Indonesia Targetkan Jadi Hub Hak Cipta Buku di Level Asia
A
A
A
JAKARTA - Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Pusat mendorong industri buku di Indonesia agar mampu menjadi hub hak cipta buku di level Asia. Salah satu upayanya dengan menyelenggarakan pameran buku Indonesia International Book Fair (IIBF) 2019 yang ditargetkan dikunjungi sekitar 150.000 orang.
Jumlah pengunjung tersebut diharapkan naik dari 120.000 pada tahun lalu. Penyelenggaraan acara akan dilakukan pada 4-8 September mendatang. Ikapi menargetkan untuk mendatangkan 45 penerbit dari luar negeri melalui International Partnership Program (IPP).
Ketua Umum Ikapi Pusat Rosidayati Rozalina mengatakan, hingga saat ini sudah ada 34 penerbit dari berbagai negara yang konfirmasi akan hadir, di antaranya berasal dari Albania, Australia, Amerika Serikat, Jerman, Turki, Jamaika, Mesir, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
“Saat ini kita sedang diperhatikan dunia sejak acara book fair di London dan Frankfurt. Buku dan karya tulis kita banyak dicari. Nanti setidaknya ada 45 penerbit peserta IPP yang siap untuk beli dan kita siap untuk menjual,” kata Rosidayati saat berkunjung ke Gedung SINDO di Jakarta kemarin.
Dia menjelaskan, Ikapi ingin penerbit di Indonesia berkiprah ke level internasional. Pihaknya mendorong penjualan karya dari penerbit ataupun penulis untuk dijual ke mancanegara. Selama ini, dia mengakui kebanyakan penerbit menghadiri pameran di luar negeri untuk menawarkan hak cipta bukubuku terbitannya. “Harapan kita, bisa jadi pusat transaksi atau hub untuk hak cipta buku. Setidaknya diperhitungkan di level Asia,” ujarnya.
Rosidayati menilai, saat ini tren bazar buku murah semakin menarik dan menggairahkan industri buku di Tanah Air. Faktor utama karena adanya pameran buku Big Bad Wolf (BBW) yang dimulai dari Malaysia. “Sekarang minat untuk datang ke bazar buku murah sedang ramai karena BBW yang sukses dilakukan beberapa kali. Kami juga akan sediakan Zona Kalap dengan menyediakan 500.000 buku murah karena sekarang sedang tren,” akunya.
Sementara Humas Ikapi Arys Hilman juga menekankan pihak nya ingin mencontoh kesukses an Korea Selatan dan Turki. Kedua negara tersebut sukses menghidupkan industri bukunya setelah menjadi guest of honor di Frankfurt Book Fair. Sementara Indonesia juga sudah pernah menjadi guest of honor di Frankfurt.
“Jangan kita terus menjadi pasar, tapi karya penulis kita juga sangat menarik penerbit luar untuk diterjemahkan ke berbagai bahasa. Banyak yang mencari,” kata Arys. Dia menambahkan, biasanya disediakan dummy yang berisi intisari buku untuk ditawarkan kepada penerbit luar. Kemudian apabila disetujui baru diterjemahkan, karena tentu butuh biaya untuk melakukan terjemahan.
“Nanti sekitar 45 penerbit luar bisa saling mengatur janji dengan penerbit lokal untuk melakukan transaksi,” paparnya. Hal yang membedakan IIBF kali ini dengan tahun-tahun sebelumnya karena adanya IPP. IPP merupakan kegiatan di bawah Ikapi Pusat dengan dukungan Bekraf yang disandingkan dengan IIBF karena punya tujuan yang sama, yakni meningkatkan penjualan copyright dari penerbit Indonesia ke penerbit luar negeri.
“Karena itu, kita datangkan pembeli, biasanya kita yang datang ke sana mengikuti pameran menawarkan buku-buku. Sekarang kita undang mereka ke sini. Dan ternyata memang lebih efisien,” tutur dia. Dalam rangkaian IIBF ini, Ikapi juga akan mengadakan simposium internasional pendidikan bekerjasama dengan International Publisher Association (IPA), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Bekraf.
Melalui simposium tersebut, akan dapat diketahui model ataupun kurikulum pendidikan di negara lain sehingga ini membuka wawasan sekaligus masukan bagi pemerintah dan juga masyarakat agar kalangan peserta didik punya kemampuan menghadapi tantangan pada era industri 4.0.
Pameran buku IIBF 2019 akan digelar selama lima hari, terhitung sejak 4 September 2019. Pameran ini juga akan diawali beragam rangkaian acara, seperti kegiatan IPP dari 3 hingga 6 September dan simposium internasional pendidikan pada 3 September di Kemendikbud.
Jumlah pengunjung tersebut diharapkan naik dari 120.000 pada tahun lalu. Penyelenggaraan acara akan dilakukan pada 4-8 September mendatang. Ikapi menargetkan untuk mendatangkan 45 penerbit dari luar negeri melalui International Partnership Program (IPP).
Ketua Umum Ikapi Pusat Rosidayati Rozalina mengatakan, hingga saat ini sudah ada 34 penerbit dari berbagai negara yang konfirmasi akan hadir, di antaranya berasal dari Albania, Australia, Amerika Serikat, Jerman, Turki, Jamaika, Mesir, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
“Saat ini kita sedang diperhatikan dunia sejak acara book fair di London dan Frankfurt. Buku dan karya tulis kita banyak dicari. Nanti setidaknya ada 45 penerbit peserta IPP yang siap untuk beli dan kita siap untuk menjual,” kata Rosidayati saat berkunjung ke Gedung SINDO di Jakarta kemarin.
Dia menjelaskan, Ikapi ingin penerbit di Indonesia berkiprah ke level internasional. Pihaknya mendorong penjualan karya dari penerbit ataupun penulis untuk dijual ke mancanegara. Selama ini, dia mengakui kebanyakan penerbit menghadiri pameran di luar negeri untuk menawarkan hak cipta bukubuku terbitannya. “Harapan kita, bisa jadi pusat transaksi atau hub untuk hak cipta buku. Setidaknya diperhitungkan di level Asia,” ujarnya.
Rosidayati menilai, saat ini tren bazar buku murah semakin menarik dan menggairahkan industri buku di Tanah Air. Faktor utama karena adanya pameran buku Big Bad Wolf (BBW) yang dimulai dari Malaysia. “Sekarang minat untuk datang ke bazar buku murah sedang ramai karena BBW yang sukses dilakukan beberapa kali. Kami juga akan sediakan Zona Kalap dengan menyediakan 500.000 buku murah karena sekarang sedang tren,” akunya.
Sementara Humas Ikapi Arys Hilman juga menekankan pihak nya ingin mencontoh kesukses an Korea Selatan dan Turki. Kedua negara tersebut sukses menghidupkan industri bukunya setelah menjadi guest of honor di Frankfurt Book Fair. Sementara Indonesia juga sudah pernah menjadi guest of honor di Frankfurt.
“Jangan kita terus menjadi pasar, tapi karya penulis kita juga sangat menarik penerbit luar untuk diterjemahkan ke berbagai bahasa. Banyak yang mencari,” kata Arys. Dia menambahkan, biasanya disediakan dummy yang berisi intisari buku untuk ditawarkan kepada penerbit luar. Kemudian apabila disetujui baru diterjemahkan, karena tentu butuh biaya untuk melakukan terjemahan.
“Nanti sekitar 45 penerbit luar bisa saling mengatur janji dengan penerbit lokal untuk melakukan transaksi,” paparnya. Hal yang membedakan IIBF kali ini dengan tahun-tahun sebelumnya karena adanya IPP. IPP merupakan kegiatan di bawah Ikapi Pusat dengan dukungan Bekraf yang disandingkan dengan IIBF karena punya tujuan yang sama, yakni meningkatkan penjualan copyright dari penerbit Indonesia ke penerbit luar negeri.
“Karena itu, kita datangkan pembeli, biasanya kita yang datang ke sana mengikuti pameran menawarkan buku-buku. Sekarang kita undang mereka ke sini. Dan ternyata memang lebih efisien,” tutur dia. Dalam rangkaian IIBF ini, Ikapi juga akan mengadakan simposium internasional pendidikan bekerjasama dengan International Publisher Association (IPA), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Bekraf.
Melalui simposium tersebut, akan dapat diketahui model ataupun kurikulum pendidikan di negara lain sehingga ini membuka wawasan sekaligus masukan bagi pemerintah dan juga masyarakat agar kalangan peserta didik punya kemampuan menghadapi tantangan pada era industri 4.0.
Pameran buku IIBF 2019 akan digelar selama lima hari, terhitung sejak 4 September 2019. Pameran ini juga akan diawali beragam rangkaian acara, seperti kegiatan IPP dari 3 hingga 6 September dan simposium internasional pendidikan pada 3 September di Kemendikbud.
(don)