaran sudah kembali merapat di Marina Cadiz.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5998 seconds (0.1#10.140)