Ini Pengalaman Tak Terlupakan Dirjen PAS Sri Puguh Budi Utami
A
A
A
JAKARTA - Direktur Jendral Permasyarakatan, Sri Puguh Budi Utami menyebut kasus pemberontakan oleh narapidana di Mako Brimob menjadi pengalaman tak terlupakannya selama menjabat sebagai Dirjen PAS.
Hal itu diungkapkan Utami dalam talkshow Women Talk Perempuan Hebat Indonesia Unggul yang digelar oleh SINDO Media, di Ballroom Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (18/10/2019).
"Pasti saya ga lupakan seumur hidup, ketika ada kejadian kasus pemberontakan teroris di Mako Brimob. Itu sangat luar biasa, dievakuasi dan kemudian kami siap menampung pada saat itu langsung dibawa ke Nusa Kambangan," katanya.
Utami mengungkapkan, pada kondisi saat itu tidak mudah memberi masukan kepada para napi yang dipindahkan dari Mako Brimob ke Nusakambangan.
"Dengan kondisi pada waktu itu tidak mudah mereka menerima masukan terus ke kamar ganti baju dan seterusnya kami melakukan pendekatan diskusi terus sampai dengan yang paling sangar pun siap ganti baju mau makan mau potong rambut dan seterusnya mau ganti pakaian dari yang disiapkan dari lapas Nusakambangan," ungkapnya.
Utami tidak pernah membayangkan betapa sulitnya memberikan masukan bagi para napi terorisme kala itu. Saat itu dirinya dibantu beberapa rekannya untuk memberi arahan dan masukan kepada hampir ratusan napi.
"Tidak pernah terbayangkan oleh kami itu kerasnya mereka dengan pendekatan, kebetulan memang tiga-tiganya perempuan ada bu Esti ada ibu catur ada saya yang melakukan pendekatan supaya mereka masuk ke kamar mengikuti aturan yang kita sampaikan harus ditaati dalam jumlah besar jadi pada waktu itu ada 154 dan sangat luar biasa," jelasnya.
"Ketika menerima banyak hal rasanya plong, itu pengalaman pertama dari saya yang sangat tidak mudah," tambahnya. Kala itu, kata Utami, rasa takutnya terkait kericuhan napi terorisme hilang terkalahkan dengan rasa tanggung jawabnya untuk saling peduli dan membantu.
"Berani mengambil tanggung jawab karena pada waktu itu posisi sudah sangat crowded dan mereka harus dikeluarkan dari rutan Mako Brimob hanya itu saja, kami yakin kalo dijauhkan dari posisi hiruk pikuk Jakarta akan beda situasinya dan Alhamdulillah dengan bapak Menko dan seterusnya kami sampaikan kami siap menampung," tegasnya.
"Kami ngawal di sana kami melakukan diskusi dan seterusnya rasa tanggung jawab lebih besar dari rasa takut," sambungnya. (Baca juga: Ibu hingga RA Kartini Sosok yang Menginspirasi Dirjen Pemasyarakatan )
Selain kejadian di Mako Brimob, dirinya juga mengingat kejadian yang tak pernah dilupakannya saat masih belum menduduki jabatan yang sekarang. Kala itu Utami keliling lapas rutan sebagai kepala biro perencanaan dirinya banyak melihat napi perempuan bercampur dengan laki-laki.
Dirinya pun sangat prihatin dengan hal tersebut, maka dari itu kala menjadi Dirjen PAS membuat lapas khusus untuk perempuan dan anak-anak. (Baca juga: SINDO Media Beri Penghargaan kepada 15 Perempuan Hebat Indonesia )
"Makanya begitu Tuhan memberikan kesempatan jadi Dirjen yang pertama kali kami perjuangkan adalah membangun lapas rutan seluruh Indonesia disetiap provinsi khusus untuk perempuan dan anak dan Alhamdulillah disetiap provinsi ada LP perempuan kemudian ada rutan perempuan kemudian ada LPKA sehingga sudah ada semua disetiap provinsi kami tidak ingin anak-anak bergabung dengan narapidana dewasa," katanya.
"Kami juga tidak ingin para narapidana tahanan perempuan bergabung di blok narapidana pria dan tahanan pria," tutupnya.
Hal itu diungkapkan Utami dalam talkshow Women Talk Perempuan Hebat Indonesia Unggul yang digelar oleh SINDO Media, di Ballroom Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (18/10/2019).
"Pasti saya ga lupakan seumur hidup, ketika ada kejadian kasus pemberontakan teroris di Mako Brimob. Itu sangat luar biasa, dievakuasi dan kemudian kami siap menampung pada saat itu langsung dibawa ke Nusa Kambangan," katanya.
Utami mengungkapkan, pada kondisi saat itu tidak mudah memberi masukan kepada para napi yang dipindahkan dari Mako Brimob ke Nusakambangan.
"Dengan kondisi pada waktu itu tidak mudah mereka menerima masukan terus ke kamar ganti baju dan seterusnya kami melakukan pendekatan diskusi terus sampai dengan yang paling sangar pun siap ganti baju mau makan mau potong rambut dan seterusnya mau ganti pakaian dari yang disiapkan dari lapas Nusakambangan," ungkapnya.
Utami tidak pernah membayangkan betapa sulitnya memberikan masukan bagi para napi terorisme kala itu. Saat itu dirinya dibantu beberapa rekannya untuk memberi arahan dan masukan kepada hampir ratusan napi.
"Tidak pernah terbayangkan oleh kami itu kerasnya mereka dengan pendekatan, kebetulan memang tiga-tiganya perempuan ada bu Esti ada ibu catur ada saya yang melakukan pendekatan supaya mereka masuk ke kamar mengikuti aturan yang kita sampaikan harus ditaati dalam jumlah besar jadi pada waktu itu ada 154 dan sangat luar biasa," jelasnya.
"Ketika menerima banyak hal rasanya plong, itu pengalaman pertama dari saya yang sangat tidak mudah," tambahnya. Kala itu, kata Utami, rasa takutnya terkait kericuhan napi terorisme hilang terkalahkan dengan rasa tanggung jawabnya untuk saling peduli dan membantu.
"Berani mengambil tanggung jawab karena pada waktu itu posisi sudah sangat crowded dan mereka harus dikeluarkan dari rutan Mako Brimob hanya itu saja, kami yakin kalo dijauhkan dari posisi hiruk pikuk Jakarta akan beda situasinya dan Alhamdulillah dengan bapak Menko dan seterusnya kami sampaikan kami siap menampung," tegasnya.
"Kami ngawal di sana kami melakukan diskusi dan seterusnya rasa tanggung jawab lebih besar dari rasa takut," sambungnya. (Baca juga: Ibu hingga RA Kartini Sosok yang Menginspirasi Dirjen Pemasyarakatan )
Selain kejadian di Mako Brimob, dirinya juga mengingat kejadian yang tak pernah dilupakannya saat masih belum menduduki jabatan yang sekarang. Kala itu Utami keliling lapas rutan sebagai kepala biro perencanaan dirinya banyak melihat napi perempuan bercampur dengan laki-laki.
Dirinya pun sangat prihatin dengan hal tersebut, maka dari itu kala menjadi Dirjen PAS membuat lapas khusus untuk perempuan dan anak-anak. (Baca juga: SINDO Media Beri Penghargaan kepada 15 Perempuan Hebat Indonesia )
"Makanya begitu Tuhan memberikan kesempatan jadi Dirjen yang pertama kali kami perjuangkan adalah membangun lapas rutan seluruh Indonesia disetiap provinsi khusus untuk perempuan dan anak dan Alhamdulillah disetiap provinsi ada LP perempuan kemudian ada rutan perempuan kemudian ada LPKA sehingga sudah ada semua disetiap provinsi kami tidak ingin anak-anak bergabung dengan narapidana dewasa," katanya.
"Kami juga tidak ingin para narapidana tahanan perempuan bergabung di blok narapidana pria dan tahanan pria," tutupnya.
(pur)