Belajar Cegah Terorisme dari 15 Negara

Senin, 24 Juni 2019 - 14:44 WIB
Belajar Cegah Terorisme dari 15 Negara
Belajar Cegah Terorisme dari 15 Negara
A A A
JAKARTA - Sebanyak 32 perwakilan dari 15 negara terpilih menerima beasiswa dari Facebook Internasional untuk mengikuti Asia Pasific News Literacy Conference di Kantor Facebook Taiwan dan National Chengchi University (NCCU).

Ke-15 negara tersebut adalah anggota ASEAN seperti Australia, Amerika Serikta, India, Srilanka, Taiwan. Dihadirkan 14 pembicara untuk berdiskusi dan merumuskan solusi bagaimana mengatasi perkembangan berita bohong (fake news), misinformation, disinformation, yang menjadi persoalan dunia.

Indonesia diwakili oleh empat orang yang dinilai Facebook telah melakukan upaya nyata dalam mempromosikan news literacy di Indonesia yaitu Algooth Putrano (Penulis dan Jurnalis), Devie Rahmawati (Founder Klinik Digital Vokasi UI), Feriani Taufik (YCAB), dan Novi Kurnia (Japelidi, UGM).

Salah satu agenda kegiatan yaitu diskusi kelompok untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan dan kerja. Devie bersama perwakilan dari India, Singapura, Thailand, Myanmar, Filipina, Taiwan dan Amerika Serikat memiliki tugas untuk menyusun masukan agar pelatihan literasi media dapat dilakukan secara praktis dan memiliki dampak yang terukur.

"Kami menghasilkan beberapa rekomendasi di antaranya framework untuk menyelesaikan persoalan berita bohong yaitu 5C, Content, Communication, Context, Consequences dan Collaboration. Tidak hanya itu kami juga merekomendasikan agar pengetahuan tentang mengenali dan menghindari produksi fake news dengan cara membuat aplikasi dan game online. Game ini dapat berupa mengajari mahasiswa misalnya bagaimana memproduksi berita bohong. Ketika mereka tahu proses dan bagaimana bahayanya membuat berita bohong, justru ini yang menjadi kunci melahirkan para marketing anti hoaks," kata pengabdi Pengmas "Saring sebelum Sharing", Devie Rahmawati, Senin (24/6/2019).

Dikatakan dia, juga mengusulkan agar platform media sosial memberikan insentif (positive reinforcement) kepada semua pengguna platform yang justru aktif menyebarkan berita positif . Insentif beragam dari mulai pemeringkatan di sosial media hingga insentif nyata berupa jalan-jalan dan sebagainya, akan membuat pengguna terdorong untuk melakukan verifikasi.

"Tidak hanya itu, diperlukan juga perlindungan hukum bagi para petugas pengecek fakta (fast checker), agar ketika mereka menyampaikan kebenaran bahwa sebuah berita adalah berita bohong, mereka bukan kemudian menjadi sasaran amuk dan tuntutan hukum dari para produsen hoaks," tambah Ketua Program Studi Vokasi Humas UI itu.

Devie yang bersama Klinik Digital dan HM Humas Vokasi UI mendirikan Kampung Digital, untuk memberikan pelatihan berupa photovisual literacy, reproduction literacy, hypermedia literacy, information literacy, socio-emotional literacy, sepanjang tahun di Kelurahan Mekar Jaya, Depok.

"Hadir dalam kegiatan ini, membuat klinik digital memiliki banyak ide dan jaringan yang membantu kami untuk mencegah perluasan ajaran radikal negatif melalui PENGMAS Saring sebelum Sharing Pengalaman dari 15 negara benar-benar membuat kami optimis bahwa pekerjaan besar ini dapat terus dilakukan. Mengingat salah satu kunci mengurangi lahirnya aksi terorisme ialah dengan membuka perspektif dan pengetahuan masyarakat melalui program literasi media dan berita," ucapnya.

Integrity and Training Partnership Facebook Asia Pasifik, Aya Lowe menambahkan, kegiatan ini sebagai upaya FB untuk membangun hubungan dan mengembangkan program-program yang dapat mendukung terciptanya ekosistem berita.

"Kegiatan ini merupakan upaya FB untuk membangun hubungan dan mengembangkan program-program yang dapat mendukung terciptanya ekosistem berita dan media untuk mengatasi persoalan misinformasi," pungkasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6508 seconds (0.1#10.140)