Canda Segar Ketoprak Eksekutif Kebangsaan dengan Lakon 'Sultan Agung'

Sabtu, 31 Agustus 2019 - 04:21 WIB
Canda Segar Ketoprak...
Canda Segar Ketoprak Eksekutif Kebangsaan dengan Lakon 'Sultan Agung'
A A A
JAKARTA - Meski bukan pemain profesional dan hanya beberapa kali latihan, para pelakon Ketoprak Eksekutif 2019 dengan lakon “Sultan Agung”, yang tampil di Teater Bank Indonesia, Jakarta Pusat, tadi malam terbilang luar biasa. Bahkan, sukses membuat penonton terpingkal-pingkal.

Pentas ketoprak untuk pelestarian budaya Indonesia itu makin istimewa, berkat penampilan apik Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, yang berperan sebagai Sultan Agung, seorang raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada 1613-1645.

Sejak pentas dimulai, Perry bahkan sudah membuat penonton terbahak hingga membuat suasana sangat enjoy. Makanya tak heran, sepanjang pertunjukan, pentas seni tradisi yang disutradarai KRA Ismuri Wibagso Negoro dan digawangi para pemain dari pimpinan dan anggota dewan gubernur BI, Komisi XI DPR, Ketua OJK, Ketua DK LPS, BSBI, Ketua Kadin, Direksi Perbankan, Direksi Industri, Pimpinan Redaksi Media Massa, dan Ladies Bankers ini tak henti mengocok perut penonton.

Meski ada sebagian yang lupa dialog bahkan nama tokoh yang diperankannya, para pemain bisa melakukan improvisasi dengan baik. Pementasan semakin menghibur berkat banyolan-banyolan segar pelawak Srimulat.

Lazimnya pementasan yang diikuti oleh para praktisi di bidang keuangan, para pemain dengan piawainya menyelipkan istilah-istilah penting di bidang ekonomi terutama perbankan. Mereka juga tak lupa memanfaatkan ruang panggung sebagai ajang promosi perusahaannya.

“Dinda Lembayung, andai aku jadi LPS, engkau jadi apanya,” rayu Gubernur BI Perry Warjiyo kepada Evi Afiatin Ismail, yang memerankan Lembayung. "Aku jelas jadi uangnya," sambar Evi Afiatin, yang langsung disambut tawa penonton.

Kemeriahan pentas yang dihadiri Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan juga didukung para direksi dan komisaris dari sektor keuangan, ini tak hanya menyoroti persoalan ekonomi, tapi juga menyentil rencana perpindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Kalimantan.

“Sudah sangat pas Ibu Kota ke Kalimantan. Karena kalau Kali Ciliwung, kotor. Apalagi Kalideres atau Kalijodoh, itu malah tak bagus. Tapi kalau Kalimantan, itu tepat. Kali dan Mantan. Mantan kan selalu indah,” canda Dirut BCA Jahja Setiaatmadja.

Lakon Sultan Agung dipilih karena sangat pas dengan kondisi Indonesia saat ini, yang membutuhkan figur atau sosok pemimpin pemberani dan memiliki visi besar.Lakon ini juga dianggap tepat dan sarat pesan moral karena bercerita tentang kegigihan Sultan Agung dalam memimpin Mataram. Di mana, di bawah kepimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara.

Sultan Agung dengan gagah berani melawan para VOC, dengan strategi jitu, dan berhasil menaklukkan beberapa wilayah di luar pulau Jawa.

"Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional. Harapan kami, kisah hidup Sultan Agung dapat menginspirasi dan menjadi suri tauladan. Dengan begitu, pegelaran ini tidak hanya memberi tontonan, namun juga tuntunan bagi seluruh hadirin," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam sambutan pembuka.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1012 seconds (0.1#10.140)