KSAU Minta Jangan Beri Peluang Radikalisme Masuk ke TNI AU
A
A
A
JAKARTA - TNI AU sebagai salah satu garda terdepan sekaligus benteng terakhir bangsa harus memiliki sense of crisis dan peka akan bahaya paham radikalisme.
Hal itu diungkapkan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna saat membuka pembekalan deradikalisasi di Mabesau, Cilangkap, Jakarta Timur pada Jumat, 30 Agustus 2019. Dalam pembekalan tersebut, KSAU meminta agar para prajurit TNI AU dan keluarganya paham betul radikalisme, sehingga mampu mencegah masuknya paham tersebut ke dalam tubuh TNI AU.
"Kita selalu amati dan pahami gerakan kelompok-kelompok dalam masyarakat yang awalnya mengajak radikalisme, melakukan perang, dan menolak Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews, Minggu (1/9/2019).
Pembekalan yang diikuti ribuan prajurit TNI AU, baik perwira, bintara, tamtama, dan PNS ini, menghadirkan penceramah Ahmad Muwafiq atau yang dikenal dengan Gus Muwafiq, pimpinan pondok pesantren di Sleman, Yogyakarta.
Dalam ceramahnya, Gus Muwafiq mengatakan, radikalisme terbentuk bukan dari faktor lingkungan atau ekonomi. Radikalisme dapat terbentuk karena ketidaksiapan bertemu antar kelompok, antar agama, bahkan antar bangsa dan negara.
Pada pembekalan tersebut, Gus Muwafiq menekankan pentingnya prajurit TNI AU mengenal kembali makna nasionalisme dan bagaimana menjaganya.
"Hal ini menjadi penting karena sesuai tugas pokok dan fungsinya, TNI didesain untuk bela negara. Namun tidak menutup kemungkinan bibit radikalisme negatif bisa tumbuh di dalam tubuh institusi," pesannya.
Turut hadir dalam kegiatan pembekalan tersebut, Irjenau, Koorsahli Kasau, para Asisten Kasau, Dankodiklatau, Pangkoopsau I, serta para pejabat di lingkungan Mabesau.
Hal itu diungkapkan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna saat membuka pembekalan deradikalisasi di Mabesau, Cilangkap, Jakarta Timur pada Jumat, 30 Agustus 2019. Dalam pembekalan tersebut, KSAU meminta agar para prajurit TNI AU dan keluarganya paham betul radikalisme, sehingga mampu mencegah masuknya paham tersebut ke dalam tubuh TNI AU.
"Kita selalu amati dan pahami gerakan kelompok-kelompok dalam masyarakat yang awalnya mengajak radikalisme, melakukan perang, dan menolak Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews, Minggu (1/9/2019).
Pembekalan yang diikuti ribuan prajurit TNI AU, baik perwira, bintara, tamtama, dan PNS ini, menghadirkan penceramah Ahmad Muwafiq atau yang dikenal dengan Gus Muwafiq, pimpinan pondok pesantren di Sleman, Yogyakarta.
Dalam ceramahnya, Gus Muwafiq mengatakan, radikalisme terbentuk bukan dari faktor lingkungan atau ekonomi. Radikalisme dapat terbentuk karena ketidaksiapan bertemu antar kelompok, antar agama, bahkan antar bangsa dan negara.
Pada pembekalan tersebut, Gus Muwafiq menekankan pentingnya prajurit TNI AU mengenal kembali makna nasionalisme dan bagaimana menjaganya.
"Hal ini menjadi penting karena sesuai tugas pokok dan fungsinya, TNI didesain untuk bela negara. Namun tidak menutup kemungkinan bibit radikalisme negatif bisa tumbuh di dalam tubuh institusi," pesannya.
Turut hadir dalam kegiatan pembekalan tersebut, Irjenau, Koorsahli Kasau, para Asisten Kasau, Dankodiklatau, Pangkoopsau I, serta para pejabat di lingkungan Mabesau.
(cip)