Lari-Lari Cari Bagasi, Kerap Dimintai Bonus oleh Pekerja Saudi

Rabu, 07 Agustus 2019 - 07:02 WIB
Lari-Lari Cari Bagasi,...
Lari-Lari Cari Bagasi, Kerap Dimintai Bonus oleh Pekerja Saudi
A A A
Sejak berangkat dari embarkasi di Tanah Air, jamaah haji telah 'berpisah' dengan koper bagasinya. Jamaah kembali 'bertemu' dengan kopernya ketika tiba di hotel Arab Saudi. Bukan hal mudah untuk 'mempertemukan' lagi jamaah dengan koper bagasinya. Alurnya cukup panjang dan banyak orang yang terlibat dalam proses itu. Salah satunya adalah Muthi'ullah Hibatullah.

Mahasiswa University of The Holy Quran and Islamic Sciences Sudan ini bertugas sebagai checker bagasi di Sektor 1 Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah-Madinah 2019. "Saya memastikan bagasi yang keluar jumlahnya sama dengan jamaah haji Indonesia yang turun di bandara," kata Muthi, panggilan akrabnya, kepada tim Media Center Haji (MCH) di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, kemarin.

Sebelum pesawat tiba di bandara Arab Saudi, Muthi telah mendapatkan informasi mengenai nomor kloter, asal embarkasi, jumlah jamaah, dan bagasinya. Berbekal informasi tersebut, Muthi lalu bergegas ke pintu kedatangan, di mana jamaah haji akan keluar. Perlu diketahui, di terminal haji Bandara King Abdul Aziz terdapat lima pintu kedatangan, yakni A (fast track), B, C, D, dan E.

Di Bandara Prince Mohammad bin Abdul Aziz Madinah juga terdapat sekitar lima pintu kedatangan. Setelah sampai di pintu kedatangan, Muthi menunggu hingga seluruh jamaah haji keluar. Bagasi menyusul karena harus melalui pemeriksaan sinar X. Bentuk bagasi jamaah tidak hanya koper, tapi ada pula kursi roda, tongkat, bangku salat, atau kursi lipat.

"Saya cek apakah bagasi yang keluar sama dengan data yang saya pegang," kata pemuda asal Cirebon, Jawa Barat ini. Jika ada bagasi yang tercecer, Muthi segera melaporkan ke petugas lain untuk segera dicari di tempat lost and found bandara. Namun jika bagasi yang keluar telah sesuai data, Muthi langsung mengarahkan angkutan bagasi ke truk boks yang telah siap di parkiran.

Truk ini yang akan mengantar bagasi ke hotel tempat tinggal jamaah. "Saya catat pelat nomor truk, nama sopir, dan nomor teleponnya sebagai laporan," kata mahasiswa jurusan syariah yang baru saja menyelesaikan pendidikannya ini. Meski bekerja seorang diri, tidak banyak hambatan yang dihadapi. Bahasa Arabnya yang fasih membuat dia mudah berkomunikasi dengan para pekerja di bandara.

Sejumlah pekerja bahkan sudah terlihat akrab dengan Muthi. "Tidak ada hambatan, paling antara jamaah dan bagasi tidak keluar di gate yang sama. Saya sudah nunggu di D, tiba-tiba bagasi keluar dari pintu E. Ya harus lari-lari geser ke sana," tutur pemuda yang pernah naik haji bersama orang tuanya pada 2010 lalu ini.

Hal lain yang kerap ditemui adalah pekerja pengangkut bagasi yang meminta bonus atau tip. Mereka meminta tambahan karena bayarannya dari perusahaannya sedikit. "Kalau ada yang minta, biasanya saya suruh minta ke munzir mereka," tutur Muthi. Muthi yang berperawakan mungil ini mengaku baru pertama kali menjadi petugas haji.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Sudan mengatur mahasiswa hanya boleh satu kali menjadi petugas haji sehingga bisa bergantian dengan yang lain. Untuk menjadi tenaga musiman (temus) dari unsur mahasiswa juga tidak mudah. Dia harus mengikuti sejumlah seleksi, administrasi, tes tertulis, dan wawancara yang digelar oleh Kementerian Agama (Kemenag).

Muthi awalnya pesimistis lolos karena waktu penyiapan berkas sangat mepet. "Namun, alhamdulillah lolos. Saya merasa bersemangat karena bisa ziarah ke Tanah Haram sekaligus melayani jamaah haji," ujarnya. Ketua Sektor 1 Daker Bandara Jeddah-Madinah Koen Ismoyo mengapresiasi kinerja Muthi.

Menurutnya, Muthi sangat teliti dalam melaksanakan tugasnya. "Kalau Muthi jangan diragukan lagi, sangat teliti dia," katanya. Koen berharap seluruh petugas bisa menjalankan pekerjaannya melayani jamaah haji dengan baik sampai nanti musim haji selesai. (Abdul Malik Mubarok)
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6727 seconds (0.1#10.140)