Turki Ingin Belajar Cara Mengelola Jamaah Haji dari Indonesia
A
A
A
MEKKAH - Pengelolaan jamaah haji Indonesia di Arab Saudi mendapat apresiasi dari sejumlah negara. Bahkan beberapa delegasi datang ke Kantor Urusan Haji (KUH) Indonesia di Mekkah untuk mempelajari cara pengelolaan jamaah haji yang baik dan benar.
Salah satunya rombongan dari Turki yang dipimpin oleh General Director of Hajj and Umrah Services Turki, Remzi Bircan. Dia dan staf diterima oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Nizar Ali, didampingi Sekretaris Ditjen PHU Ramdhan Harisman, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, Direktur Bina Haji Khoirizi, Direktur Pengelolaan Dana Haji Maman Saifullah, Direktur Bina Haji Khusus dan Umrah, Arfi Hatim dan beberapa pejabat lainnya.
“Pengelola haji Indonesia ini mengatur jamaah hajinya sangat baik, karenanya kami ingin tahu bagaimana cara mereka mengatur jamaah sebanyak ini,” kata Remzi di kantor KUH Mekkah.
Dia menceritakan bahwa tahun ini Turki memberangkatkan 80.000 jamaah haji, terdiri dari 60% haji regular dan 40% haji khusus. Turki merekrut 1.800 orang untuk mengurusi jamaah haji selama di Arab Saudi.
Diakuinya, tidak mudah mengelola jamaah haji. Utamanya ketika menggerakkan 80.000 jamaah haji Turki dari Mekkah ke Arafah, lalu bermalam di Muzdalifah, dan berlanjut ke Mina. “Ini sesuatu yang sangat sulit,” katanya.
Ongkos naik haji dari Turki juga lumayan tinggi mencapai USD4.600 per orang tanpa ada subsidi dari pemerintah. Meski begitu, antrean berangkat haji hampiri sama dengan Indonesia mencapai 25 tahun. Itu didasarkan asumsi jumlah pendaftar sebanyak 2.130.000 orang, sementara kuotanya hanya 80.000 per tahun.
Kondisi itu memang berbeda dengan Indonesia. Untuk mengurusi 231.000 jamaah haji selama di Tanah Suci, pemerintah merekrut 4.300 petugas haji. Untuk Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), sebenarnya Indonesia lebih mahal, yakni USD5.000 per jamaah. Namun pemerintah memberikan subsidi separuhnya, sehingga setiap jamaah hanya perlu membayar USD2.600.
Dalam kunjungan singkat itu disepakati akan pertemuan lanjutan antara pengelola haji Turki dan Ditjen Haji dan Umrah Kemenag. Perwakilan Turki berniat datang ke Jakarta untuk belajar lebih jauh terkait pengelolaan jamaah haji. Turki juga mengundang delegasi Indonesia untuk bisa berkunjung ke negaranya.
Salah satunya rombongan dari Turki yang dipimpin oleh General Director of Hajj and Umrah Services Turki, Remzi Bircan. Dia dan staf diterima oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Nizar Ali, didampingi Sekretaris Ditjen PHU Ramdhan Harisman, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, Direktur Bina Haji Khoirizi, Direktur Pengelolaan Dana Haji Maman Saifullah, Direktur Bina Haji Khusus dan Umrah, Arfi Hatim dan beberapa pejabat lainnya.
“Pengelola haji Indonesia ini mengatur jamaah hajinya sangat baik, karenanya kami ingin tahu bagaimana cara mereka mengatur jamaah sebanyak ini,” kata Remzi di kantor KUH Mekkah.
Dia menceritakan bahwa tahun ini Turki memberangkatkan 80.000 jamaah haji, terdiri dari 60% haji regular dan 40% haji khusus. Turki merekrut 1.800 orang untuk mengurusi jamaah haji selama di Arab Saudi.
Diakuinya, tidak mudah mengelola jamaah haji. Utamanya ketika menggerakkan 80.000 jamaah haji Turki dari Mekkah ke Arafah, lalu bermalam di Muzdalifah, dan berlanjut ke Mina. “Ini sesuatu yang sangat sulit,” katanya.
Ongkos naik haji dari Turki juga lumayan tinggi mencapai USD4.600 per orang tanpa ada subsidi dari pemerintah. Meski begitu, antrean berangkat haji hampiri sama dengan Indonesia mencapai 25 tahun. Itu didasarkan asumsi jumlah pendaftar sebanyak 2.130.000 orang, sementara kuotanya hanya 80.000 per tahun.
Kondisi itu memang berbeda dengan Indonesia. Untuk mengurusi 231.000 jamaah haji selama di Tanah Suci, pemerintah merekrut 4.300 petugas haji. Untuk Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), sebenarnya Indonesia lebih mahal, yakni USD5.000 per jamaah. Namun pemerintah memberikan subsidi separuhnya, sehingga setiap jamaah hanya perlu membayar USD2.600.
Dalam kunjungan singkat itu disepakati akan pertemuan lanjutan antara pengelola haji Turki dan Ditjen Haji dan Umrah Kemenag. Perwakilan Turki berniat datang ke Jakarta untuk belajar lebih jauh terkait pengelolaan jamaah haji. Turki juga mengundang delegasi Indonesia untuk bisa berkunjung ke negaranya.
(pur)