Jangan Kuras Tenaga, Fokus Rukun Haji
A
A
A
MADINAH - Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPIH) Arab Saudi meminta jamaah haji Indonesia pintar menjaga kondisi kesehatan selama di tanah suci. Jamaah diminta tidak melakukan aktivitas berlebihan mengingat kondisi suhu di tanah suci yang relatif tinggi.
Saat ini jamaah juga diminta tidak terlalu memforsir diri melakukan berbagai ibadah sunah, mengingat banyak rukun haji selama prosesi puncak haji di Arafah, Musdalifah, dan Mina yang membutuhkan fisik prima. Jangan sampai di pekan-pekan pertama di tanah suci, kondisi jamaah sudah drop dan memicu penyakit bawaan kambuh.Hingga hari kelima sejak pemberangkatan awal, Sabtu (6/7/2019), sudah ada tiga jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia. Masing-masing Sumiyatun Sawi Krama (56), jamaah kloter 2 Embarkasi Solo (SOC) yang meninggal dunia di pesawat; Khairil Abbas bin Salim (62), jamaah kloter 2 Embarkasi Batam (BTH) karena serangan jantung; dan Mudjahid Damanhuri (74), jamaah kloter 4 Embarkasi Solo (SOC) meninggal dunia karena stroke. Dari informasi yang informasi yang diperoleh, jamaah meninggal dunia memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, jantung, dan darah tinggi.
Penghubung Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Madinah, dr Nafi'uddin Mahfudz menjelaskan, ada tiga faktor yang mempengaruhi kesehatan, yakni tubuh, aktivitas, dan lingkungan. Usia dan penyakit dasar yang dimiliki jamaah menjadi hal yang perlu diperhatikan. Jamaah usia lanjut akan mudah sakit dan jika memiliki penyakit dasar akan mudah kambuh."Aktivitas jamaah yang tinggi sejak dari embarkasi hingga Tanah Suci juga meningkatkan risiko sakit," kata Nafi kepada wartawan di kantor Daker Madinah, kemarin.
Lingkungan juga sangat mempengaruhi kesehatan jamaah. Saat ini suhu udara di Madinah antara 26-45 derajat Celcius. Kondisi ini sangat berbeda jauh dengan Indonesia yang suhu tertingginya paling hanya 35 derajat Celcius. "Asupan makan jamaah biasanya turun yang menyebabkan energinya drop. Belum lagi banyak jamaah dari negara lain yang membawa penyakit," kata Nafi.
Untuk menjaga kesehatan selama di Tanah Suci, jamaah Indonesia yang rata-rata berusia lanjut harus disiplin minum obat rutin yang dibawa dari Tanah Air. Selain itu, mereka juga harus mengkonsultasikan kesehatannya kepada petugas medis yang ada di kloter, sektor, atau pun daker. "Hindari aktivitas pada suhu-suhu panas antara 09.00 hingga 17.00 WAS juga harus dihindari. Jangan memaksakan beraktivitas, seperlunya saja dan tahu diri dengan kemampuan tubuh. Lebih baik mempersiapkan diri, simpan stamina untuk ibadah sesungguhnya," katanya.
Banyak minum air juga salah satu cara untuk menjaga kondisi tubuh tidak dehidrasi. Namun air yang diminum adalah air putih yang tidak dingin, bukan minuman berkarbonasi, dan tidak manis. Sering mengonsumsi buah dan sayuran.
Sementara itu, hingga hari ini Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah menangani 9 pasien jamaah rawat inap. Kebanyakan mereka sakit infeksi saluran napas, vertigo, demensia, dan kelelahan. Khusus untuk demensia, ada 3 jamaah haji yang dirawat. "Kalau kami lihat di sini pencetusnya dehidrasi," kata Direktur KKHI Madinah Amsyar Akil.
Menurut Amsyar, cukup banyak dampak yang ditimbulkan dari dehidrasi. Misalnya gelisah, penurunan kesadaran, gangguan demam, dan panas. Gelajanya ini khas dan sulit dibedakan dengan gelaja penyakit kejiwaan. "Tapi kami punya dokter spesialis di sini yang rata-rata luar biasa. Kami rawat ada 3 orang dengan gelaja gelisah dan bicara sendiri," katanya.
ABDUL MALIK MUBARAK
Laporan Wartawan KORAN SINDO
MADINAH
Saat ini jamaah juga diminta tidak terlalu memforsir diri melakukan berbagai ibadah sunah, mengingat banyak rukun haji selama prosesi puncak haji di Arafah, Musdalifah, dan Mina yang membutuhkan fisik prima. Jangan sampai di pekan-pekan pertama di tanah suci, kondisi jamaah sudah drop dan memicu penyakit bawaan kambuh.Hingga hari kelima sejak pemberangkatan awal, Sabtu (6/7/2019), sudah ada tiga jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia. Masing-masing Sumiyatun Sawi Krama (56), jamaah kloter 2 Embarkasi Solo (SOC) yang meninggal dunia di pesawat; Khairil Abbas bin Salim (62), jamaah kloter 2 Embarkasi Batam (BTH) karena serangan jantung; dan Mudjahid Damanhuri (74), jamaah kloter 4 Embarkasi Solo (SOC) meninggal dunia karena stroke. Dari informasi yang informasi yang diperoleh, jamaah meninggal dunia memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, jantung, dan darah tinggi.
Penghubung Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Madinah, dr Nafi'uddin Mahfudz menjelaskan, ada tiga faktor yang mempengaruhi kesehatan, yakni tubuh, aktivitas, dan lingkungan. Usia dan penyakit dasar yang dimiliki jamaah menjadi hal yang perlu diperhatikan. Jamaah usia lanjut akan mudah sakit dan jika memiliki penyakit dasar akan mudah kambuh."Aktivitas jamaah yang tinggi sejak dari embarkasi hingga Tanah Suci juga meningkatkan risiko sakit," kata Nafi kepada wartawan di kantor Daker Madinah, kemarin.
Lingkungan juga sangat mempengaruhi kesehatan jamaah. Saat ini suhu udara di Madinah antara 26-45 derajat Celcius. Kondisi ini sangat berbeda jauh dengan Indonesia yang suhu tertingginya paling hanya 35 derajat Celcius. "Asupan makan jamaah biasanya turun yang menyebabkan energinya drop. Belum lagi banyak jamaah dari negara lain yang membawa penyakit," kata Nafi.
Untuk menjaga kesehatan selama di Tanah Suci, jamaah Indonesia yang rata-rata berusia lanjut harus disiplin minum obat rutin yang dibawa dari Tanah Air. Selain itu, mereka juga harus mengkonsultasikan kesehatannya kepada petugas medis yang ada di kloter, sektor, atau pun daker. "Hindari aktivitas pada suhu-suhu panas antara 09.00 hingga 17.00 WAS juga harus dihindari. Jangan memaksakan beraktivitas, seperlunya saja dan tahu diri dengan kemampuan tubuh. Lebih baik mempersiapkan diri, simpan stamina untuk ibadah sesungguhnya," katanya.
Banyak minum air juga salah satu cara untuk menjaga kondisi tubuh tidak dehidrasi. Namun air yang diminum adalah air putih yang tidak dingin, bukan minuman berkarbonasi, dan tidak manis. Sering mengonsumsi buah dan sayuran.
Sementara itu, hingga hari ini Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah menangani 9 pasien jamaah rawat inap. Kebanyakan mereka sakit infeksi saluran napas, vertigo, demensia, dan kelelahan. Khusus untuk demensia, ada 3 jamaah haji yang dirawat. "Kalau kami lihat di sini pencetusnya dehidrasi," kata Direktur KKHI Madinah Amsyar Akil.
Menurut Amsyar, cukup banyak dampak yang ditimbulkan dari dehidrasi. Misalnya gelisah, penurunan kesadaran, gangguan demam, dan panas. Gelajanya ini khas dan sulit dibedakan dengan gelaja penyakit kejiwaan. "Tapi kami punya dokter spesialis di sini yang rata-rata luar biasa. Kami rawat ada 3 orang dengan gelaja gelisah dan bicara sendiri," katanya.
ABDUL MALIK MUBARAK
Laporan Wartawan KORAN SINDO
MADINAH
(nfl)