Indonesia Waspadai KLB Polio di Filipina

Kamis, 03 Oktober 2019 - 08:28 WIB
Indonesia Waspadai KLB Polio di Filipina
Indonesia Waspadai KLB Polio di Filipina
A A A
JAKARTA - Indonesia mewaspadai kejadian luar biasa (KLB) penyebaran virus polio di Filipina. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat agar semakin disiplin menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Para orang tua yang memiliki balita sangat dianjurkan untuk segera memberikan anak mereka vaksin polio.

Pemerintah telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan No 5R.O3.04/11/2320/2019 tentang Kewaspadaan dan Respons terhadap KLB Polio VDPV Tipe 2. Kementerian Kesehatan juga terus meningkatkan pengawasan di pintu masuk batas lintas negara Filipina-Indonesia di Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara. Petugas karantina dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diingatkan untuk memperketat prosedur keluar masuk warga dari dan menuju Filipina.

“Ada hubungan kekerabatan yang sangat erat dari Filipina Selatan dan Sulawesi Utara dan hampir setiap hari ada migrasi. Ini menjadi kewaspadaan yang harus ditangani sekarang,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono.

Selain Sulawesi Utara, sejumlah wilayah yang memiliki kedekatan sosial dan transportasi dengan Filipina adalah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Maluku Utara, dan Papua Barat. Otomatis, risiko penularan di sana cukup besar.

Sejauh ini, tidak ada obat yang terbukti berhasil menyembuhkan polio sehingga perlu dicegah sejak awal degan imunisasi. Penularannya dapat terjadi begitu cepat akibat rendahnya sanitasi dan kebersihan tubuh serta lingkungan.

Anung melanjutkan, sebuah daerah layak dinyatakan bebas polio apabila cakupan imunisasinya mencapai 95%. Sayangnya, banyak daerah di Indonesia belum mencapai angka tersebut. Rata-rata hanya 87% pada 2018. Dari lima provinsi di atas, kata dia, hanya Kalimantan Timur yang tahun lalu mencapai cakupan 95,6%.

Menurut Anung, pada tahun lalu sekitar 12% anak usia 0–11 bulan di Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Di sisi lain, imunisasi rutin lengkap tidak berhenti ketika anak berusia 11 bulan, namun hingga usia sekolah dasar.

Polio adalah penyakit yang melumpuhkan dan berpotensi mematikan karena mempengaruhi sistem saraf. Penyakit ini menular akibat kurangnya kebiasaan mencuci tangan yang baik dan kontak dengan sejumlah kecil kotoran manusia yang terinfeksi. Virus juga menyebar melalui minuman atau makanan yang terkontaminasi dengan tinja yang terinfeksi. Di daerah dengan tingkat vaksinasi polio dan sanitasi rendah, virus dapat menyebar antarmanusia.

Penyebaran penyakit ini sangat cepat dan sangat rentan menginfeksi anak-anak, terutama yang belum mendapatkan imunisasi polio. Virus polio bisa masuk melalui rongga mulut dan hidung kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah. Virus polio juga dapat menular melalui percikan air liur.

Sebagian besar penderita polio tidak merasakan sakit. Beberapa penderita hanya memiliki gejala kecil seperti demam, kelelahan, mual, sakit kepala, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, batuk, kaku di leher dan punggung, atau nyeri di lengan dan kaki.

Dalam beberapa kasus, infeksi polio menyebabkan hilangnya fungsi otot secara permanen atau kelumpuhan. Polio dapat berakibat fatal jika otot yang digunakan untuk bernapas lumpuh atau jika ada infeksi otak.

Pencegahan utamanya adalah dengan pemberian vaksin polio dan sadar akan kebersihan diri serta lingkungan.

Dokter Spesialis Anak RS Hermina Depok dr Otty Mitha SpA mengatakan, idealnya imunisasi polio diberikan empat kali untuk anak umur di bawah satu tahun.

“Ada kelumpuhan anggota gerak biasanya di kaki yang sifatnya tidak bisa kembali secara sempurna sedangkan polio belum ada obatnya. Jadi harus dikuatkan pencegahannya. Jangan sampai telat memberikan imunisasi. Jangan sampai anak kita sama sekali tidak mendapatkan imunisasi,” tegas Otty.

Penyakit polio kembali muncul di Filipina pada September , setelah hampir dua dekade Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan negara pimpinan Rodrigo Duterte itu terbebas dari penyakit menular tersebut. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Filipina menyatakan dua pasien anak-anak di bawah lima tahun di Provinsi Lanao del Sur, positif terjangkit polio pada akhir September. Pasien mengalami kelumpuhan residual.

Kemenkes Filipina seperti dilaporkan Al Jazeera sedang menunggu hasil uji laboratorium pasien lain yang mengalami kelumpuhan akut serupa. Menkes Filipina Francisco Duque III mengatakan, berdasarkan pengamatan sampel, virus polio telah terdeteksi berasal dari saluran air limbah di Manila dan Davao. Kasus ini kini ditangani berbagai lembaga terkait di Filipina dan dunia. Kemenkes Filipina pun kembali menggelar program vaksinasi polio di area terjangkit seperti National Capital Region atau area metropolitan Manila, Davao, dan Lanao del Sur bulan ini.

Pemerintah Indonesia pada April 2019 lalu pernah menyatakan kejadian luar biasa (KLB) penyakit polio di Yahukimo, Papua, setelah muncul tiga kasus polio di daerah tersebut sejak Februari. Satu pasien di antaranya mengalami lumpuh layu. Kementerian Kesehatan saat itu langsung melakukan pemberian imunisasi kepada seluruh masyarakat yang diberikan selama dua pekan.

Indonesia telah berhasil mendapatkan Sertifikat Bebas Polio bersama negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Asia Tenggara atau South East Asia Region (SEARO) pada Maret 2014. Imunisasi polio terus diberikan sebagai tindakan pencegahan karena ada dua negara yakni Afghanistan dan Pakistan yang belum dinyatakan bersih dari polio. (Iman Firmansyah/Muh Shamil)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6369 seconds (0.1#10.140)
pixels