International Cultural Festival, Ajang Promosi Budaya Antarnegara
A
A
A
JAKARTA - Merayakan keberagaman Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School atau Sekolah Fatih Putri, kawasan Lamnyong, Banda Aceh menggelar The International Cultural Festival yang dihadiri oleh ribuan peserta.
Kegiatan ini baru pertama diadakan sejak sekolah tersebut berdiri sejak tahun 2012 "The International Cultural Festival bisa terlaksana baik di Sekolah Fatih karena didukung oleh sumber daya yang cukup dan beragam," ujar General Manager Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School, Mustafa, dalam rilisnya, Minggu (20/10/2019).
Festival ini dipusatkan di Lapangan Futsal Sekolah Fatih Putri di kawasan Lamnyong, Banda Aceh dan dibuka resmi oleh Wali Kota Banda Aceh yang diwakili oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Band Aceh, Saminan.
"Ini merupakan persembahan guru, karyawan, dan murid SD, SMP, dan SMA Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School yang baru pertama diadakan sejak sekolah tersebut beroperasi tahun 2012," ucapnya.
Dijelaskan Mustafa, sekolah internasional, Fatih Bilingual School selain memiliki guru dan murid dari Aceh juga yang berasal dari berbagai negara. Ada dari Turki, Turkmenistan, Kyrgyzstan, Korea Selatan, dan Filipina.
Selain itu, kebanyakan muridnya berasal dari Aceh, Indonesia, di samping ada beberapa orang berkebangsaan India, Turki, Korea Selatan, Thailand, dan Filipina.
Keberagaman etnis tersebut menginspirasi Mustafa yang keturunan Turki untuk menggelar The International Cultural Festival di sekolah yang menggunakan bahasa Inggris dan Turki dalam kegiatan belajar mengajarnya itu.
Di sekolah ini juga diajarkan bahasa Indonesia dan bahasa Aceh sebagai bahasa daerah. Ide Mustafa itu kemudian didukung para guru mancanegara di sekolah tersebut, akhirnya diwujudkan dalam bentuk The International Cultural Festival yang dimulai pukul 08.30 WIB dan berakhir pukul 14.00 WIB, Sabtu (19/10/2019) kemarin.
Dalam festival ini juga digelar Cultural Stand Exhibition dan cooking competition (lomba memasak), juga Spelling Bee Contest, Scrabble, dan Bambuuzl. Di akhir acara dilakukan penarikan undian doorprize, juga pembagian hadiah kepada para pemenang lomba memasak dan pemenang sejumlah kontes.
"Festival budaya mancanegara ini untuk memperkenalkan dan mempromosikan seni budaya tujuh negara plus Nusantara kepada masyarakat Aceh, khususnya kepada para murid dan orang tua murid serta masyarakat Banda Aceh dan sekitarnya yang berkesempatan hadir ke festival internasional ini," ujar Mustafa yang fasih berbahasa Indonesia ini.
Dalam festival ini ditampilkan benda-benda seni dan budaya. Selain dari Indonesia juga dari berbagai negara seperti Turki, Turkmenistan, Kyrgyzstan, India, Korea Selatan, Filipina, dan Thailand.
Setiap stan juga menggelar lomba memasak masakan khas dari masing-masing negara. Sedangkan dewan jurinya berasal dari guru-guru mancanegara yang mengajar di sekolah itu.
Para pengunjung yang sebagian besar orang tua/wali murid dan warga sekitar umumnya mampir di setiap stan untuk berfoto dengan penjaga stan yang mengenakan pakaian nasional atau pakaian adat dari masing-masing negara peserta festival.
Sejak pagi hingga siang, kegiatan ini ramai pengunjung menyaksikan pameran benda seni dan budaya, juga mata uang, bendera, dan lambang dari masing-masing negara yang dipajang di stan (booth) dari delapan negara yang ikut serta.
Di stan Turki bahkan dipajang bendera dan gitar khas Turki maupun peci khas Sultan Turki yang menyedot animo pengunjung. Stan India menampilkan foto-foto makanan khas India yang selama ini juga banyak dijual di restoran dan kafe-kafe di Banda Aceh.
Di stan India ini pengunjung bisa berfoto dengan dua penjaga stan, pria dan wanita asli keturunan India yang sedang sekolah di Fatih. Di stan Korea Selatan, pengunjung juga dapat berinteraksi dengan beberapa pelajar asal Korea yang ibunya berasal dari Korea Selatan, sedangkan ayahnya warga negara Turki dan keduanya mengajar di Sekolah Fatih Putri.
Festival budaya ini juga tambah semarak karena menampilkan sejumlah tari India dan lainnya. Penarinya dari Aceh Besar dan Banda Aceh, sedangkan pelatihnya guru Sekolah Fatih yang berasal dari India atau Turki. Festival seperti ini, kata Mustafa, akan dilaksanakan lagi tahun depan dengan harapan semakin bertambah jumlah negara yang ikut berpartisipasi.
Kegiatan ini baru pertama diadakan sejak sekolah tersebut berdiri sejak tahun 2012 "The International Cultural Festival bisa terlaksana baik di Sekolah Fatih karena didukung oleh sumber daya yang cukup dan beragam," ujar General Manager Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School, Mustafa, dalam rilisnya, Minggu (20/10/2019).
Festival ini dipusatkan di Lapangan Futsal Sekolah Fatih Putri di kawasan Lamnyong, Banda Aceh dan dibuka resmi oleh Wali Kota Banda Aceh yang diwakili oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Band Aceh, Saminan.
"Ini merupakan persembahan guru, karyawan, dan murid SD, SMP, dan SMA Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School yang baru pertama diadakan sejak sekolah tersebut beroperasi tahun 2012," ucapnya.
Dijelaskan Mustafa, sekolah internasional, Fatih Bilingual School selain memiliki guru dan murid dari Aceh juga yang berasal dari berbagai negara. Ada dari Turki, Turkmenistan, Kyrgyzstan, Korea Selatan, dan Filipina.
Selain itu, kebanyakan muridnya berasal dari Aceh, Indonesia, di samping ada beberapa orang berkebangsaan India, Turki, Korea Selatan, Thailand, dan Filipina.
Keberagaman etnis tersebut menginspirasi Mustafa yang keturunan Turki untuk menggelar The International Cultural Festival di sekolah yang menggunakan bahasa Inggris dan Turki dalam kegiatan belajar mengajarnya itu.
Di sekolah ini juga diajarkan bahasa Indonesia dan bahasa Aceh sebagai bahasa daerah. Ide Mustafa itu kemudian didukung para guru mancanegara di sekolah tersebut, akhirnya diwujudkan dalam bentuk The International Cultural Festival yang dimulai pukul 08.30 WIB dan berakhir pukul 14.00 WIB, Sabtu (19/10/2019) kemarin.
Dalam festival ini juga digelar Cultural Stand Exhibition dan cooking competition (lomba memasak), juga Spelling Bee Contest, Scrabble, dan Bambuuzl. Di akhir acara dilakukan penarikan undian doorprize, juga pembagian hadiah kepada para pemenang lomba memasak dan pemenang sejumlah kontes.
"Festival budaya mancanegara ini untuk memperkenalkan dan mempromosikan seni budaya tujuh negara plus Nusantara kepada masyarakat Aceh, khususnya kepada para murid dan orang tua murid serta masyarakat Banda Aceh dan sekitarnya yang berkesempatan hadir ke festival internasional ini," ujar Mustafa yang fasih berbahasa Indonesia ini.
Dalam festival ini ditampilkan benda-benda seni dan budaya. Selain dari Indonesia juga dari berbagai negara seperti Turki, Turkmenistan, Kyrgyzstan, India, Korea Selatan, Filipina, dan Thailand.
Setiap stan juga menggelar lomba memasak masakan khas dari masing-masing negara. Sedangkan dewan jurinya berasal dari guru-guru mancanegara yang mengajar di sekolah itu.
Para pengunjung yang sebagian besar orang tua/wali murid dan warga sekitar umumnya mampir di setiap stan untuk berfoto dengan penjaga stan yang mengenakan pakaian nasional atau pakaian adat dari masing-masing negara peserta festival.
Sejak pagi hingga siang, kegiatan ini ramai pengunjung menyaksikan pameran benda seni dan budaya, juga mata uang, bendera, dan lambang dari masing-masing negara yang dipajang di stan (booth) dari delapan negara yang ikut serta.
Di stan Turki bahkan dipajang bendera dan gitar khas Turki maupun peci khas Sultan Turki yang menyedot animo pengunjung. Stan India menampilkan foto-foto makanan khas India yang selama ini juga banyak dijual di restoran dan kafe-kafe di Banda Aceh.
Di stan India ini pengunjung bisa berfoto dengan dua penjaga stan, pria dan wanita asli keturunan India yang sedang sekolah di Fatih. Di stan Korea Selatan, pengunjung juga dapat berinteraksi dengan beberapa pelajar asal Korea yang ibunya berasal dari Korea Selatan, sedangkan ayahnya warga negara Turki dan keduanya mengajar di Sekolah Fatih Putri.
Festival budaya ini juga tambah semarak karena menampilkan sejumlah tari India dan lainnya. Penarinya dari Aceh Besar dan Banda Aceh, sedangkan pelatihnya guru Sekolah Fatih yang berasal dari India atau Turki. Festival seperti ini, kata Mustafa, akan dilaksanakan lagi tahun depan dengan harapan semakin bertambah jumlah negara yang ikut berpartisipasi.
(maf)