Superpremium Labuan Bajo
A
A
A
Pemerintah berharap Labuan Bajo dijadikan daerah wisata kelas superpremium. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan mewanti-wanti agar tidak mencampuradukkan wisata superpremium dengan wisata kelas menengah dan bawah.
Sedangkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menggunakan kata konsep eksklusif untuk Labuan Bajo. Intinya adalah daerah wisata yang masuk Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur ini akan memiliki pasar yang berbeda dengan objek wisata lain. Istilah superpremium atau eksklusif adalah pasar yang jelas akan disasar pemerintah.
Dari kacamata manajemen marketing wajar jika pemerintah memberikan label superpremium atau eksklusif. Labuan Bajo mempunya unique selling point (USP) yang tidak dimiliki daerah wisata lain di Indonesia, bahkan di dunia. Komodo yang masih hidup liar hanya bisa ditemukan di Labuan Bajo, tepatnya di Pulau Komodo.
Tidak hanya itu, wisata diving , snorkelling, atau hiking, hingga keindahan pulau-pulau yang terhampar di lautan kawasan Labuan Bajo mempunyai daya tarik sendiri. Jika tas, Labuan Bajo bak tas Hermes atau Louis Vuitton. Jika mobil, bisa jadi seperti Ferrari atau Maserati. Intinya mempunyai ceruk pasar yang kecil, tapi eksklusif sehingga mempunyai value yang tinggi.
Ini tentu berbeda dengan daerah lain yang mungkin menawarkan objek wisata pantai, gunung, budaya, ataupun yang lain. Labuan Bajo mempunyai kekhasan yang tidak dimiliki oleh objek wisata di dunia mana pun.
Seberapa mahal Labuan Bajo? Sebagai gambaran untuk masuk ke Taman Nasional Komodo (Pulau Komodo), nantinya wisatawan harus merogoh Rp14 juta per orang per tahun. Padahal, saat ini harga tiket Taman Nasional Komodo untuk wisatawan mancanegara sekitar Rp460.000 per hari di hari biasa dan Rp535.000 di hari libur. Lalu, untuk wisatawan Indonesia dikenai biaya sekitar Rp265.000 dan pada hari libur Rp267.500 per orang per hari.
Tentu ini menjadi tantangan bagi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama dan Wamen Angela Tanoesoedibjo. Bahkan untuk mewujudkan konsep superpremium atau eksklusif bagi Labuan Bajo, keduanya telah mengunjungi daerah tersebut.
Sebagai eksekutor, Kemenparekraf akan mempelajari konsep superpremium dan eksklusif tersebut. Namun, Wishnutama sudah mempunyai sedikit gambaran. Bahwa yang dikejar pemerintah adalah sisi kualitas, bukan kuantitas. Tujuannya untuk meningkatkan spending per arrival .
Namun, ada hal lain yang harus diperhatikan, yaitu kondisi lokal di Labuan Bajo. Harapannya, dengan konsep superpremium tersebut, bukan saja meningkatkan devisa negara, namun juga mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat Labuan Bajo. Pertama dari sisi ekonomi. Harapannya, dengan konsep superpremium, ekonomi masyarakat yang bergerak di wisata juga meningkat.
Ranger di Pulau Komodo, penjual suvenir, pengusaha kuliner, penjual jasa wisatawan, dan lain-lain harus meningkat secara revenue . Kedua adalah keindahan alam tetap terjaga. Satu di antara kelebihan Labuan Bajo adalah alamnya. Baik pantai, pulau, bukit, atau komodo. Ini yang diharapkan juga semakin bagus.
Kekhasan daerah tetap harus dijaga. Ketiga adalah sosial masyarakat. Dengan menjadikan Labuan Bajo dengan superpremium, harapannya keramahan dan kehangatan yang sudah dimiliki masyarakat sana tetap terjaga. Kehidupan sosial dengan mempertahankan budaya lokal tetap terjaga.
Inilah harapan masyarakat Labuan Bajo yang ditemui beberapa wartawan beberapa waktu lalu. Bahkan seorang ranger di Pulau Komodo mengaku senang jika wilayah itu menjadi eksklusif. Namun, yang menjadi kekhawatiran mereka adalah kehilangan mata ekonomi yang selama ini menjadi andalan mereka.
Jaminan ini yang perlu diberikan pemerintah kepada masyarakat lokal di sana. Labuan Bajo adalah satu di antara andalan daerah wisata Indonesia. Sebagian besar masyarakat lokal di Labuan Bajo sudah menggantungkan hidup dari keindahan alam daerahnya.
Harapannya, dengan mengubah konsep Labuan Bajo menjadi superpremium, kehidupan masyarakat Labuan Bajo juga meningkat. Tidak harus superpremium, namun memiliki harapan hidup yang lebih cerah daripada saat ini. Dan, pemerintah tentu sudah mengetahui ini. Tinggal pemerintah mengomunikasikan ini dengan masyarakat Labuan Bajo.
Sedangkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menggunakan kata konsep eksklusif untuk Labuan Bajo. Intinya adalah daerah wisata yang masuk Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur ini akan memiliki pasar yang berbeda dengan objek wisata lain. Istilah superpremium atau eksklusif adalah pasar yang jelas akan disasar pemerintah.
Dari kacamata manajemen marketing wajar jika pemerintah memberikan label superpremium atau eksklusif. Labuan Bajo mempunya unique selling point (USP) yang tidak dimiliki daerah wisata lain di Indonesia, bahkan di dunia. Komodo yang masih hidup liar hanya bisa ditemukan di Labuan Bajo, tepatnya di Pulau Komodo.
Tidak hanya itu, wisata diving , snorkelling, atau hiking, hingga keindahan pulau-pulau yang terhampar di lautan kawasan Labuan Bajo mempunyai daya tarik sendiri. Jika tas, Labuan Bajo bak tas Hermes atau Louis Vuitton. Jika mobil, bisa jadi seperti Ferrari atau Maserati. Intinya mempunyai ceruk pasar yang kecil, tapi eksklusif sehingga mempunyai value yang tinggi.
Ini tentu berbeda dengan daerah lain yang mungkin menawarkan objek wisata pantai, gunung, budaya, ataupun yang lain. Labuan Bajo mempunyai kekhasan yang tidak dimiliki oleh objek wisata di dunia mana pun.
Seberapa mahal Labuan Bajo? Sebagai gambaran untuk masuk ke Taman Nasional Komodo (Pulau Komodo), nantinya wisatawan harus merogoh Rp14 juta per orang per tahun. Padahal, saat ini harga tiket Taman Nasional Komodo untuk wisatawan mancanegara sekitar Rp460.000 per hari di hari biasa dan Rp535.000 di hari libur. Lalu, untuk wisatawan Indonesia dikenai biaya sekitar Rp265.000 dan pada hari libur Rp267.500 per orang per hari.
Tentu ini menjadi tantangan bagi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama dan Wamen Angela Tanoesoedibjo. Bahkan untuk mewujudkan konsep superpremium atau eksklusif bagi Labuan Bajo, keduanya telah mengunjungi daerah tersebut.
Sebagai eksekutor, Kemenparekraf akan mempelajari konsep superpremium dan eksklusif tersebut. Namun, Wishnutama sudah mempunyai sedikit gambaran. Bahwa yang dikejar pemerintah adalah sisi kualitas, bukan kuantitas. Tujuannya untuk meningkatkan spending per arrival .
Namun, ada hal lain yang harus diperhatikan, yaitu kondisi lokal di Labuan Bajo. Harapannya, dengan konsep superpremium tersebut, bukan saja meningkatkan devisa negara, namun juga mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat Labuan Bajo. Pertama dari sisi ekonomi. Harapannya, dengan konsep superpremium, ekonomi masyarakat yang bergerak di wisata juga meningkat.
Ranger di Pulau Komodo, penjual suvenir, pengusaha kuliner, penjual jasa wisatawan, dan lain-lain harus meningkat secara revenue . Kedua adalah keindahan alam tetap terjaga. Satu di antara kelebihan Labuan Bajo adalah alamnya. Baik pantai, pulau, bukit, atau komodo. Ini yang diharapkan juga semakin bagus.
Kekhasan daerah tetap harus dijaga. Ketiga adalah sosial masyarakat. Dengan menjadikan Labuan Bajo dengan superpremium, harapannya keramahan dan kehangatan yang sudah dimiliki masyarakat sana tetap terjaga. Kehidupan sosial dengan mempertahankan budaya lokal tetap terjaga.
Inilah harapan masyarakat Labuan Bajo yang ditemui beberapa wartawan beberapa waktu lalu. Bahkan seorang ranger di Pulau Komodo mengaku senang jika wilayah itu menjadi eksklusif. Namun, yang menjadi kekhawatiran mereka adalah kehilangan mata ekonomi yang selama ini menjadi andalan mereka.
Jaminan ini yang perlu diberikan pemerintah kepada masyarakat lokal di sana. Labuan Bajo adalah satu di antara andalan daerah wisata Indonesia. Sebagian besar masyarakat lokal di Labuan Bajo sudah menggantungkan hidup dari keindahan alam daerahnya.
Harapannya, dengan mengubah konsep Labuan Bajo menjadi superpremium, kehidupan masyarakat Labuan Bajo juga meningkat. Tidak harus superpremium, namun memiliki harapan hidup yang lebih cerah daripada saat ini. Dan, pemerintah tentu sudah mengetahui ini. Tinggal pemerintah mengomunikasikan ini dengan masyarakat Labuan Bajo.
(zil)