Ketika Quraish Shihab dan Jokowi Bicara Soal Cinta Keagamaan

Rabu, 18 September 2019 - 12:57 WIB
Ketika Quraish Shihab dan Jokowi Bicara Soal Cinta Keagamaan
Ketika Quraish Shihab dan Jokowi Bicara Soal Cinta Keagamaan
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut akan terus menggunakan pernyataan cendekiawan muslim Quraish Shihab.

Pernyataan Jokowi bermula saat Quraish Shihab memberikan sambutannya dalam acara Titik Temu di Hotel Double Tree, Jakarta, Rabu (18/9/2019).

Dalam acara tersebut Quraish menyebut salah satu hal yang menyebabkan toleransi tidak tercapai adalah adanya emosi keagamaan yang meluap-luap sehingga membuat seseroang tidak bisa bersikap adil.

“Tidak jarang yang berpengetahuan agama pun sering bersikap tidak adil. Mengucapkan atau bersikap bahkan yang bertentangan dengan ajaran agamanya,” ujar Quraish di Hotel Double Tree Hilton, Jakarta, Rabu (18/9/2019).

Dia mengatakan, emosi agama harus dicegah dan dialihkan menjadi cinta. Menurut dia, cinta adalah inti dari ajaran setiap agama. Menurutnya dengan begitu setiap orang akan dapat berhubungan secara harmonis di tengah perbedaan yang ada.

“Mari kita arahkan emosi keagamaan yang berlebih-lebih kepada cinta. Cinta sesama,” tuturnya.

Pernyataan Quraish tersebut menarik perhatian Presiden Jokowi. Saat menyampaikan pidatonya, Presiden pun menyatakan pernyataan tersebut akan digarisbawahinya.

“Emosi keagamaan dan cinta keagamaan. Emosi keagamaan dikurangi atau dihilangkan. Kemudian yang dikuatkan dan dikuatkan adalah cinta keagamaan,” kata Jokowi.

Menurut dia, sejalan dengan usia Indonesia maka sudah seharusnya semakin dewasa dalam menerima perbedaan. Termasuk semakin terbuka terhadap perbedaan yang datang dari pihak luar.

“Termasuk semakin mampu mengelola atas hadirnya orang asing yang mau bekerja sama dengan kita. Yang menguntungkan kita. Jangan belum-belum antek asing, antek aseng. Itu yang namanya emosi keagamaan bukan cinta keagamaan. Akan saya pakai terus Pak Quraish,” selorohnya yang disambut tawa tamu undangan.

Dalam sambutannya, Jokowi sempat curhat dirinya dituduh antek asing karena ingin mendatangkan rektor dari luar negeri. Padahal. menurut dia, majunya Uni Emirat Arab karena model seperti itu.

“Mereka (Uni Emirat Arab-red) berani mengundang talenta top dunia yang menjadi CEO dan tenaga ahli. Satu per satu diganti dengan warga Uni Emirat Arab. Guru hebat, rektor dari negara lain. Di sini, baru ide gagasan, ada 4.700 akademi/politeknik/universitas perguruan tinggi, bagaimana tiga universitas atau politeknik kita pakai rektor asing. Baru berbicara seperti itu, langsung (dituding-red) Presiden Jokowi antek asing,” ungkapnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8958 seconds (0.1#10.140)