Keanekaragaman Hayati Jadi Program Prioritas Riset Nasional
A
A
A
TANGERANG - Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Pemerintah pun memasukkan sumber daya hayati sebagai salah satu prioritas riset nasional 2020-2024.
Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Ocky Karna Radjasa mengatakan, UU Sistem Nasional Iptek memberikan perlindungan bagi sumber daya hayati Indonesia. Dalam Program Riset Nasional 2020-2024, ada sembilan bidang fokus riset.
Di poin nomor sembilan ada program multidisiplin dan lintas sektoral. Di dalamnya ada lima topik dan salah satunya tentang biodiversitas. Dia menjelaskan, setelah masuk ke program prioritas riset, maka sumber daya hayati itu mendapat jaminan pendanaan riset. Pola pendanaannya untuk penelitian satu produk yang melibatkan multidisiplin.
"Jadi, sudah jelas biodiversitas akan menjadi primadona terkait dengan prioritas riset nasional 2020-2024," ungkap Ocky seusai seminar nasional "Pencegahan Pencurian Sumber Daya Hayati Indonesia' di Tangerang, Banten, kemarin.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kemaritiman dan Investasi Agung Kuswandono mengatakan, sumber daya hayati yang terkandung di Indonesia itu sangat kaya keberagamannya. Sumber dayanya pun sangat banyak dan jika diolah menjadi produk maka keanekaragaman hayati Indonesia akan dikenal ke seluruh dunia.
Dia mencontohkan, jika Korea dikenal dengan ginsengnya, maka Indonesia memiliki jahe, kencur, temulawak, dan tumbuhan lain yang bahkan memiliki khasiat lebih baik dari ginseng. "Negara kita kaya luar biasa. Mari sumber daya alam hayati kita dijaga. Buat menjadi icon negara kita," ujarnya.
Menurut Agung, sumber daya alam hayati di Indonesia adalah yang terbaik di dunia. Namun diperlukan langkah-langkah khusus untuk memberdayakan dan menjaganya. Agung pun berharap semakin banyak penelitian yang ditopang anggaran khusus untuk pengembangan sumber daya alam hayati itu.
Agung berharap, penelitian yang dilakukan itu bukan sekadar penelitian yang berhenti di skala lab saja. Melainkan, bisa dipakai untuk menyelesaikan permasalahan di Indonesia. Penelitian harus bisa didorong ke skala industri yang membutuhkan. "Bagaimana hasil penelitian bisa dimanifestasikan untuk industri baru yang bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat. Tapi karena berhenti di skala lab, maka tidak bisa mengembangkan untuk buat industri baru," paparnya.
Karena itu, agar sumber daya hayati Indonesia bisa berkembang menjadi industri, maka harus ada identifikasi dan membuat database sehingga bisa terkumpul keanekaragaman hayati yang bisa menyejahterakan masyarakat. (Neneng Zubaidah)
Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Ocky Karna Radjasa mengatakan, UU Sistem Nasional Iptek memberikan perlindungan bagi sumber daya hayati Indonesia. Dalam Program Riset Nasional 2020-2024, ada sembilan bidang fokus riset.
Di poin nomor sembilan ada program multidisiplin dan lintas sektoral. Di dalamnya ada lima topik dan salah satunya tentang biodiversitas. Dia menjelaskan, setelah masuk ke program prioritas riset, maka sumber daya hayati itu mendapat jaminan pendanaan riset. Pola pendanaannya untuk penelitian satu produk yang melibatkan multidisiplin.
"Jadi, sudah jelas biodiversitas akan menjadi primadona terkait dengan prioritas riset nasional 2020-2024," ungkap Ocky seusai seminar nasional "Pencegahan Pencurian Sumber Daya Hayati Indonesia' di Tangerang, Banten, kemarin.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kemaritiman dan Investasi Agung Kuswandono mengatakan, sumber daya hayati yang terkandung di Indonesia itu sangat kaya keberagamannya. Sumber dayanya pun sangat banyak dan jika diolah menjadi produk maka keanekaragaman hayati Indonesia akan dikenal ke seluruh dunia.
Dia mencontohkan, jika Korea dikenal dengan ginsengnya, maka Indonesia memiliki jahe, kencur, temulawak, dan tumbuhan lain yang bahkan memiliki khasiat lebih baik dari ginseng. "Negara kita kaya luar biasa. Mari sumber daya alam hayati kita dijaga. Buat menjadi icon negara kita," ujarnya.
Menurut Agung, sumber daya alam hayati di Indonesia adalah yang terbaik di dunia. Namun diperlukan langkah-langkah khusus untuk memberdayakan dan menjaganya. Agung pun berharap semakin banyak penelitian yang ditopang anggaran khusus untuk pengembangan sumber daya alam hayati itu.
Agung berharap, penelitian yang dilakukan itu bukan sekadar penelitian yang berhenti di skala lab saja. Melainkan, bisa dipakai untuk menyelesaikan permasalahan di Indonesia. Penelitian harus bisa didorong ke skala industri yang membutuhkan. "Bagaimana hasil penelitian bisa dimanifestasikan untuk industri baru yang bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat. Tapi karena berhenti di skala lab, maka tidak bisa mengembangkan untuk buat industri baru," paparnya.
Karena itu, agar sumber daya hayati Indonesia bisa berkembang menjadi industri, maka harus ada identifikasi dan membuat database sehingga bisa terkumpul keanekaragaman hayati yang bisa menyejahterakan masyarakat. (Neneng Zubaidah)
(nfl)