Jelang Munas Golkar, Kader Muda Ingatkan Soal Demokrasi dan Etika

Rabu, 11 September 2019 - 23:19 WIB
Jelang Munas Golkar, Kader Muda Ingatkan Soal Demokrasi dan Etika
Jelang Munas Golkar, Kader Muda Ingatkan Soal Demokrasi dan Etika
A A A
JAKARTA - Kelompok aktivis muda Partai Golkar menduga ada sinyalemen kuat muncul pihak luar partai Golkar yang sengaja ingin menciptakan perpecahan di tubuh Golkar.

Kelompok itu secara sengaja melakukan operasi untuk membuat kegaduhan sehingga Partai Golkar yang saat ini dipimpin Airlangga Hartarto tidak menjadi pemenenang Pemilu pada tahun 2024 mendatang.

"Kalau kami cermati kasus per kasus sampai hari ini menjelang Munas Desember 2019 ada dugaan sangat kuat ada pihak luar yang secara sengaja ingin membuat rusuh di internal sehingga Golkar pecah. Modusnya hampir sama dengan 2014 saat Pak Aburizal dan Pak Agung Laksono (berkontestasi-red)," kata Ketua Umum Jaringan Aktivis Muda Partai Golkar, Rudolfus Jack Paskalis kepada wartawan di Jakarta, Rabu (11/9/2019).

Dia mensinyalir kelompok semacam itu memiliki agenda untuk membuat Partai Golkar tidak berdaya karena ditakutkan menjadi pemenang pada Pemilu 2024 mendatang. "Mereka takut sekali karena partai ini akan menang di 2024 sehingga dicari upaya bagaimana menghancurkannya," lanjut Jack.

Pihaknya berharap kontestasi menjelang Munas 2019 dilakukan dengan cara-cara demokratis. "Kami mendukung cara-cara berpolitik di Golkar dengan cara-cara yang demokratis dan beretika," pungkas Jack.

Pengamat politik CSIS Arya Fernandez mengatakan dinamika Golkar menjelang munas masih dianggap Wajar. Tarik-menarik kepentingan antara kelompok yang ingin memajukan pelaksanaan Munas atau kelompok yang ingin pelaksanaan Munas dilakukan pada Desember 2019 sesuai aturan dianggap masih dalam koridor normal demokrasi di internal Golkar. Termasuk aksi saling tuding dan serang antar kubu pendukung Calon Ketua Umum Airlangga Hartarto dan Kubu Bambang Soesatyo merupakan dinamika yang biasa di internal partai beringin.

"Sejauh ini dinamikanya adalah dinamika demokrasi biasa yang masih dalam tahap wajar. Jangan lupa Golkar punya tradisi yang sangat lama dan terlatih untuk mengelola konflik internalnya, yang keras sekali pun mereka bisa selesaikan," katanya

Arya menjelaskan, meski demikian pengalaman Golkar pada tahun 2014 yang menimbulkan benturan sangat keras sampai menimbulkan dualisme kepemimpinan harus menjadi pelajaran berarti bagi Golkar saat ini.

"Kondisi Golkar saat ini relatif kondusif tentu saja harus dijaga meskipun kompetisi menjelang Munas yang memang harus terjadi sebagai bagian dari dinamika demokrasi tetapi jangan sampai menimbulkan perpecahan dan friksi yang keras," tutur Arya.

Mencermati dua kandidat yang menonjol menuju kursi Golkar 1 lanjut dia sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. "Kalau kita bicara Pak Airlangga beliau menteri dan pasti dekat dengan kekuasaan atau presiden tentu jadi point penting, sementara Bamsoet mengandalkan dukungan dari beberapa organisasi di luar Golkar. Tinggal DPD I dan II Golkar menentukan figur mana yang bisa menjawab tantangan Golkar ke depan, kita kembalikan ke kader Golkar sendiri," ungkap Arya
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7146 seconds (0.1#10.140)