Puluhan Jamaah Haji Masih Dirawat di Mekkah
A
A
A
MEKKAH - Tujuh kelompok terbang (Kloter) jamaah haji terakhir di Mekkah telah berangkat ke Madinah. Kendati demikian masih puluhan jamaah terpaksa tinggal di kota kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut lantaran sakit dan harus mendapatkan perawatan medis.
Tujuh kloter yang diberangkatkan ke Madinah kemarin adalah kloter 39 dan 40 Embarkasi Ujung Pandang (UPG), kloter 22 Embarkasi Medan (MES), kloter 96 dan 97 Embarkasi Solo (SOC), kloter 19 Embarkasi Banjarmasin (BDJ), dan kloter 15 Embarkasi Balikpapan (BPN). Kloter-kloter itu diberangkatkan secara bertahap dengan menggunakan bus.“Alhamdulillah kita telah selesai melakukan seremoni pelepasan jamaah terakhir BPN 15. Jadi kalau ditotal, ini kloter 529 dari 529 Kloter yang ada,” kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama, Nizar Ali usai melepas 500 jamaah haji Kloter 15 BPN di Hotel 905 Rea Bakhsy, Mekkah, kemarin. Ikut mendampingi dalam pelepasan itu Direktur Bina Haji Kemenag Khoirizi Dasir dan Kepala Daker Mekkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019, Subhan Cholid.
Meski seluruh kloter telah meninggalkan Kota Mekkah, tapi berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Ibadah Haji (Siskohat) Kemenag, hingga kemarin sebanyak 82 jamaah haji masih harus menjalani perawatan medis di Kota Mekkah. Sebanyak 14 orang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan 68 orang lainnya di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Mereka akan dirawat dengan baik hingga sembuh dan akan dipulangkan ketika telah dinyatakan layak terbang.
Menurut Nizar, jamaah haji yang sakit akan tetap didampingi hingga sembuh dan diantarkan pulang ke Tanah Air. Jika hingga masa operasional haji seluruhnya telah berakhir, maka pendampingan dilakukan oleh petugas perwakilan Pemerintah Indonesia di Arab Saudi. "Walau pun sampai enam bulan atau bahkan satu tahun (dirawat) kita tunggu sampai sembuh, sesuai dengan SOP kita," katanya
Nizar meminta kepada keluarga jamaah haji di Tanah Air tidak khawatir. Sebab, seluruh biaya perawatan medis jamaah haji yang sakit di Arab Saudi menjadi tanggung jawab pemerintah. Termasuk nanti kepulangannya jika sudah dinyatakan sembuh dan layak terbang.
Untuk teknis pemulangannya, Subhan Cholid menambahkan, jika kelompok terbang masih ada, jamaah haji yang telah dinyatakan sembuh dan layak terbang akan diikutkan dengan kloter yang ada. Namun jika seluruh kloter telah pulang ke Tanah Air, maka pemerintah tetap akan memberikan pendampingan. "Pemerintah akan mengantarkannya hingga ke rumah masing-masing sampai kapan pun waktunya," katanya.
Dalam kesempatan itu, Nizar berpesan kepada jamaah haji yang bergeser ke Madinah untuk menjaga kesehatannya. Sebab, mereka akan mendapatkan paket ziarah ke tempat-tempat bersejarah. Selain itu, juga melaksanakan sunah Arbain atau salat 40 waktu di Masjid Nabawi.
Nizar juga berharap kepada para jamaah untuk senantiasa menjaga kemabruran haji. Caranya, dengan meningkatkan kepekaan sosial dan selalu menebar kedamaian kepada sesama. "Jadi dua itulah yang kami tekankan kepada jemaah haji," ujarnya.
Terpisah, Kepala Daker Madinah PPIH 2019, Akhmad Jauhari menyatakan petugas siap melayani jamaah haji yang telah atau baru saja sampai di Madinah. Menurutnya, perlindungan terhadap jamaah haji dilakukan seperti pada gelombang 1 atau pra Armuzna (Arafah-Muzdalifah-Mina). "Yang menjadi titik fokus perhatian tetap Masjid Nawabi. Ada 4 pos yang disiapkan, yakni di pintu 6, 21, 37, dan 17. Masing-masing pos ada petugas yang siap membantu jamaah yang mengalami permasalahan, seperti lupa hotel dan lainnya," katanya.
Jauhari memperkirakan jumlah jamaah haji yang masih berada di Madinah sekitar 50.000-55.000 orang. Angka itu lebih sedikit dari puncak jumlah jamaah haji di Madinah sebelumnya yang mencapai 60.000-an orang, sehingga tidak ada perlakuan khusus dalam pelayanan perlindungan jamaah. Apalagi, jamaah haji yang baru datang telah terbiasa dengan situasi Mekkah yang lebih ramai. "Mereka sudah berpengalaman. Jumlah jamaah kesasar relatif menurun dibanding pada fase pra Armuzna," katanya.
Meski begitu, Jauhari tetap mengimbau kepada jamaah haji untuk tetap menjaga kesehatannya selama di Madinah. Sebab, cuaca di Madinah lebih terik dibanding Mekkah. Meski sudah menurun, tapi suhu di Madinah masih berkisar antara 40-43 derajat Celcius. “Kenali lingkungan di sekitar hotel dan jalur menuju Masjid Nabawi agar tidak tersasar," katanya.
Sementara itu, Ketua Sektor Khusus Masjid Nabawi, Kusnul Hadi membenarkan bahwa saat ini jarang jamaah haji yang tersasar. Mereka telah paham cara menandai jalan pulang karena sudah berpengalaman di Mekkah yang jauh lebih krodit. "Paling yang masih banyak dialami jamaah sandal hilang. Sebenarnya bukan hilang tapi mereka lupa naruh di mana atau dibawa oleh temannya," kata Kusnul Hadi.
Sektor Khusus Masjid Nabawi memiliki 37 petugas yang tersebar di sejumlah pintu masuk/keluar. Masing-masing di pintu 6, 7, 8, 15, 21, 25, dan 37. Bagi jamaah yang memerlukan bantuan, bisa langsung menemui petugas di pintu-pintu tersebut. (Abdul Malik Mubarok)
Tujuh kloter yang diberangkatkan ke Madinah kemarin adalah kloter 39 dan 40 Embarkasi Ujung Pandang (UPG), kloter 22 Embarkasi Medan (MES), kloter 96 dan 97 Embarkasi Solo (SOC), kloter 19 Embarkasi Banjarmasin (BDJ), dan kloter 15 Embarkasi Balikpapan (BPN). Kloter-kloter itu diberangkatkan secara bertahap dengan menggunakan bus.“Alhamdulillah kita telah selesai melakukan seremoni pelepasan jamaah terakhir BPN 15. Jadi kalau ditotal, ini kloter 529 dari 529 Kloter yang ada,” kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama, Nizar Ali usai melepas 500 jamaah haji Kloter 15 BPN di Hotel 905 Rea Bakhsy, Mekkah, kemarin. Ikut mendampingi dalam pelepasan itu Direktur Bina Haji Kemenag Khoirizi Dasir dan Kepala Daker Mekkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019, Subhan Cholid.
Meski seluruh kloter telah meninggalkan Kota Mekkah, tapi berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Ibadah Haji (Siskohat) Kemenag, hingga kemarin sebanyak 82 jamaah haji masih harus menjalani perawatan medis di Kota Mekkah. Sebanyak 14 orang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan 68 orang lainnya di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Mereka akan dirawat dengan baik hingga sembuh dan akan dipulangkan ketika telah dinyatakan layak terbang.
Menurut Nizar, jamaah haji yang sakit akan tetap didampingi hingga sembuh dan diantarkan pulang ke Tanah Air. Jika hingga masa operasional haji seluruhnya telah berakhir, maka pendampingan dilakukan oleh petugas perwakilan Pemerintah Indonesia di Arab Saudi. "Walau pun sampai enam bulan atau bahkan satu tahun (dirawat) kita tunggu sampai sembuh, sesuai dengan SOP kita," katanya
Nizar meminta kepada keluarga jamaah haji di Tanah Air tidak khawatir. Sebab, seluruh biaya perawatan medis jamaah haji yang sakit di Arab Saudi menjadi tanggung jawab pemerintah. Termasuk nanti kepulangannya jika sudah dinyatakan sembuh dan layak terbang.
Untuk teknis pemulangannya, Subhan Cholid menambahkan, jika kelompok terbang masih ada, jamaah haji yang telah dinyatakan sembuh dan layak terbang akan diikutkan dengan kloter yang ada. Namun jika seluruh kloter telah pulang ke Tanah Air, maka pemerintah tetap akan memberikan pendampingan. "Pemerintah akan mengantarkannya hingga ke rumah masing-masing sampai kapan pun waktunya," katanya.
Dalam kesempatan itu, Nizar berpesan kepada jamaah haji yang bergeser ke Madinah untuk menjaga kesehatannya. Sebab, mereka akan mendapatkan paket ziarah ke tempat-tempat bersejarah. Selain itu, juga melaksanakan sunah Arbain atau salat 40 waktu di Masjid Nabawi.
Nizar juga berharap kepada para jamaah untuk senantiasa menjaga kemabruran haji. Caranya, dengan meningkatkan kepekaan sosial dan selalu menebar kedamaian kepada sesama. "Jadi dua itulah yang kami tekankan kepada jemaah haji," ujarnya.
Terpisah, Kepala Daker Madinah PPIH 2019, Akhmad Jauhari menyatakan petugas siap melayani jamaah haji yang telah atau baru saja sampai di Madinah. Menurutnya, perlindungan terhadap jamaah haji dilakukan seperti pada gelombang 1 atau pra Armuzna (Arafah-Muzdalifah-Mina). "Yang menjadi titik fokus perhatian tetap Masjid Nawabi. Ada 4 pos yang disiapkan, yakni di pintu 6, 21, 37, dan 17. Masing-masing pos ada petugas yang siap membantu jamaah yang mengalami permasalahan, seperti lupa hotel dan lainnya," katanya.
Jauhari memperkirakan jumlah jamaah haji yang masih berada di Madinah sekitar 50.000-55.000 orang. Angka itu lebih sedikit dari puncak jumlah jamaah haji di Madinah sebelumnya yang mencapai 60.000-an orang, sehingga tidak ada perlakuan khusus dalam pelayanan perlindungan jamaah. Apalagi, jamaah haji yang baru datang telah terbiasa dengan situasi Mekkah yang lebih ramai. "Mereka sudah berpengalaman. Jumlah jamaah kesasar relatif menurun dibanding pada fase pra Armuzna," katanya.
Meski begitu, Jauhari tetap mengimbau kepada jamaah haji untuk tetap menjaga kesehatannya selama di Madinah. Sebab, cuaca di Madinah lebih terik dibanding Mekkah. Meski sudah menurun, tapi suhu di Madinah masih berkisar antara 40-43 derajat Celcius. “Kenali lingkungan di sekitar hotel dan jalur menuju Masjid Nabawi agar tidak tersasar," katanya.
Sementara itu, Ketua Sektor Khusus Masjid Nabawi, Kusnul Hadi membenarkan bahwa saat ini jarang jamaah haji yang tersasar. Mereka telah paham cara menandai jalan pulang karena sudah berpengalaman di Mekkah yang jauh lebih krodit. "Paling yang masih banyak dialami jamaah sandal hilang. Sebenarnya bukan hilang tapi mereka lupa naruh di mana atau dibawa oleh temannya," kata Kusnul Hadi.
Sektor Khusus Masjid Nabawi memiliki 37 petugas yang tersebar di sejumlah pintu masuk/keluar. Masing-masing di pintu 6, 7, 8, 15, 21, 25, dan 37. Bagi jamaah yang memerlukan bantuan, bisa langsung menemui petugas di pintu-pintu tersebut. (Abdul Malik Mubarok)
(nfl)