Pegiat Media Sosial Ajak Buzzer Sebar Konten Positif

Senin, 14 Oktober 2019 - 14:33 WIB
Pegiat Media Sosial Ajak Buzzer Sebar Konten Positif
Pegiat Media Sosial Ajak Buzzer Sebar Konten Positif
A A A
JAKARTA - Istilah buzzer atau pendengung cukup populer. Dalam konteks tertentu, buzzer menjadi industri yang siap pakai untuk menggiring opini publik. Namun pada praktiknya buzzer justru terkadang dikonotasikan negatif.

Buzzer
kerap dipersepsikan sebagai penyebar dan merusak informasi dengan konten hoaks dan menyesatkan. Padahal aktivitas buzzer bisa bernilai positif dengan menjadi penggerak dan penyebar isu perdamaian, antifitnah dan melawan penyebaran hoax.

Aktivis media sosial, Enda Nasution meminta sebenarnya buzzer memiliki skill atau kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman yang bagus untuk mengelola dan menyebarkan informasi positif dalam upaya menjaga perdamaian dan persatuan.

“Perlu diingat, menyebarkan informasi yang bisa menyesatkan dan memecah persatuan bukan saja melangar hukum, tapi juga jahat dan melanggar hukum agama. Sudah seharusnya teman-teman yang bekerja untuk melakukan penyebaran kebencian seperti itu untuk stop melakukan itu dan kemudian menggunakan kemampuan dan pengalamannya untuk menyebarkan informasi-informasi yang sifatnya positif dan menjaga perdamaian,” tuturnya.

Hal itu diungkapkan Enda di Jakarta, Sabtu 12 Oktober 2019 menyikapi fenomena buzzer di Indonesia.

Menurut Enda, masyarakat pengguna media sosial yang cerdas dan rajin, tentunya bisa membuat buzzer penyebar fitnah untuk tidak ada lagi di Indonesia. Dengan kecedasan yang dimiliki masyarakat, sebenarnya tidak ada lagi ruang untuk mereka bisa memanipulasi informasi atau memprovokasi masyarakat dengan sengaja untuk menyebarkan lagi informasinya.

“Sehingga perilaku kita yang menggunakan media sosial secara bijaklah yang utama jangan mau diprovokasi, jangan menjadi user yang malas. Harus rajin dan sadar ini ada perang opini di dunia maya. Jangan tanpa kita mengerti betul isunya atau opininya, dan jangan mau jadi orang yang dimanipulasi,” tutur Enda.

Enda menjelaskan, selama ini ada semacam kesalahan persepsi mengenai buzzer. Definisi buzzer sebenarnya adalah akun-akun tanpa identitas yang jelas tapi punya misi, tugas ataupun kesukarelaan untuk menginfokan tentang informasi-informasi yang dia punya.

“Latar belakang motivasinya bisa memotivasi ekonomi, dibayar atau juga bisa motivasi ideologis atau prereferensi untuk atau relawan untuk mendukung sebuah isu atau kampanye tertentu. Ini yang saya katakan sebagai buzzer. Karena memang istilahnya itu nge-buzz yang tidak jelas di mana kita hanya ramai, tapi kemudian tidak ada informasi yang yang kredibel, sumbernya dari mana, kita tidak bisa tahu,” tuturnya.

Enda pun memberikan tips untuk mengenali ciri-ciri akun buzzer yang palsu di antaranya akun tidak menggunakan nama asli dan konten yang disebar. Misalnya hanya dari satu sisi dan tidak banyak informasi mengenai hal lain.

“Hanya tentang isu atau campaign yang terus-menerus dikabarkan Ini tentu berbeda dengan akun-akun yang memang riil atau orang-orang yang jelas, biasanya tentu ada banyak konten yang sesuai dengan pribadinya masing-masing seperti hobi atau aktivitas kesehariannya,” tutur Ketua Tim Jabar Saber Hoaks yang dibentuk Pemerintah Provisni Jawa Barat ini.

Dia juga meminta penegak hukum untuk mengambil tindakan tegas terhadap para penyebar fitnah atau hoaks. “Penegakkan hukum menjadi salah satu faktor yang penting agar ada efek jera agar tidak lagi terus menerus membombardir masyarakat dengan hoaks dan disinformasi," tuturnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9081 seconds (0.1#10.140)