Pengamat: Publikasi Internasional Harus Bermutu dan Berguna Bagi Masyarkat
A
A
A
JAKARTA - Indonesia menempati posisi pertama jumlah publikasi internasional di Asean. Ke depan perlu dibangun kesadaran akan pentingnya publikasi internasional agar jumlahnya semakin meningkat. Tentunya dengan diimbangi dengan mutu dan kemanfaatannya bagi masyarakat.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mengapresiasi prestasi dunia pendidikan tinggi yang telah mencatatkan rekor jumlah publikasi internasional terindeks Scopus terbanyak di tingkat Asean. Arif mengatakan, hasil ini sebagai dampak dari komitmen yang begitu tinggi dari pemerintah untuk meningkatkan publikasi.
Hal ini memang perlu diapresiasi, katanya, sebab untuk menembus publikasi bereputasi internasional itu tidak mudah. ‘’Pemerintah memiliki komitmen besar untuk meningkatkan publikasi. Dan memang (publikasi internasional) sulit dan butuh waktu. Khususnya untuk jurnal bereputasi,’’ katanya, Kamis (25/7/2019).
Dekan termuda IPB ini mengatakan, agar semua akademisi bisa menghasilkan publikasi internasional itu memang harus dibangun kesadaran betapa pentingnya publikasi internasional ini. Sebab tidak hanya menorehkan prestasi bagi penulis namun juga posisi Indonesia di kancah internasional.
Arif mengatakan, saat ini Indonesia bisa menjadi juara Asean karena komitmen pemerintah itu disertai dengan target kinerja tinggi untuk para rektornya. Rektor lalu menindaklanjutinya dengan membuat regulasi tentang persyaratan publikasi bagi mahasiswa pascasarjana. Sehingga kebanyakan publikasi itu disumbang oleh mahasiswa paska sarjana.
Pengamat Pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia Said Hamid Hasan juga mengakui Indonesia bisa menjadi jawara publikasi internasional di Asean adalah hasil kementerian yang patut diberi angkat topi.
Said mengatakan, persyaratan yang diwajibkan pemerintah untuk kenaikan pangkat terutama untuk guru besar telah memicu dosen untuk menulis artikel di jurnal bertaraf internasional. ‘’Hal ini pun berdampak pada rangking universitas di Indonesia walaupun belum memuaskan,’’ kata Said.
Sementara Pengamat Pendidikan dari Universitas Paramadina Totok Amin Soefijanto menjelaskan, dunia pendidikan tinggi memang patut bersyukur karena demam scopus di kalangan dosen berdampak pada kian produktifnya mereka dalam meneliti dan menulis. Ke depan, mutu riset yang baik dan berguna bagi kehidupan masyarakat luas perlu didorong kembali.
‘’Jumlah artikel ilmiah yang banyak tentu harus diimbangi dengan mutu dan kemanfaatan yang lebih baik juga. Peran LIPI dan BPPT serta kampus sangat besar dalam kerja besar bersama ini. Untuk meningkatkan mutu dan ketepatgunaan riset, kita perlu membangun kerjasama pentaheliks yang melibatkan akademik, bisnis, pemerintah pusat daerah, media dan masyarakat,’’ katanya.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mengapresiasi prestasi dunia pendidikan tinggi yang telah mencatatkan rekor jumlah publikasi internasional terindeks Scopus terbanyak di tingkat Asean. Arif mengatakan, hasil ini sebagai dampak dari komitmen yang begitu tinggi dari pemerintah untuk meningkatkan publikasi.
Hal ini memang perlu diapresiasi, katanya, sebab untuk menembus publikasi bereputasi internasional itu tidak mudah. ‘’Pemerintah memiliki komitmen besar untuk meningkatkan publikasi. Dan memang (publikasi internasional) sulit dan butuh waktu. Khususnya untuk jurnal bereputasi,’’ katanya, Kamis (25/7/2019).
Dekan termuda IPB ini mengatakan, agar semua akademisi bisa menghasilkan publikasi internasional itu memang harus dibangun kesadaran betapa pentingnya publikasi internasional ini. Sebab tidak hanya menorehkan prestasi bagi penulis namun juga posisi Indonesia di kancah internasional.
Arif mengatakan, saat ini Indonesia bisa menjadi juara Asean karena komitmen pemerintah itu disertai dengan target kinerja tinggi untuk para rektornya. Rektor lalu menindaklanjutinya dengan membuat regulasi tentang persyaratan publikasi bagi mahasiswa pascasarjana. Sehingga kebanyakan publikasi itu disumbang oleh mahasiswa paska sarjana.
Pengamat Pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia Said Hamid Hasan juga mengakui Indonesia bisa menjadi jawara publikasi internasional di Asean adalah hasil kementerian yang patut diberi angkat topi.
Said mengatakan, persyaratan yang diwajibkan pemerintah untuk kenaikan pangkat terutama untuk guru besar telah memicu dosen untuk menulis artikel di jurnal bertaraf internasional. ‘’Hal ini pun berdampak pada rangking universitas di Indonesia walaupun belum memuaskan,’’ kata Said.
Sementara Pengamat Pendidikan dari Universitas Paramadina Totok Amin Soefijanto menjelaskan, dunia pendidikan tinggi memang patut bersyukur karena demam scopus di kalangan dosen berdampak pada kian produktifnya mereka dalam meneliti dan menulis. Ke depan, mutu riset yang baik dan berguna bagi kehidupan masyarakat luas perlu didorong kembali.
‘’Jumlah artikel ilmiah yang banyak tentu harus diimbangi dengan mutu dan kemanfaatan yang lebih baik juga. Peran LIPI dan BPPT serta kampus sangat besar dalam kerja besar bersama ini. Untuk meningkatkan mutu dan ketepatgunaan riset, kita perlu membangun kerjasama pentaheliks yang melibatkan akademik, bisnis, pemerintah pusat daerah, media dan masyarakat,’’ katanya.
(cip)