Ace Nilai Berlebihan Jika Golkar Disebut Terpuruk pada Pemilu 2019
A
A
A
JAKARTA - Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menilai terlalu berlebihan jika Partai Golkar dikatakan mengalami keterpurukan pada Pemilu 2019. Menurut Ace, di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto yang memimpin selama 1,5 tahun menjelang Pemilu, Partai Golkar telah berhasil mempertahankan posisinya sebagai pemenang kedua dalam Pileg 2019.
"Perolehan kursi diperkirakan 85 kursi, nomor dua setelah PDIP, termasuk Partai Golkar dapat satu kursi untuk Dapil Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Luar Negeri," tuturnya.
Dikatakan Wakil Ketua Komisi VIII ini, sebelum pemilu digelar hampir semua survei oleh lembaga-lembaga survei ternama dan kredibel menyatakan bahwa suara untuk Golkar akan turun besar sampai satu digit, bahkan ada yang menyebut sampai di kisaran 6-9%.
"Dan hampir semua survei memprediksi Golkar akan menempati urutan ketiga bahkan ada yang menyatakan bisa turun ke urutan lebih bawah lagi. Banyak pengamat menyatakan Golkar tidak akan ada di papan atas lagi tetapi akan menjadi partai menengah. Hasilnya, di bawah kepemimpinan Pak Airlangga Hartarto, bisa kita lihat sendiri bahwa Partai Golkar dapat menempatkan kadernya di DPR RI terbesar kedua mengungguli Gerindra yang mencalonkan Ketua Umumnya sebagai Calon Presiden," tuturnya.
Selain itu, sepanjang sejarah Partai Golkar pasca Reformasi, baru pada tahun 2019 ini, Partai Golkar dapat memenangkan Pilpres dengan mendukung pasangan Jokowi-KH Ma’ruf Amin. Hal ini menurutnya patut diapresiasi.
Soal desakan percepatan pelaksanaan munas, menurut Ace, Golkar harus tetap merujuk pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai. "Sebagaimana amanat Munaslub 2017, Partai Golkar akan menggelar Munas akhir tahun ini. Jadi sebaiknya bersabar saja. Masih ada di depan mata agenda nasional yang harus diselesaikan. Ada sidang MK untuk Pilpres dan Pileg. Penetapan dan pelantikan DPR RI dan DPRD Kab/Kota/Provinsi terpilih. Pelantikan Presiden dan lain-lain. Ojo kesusu (jangan tergesa-gesa)," paparnya.
Pihaknya tidak mempermasalahkan jika ada kader Partai Golkar yang mau maju sebagai ketua umum. "Silakan saja melalui Munas akhir tahun ini. Kita kan partai yang demokratis," tutur anggota DPR yang kembali terpilih dalam Pemilu 2019 lalu.
"Perolehan kursi diperkirakan 85 kursi, nomor dua setelah PDIP, termasuk Partai Golkar dapat satu kursi untuk Dapil Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Luar Negeri," tuturnya.
Dikatakan Wakil Ketua Komisi VIII ini, sebelum pemilu digelar hampir semua survei oleh lembaga-lembaga survei ternama dan kredibel menyatakan bahwa suara untuk Golkar akan turun besar sampai satu digit, bahkan ada yang menyebut sampai di kisaran 6-9%.
"Dan hampir semua survei memprediksi Golkar akan menempati urutan ketiga bahkan ada yang menyatakan bisa turun ke urutan lebih bawah lagi. Banyak pengamat menyatakan Golkar tidak akan ada di papan atas lagi tetapi akan menjadi partai menengah. Hasilnya, di bawah kepemimpinan Pak Airlangga Hartarto, bisa kita lihat sendiri bahwa Partai Golkar dapat menempatkan kadernya di DPR RI terbesar kedua mengungguli Gerindra yang mencalonkan Ketua Umumnya sebagai Calon Presiden," tuturnya.
Selain itu, sepanjang sejarah Partai Golkar pasca Reformasi, baru pada tahun 2019 ini, Partai Golkar dapat memenangkan Pilpres dengan mendukung pasangan Jokowi-KH Ma’ruf Amin. Hal ini menurutnya patut diapresiasi.
Soal desakan percepatan pelaksanaan munas, menurut Ace, Golkar harus tetap merujuk pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai. "Sebagaimana amanat Munaslub 2017, Partai Golkar akan menggelar Munas akhir tahun ini. Jadi sebaiknya bersabar saja. Masih ada di depan mata agenda nasional yang harus diselesaikan. Ada sidang MK untuk Pilpres dan Pileg. Penetapan dan pelantikan DPR RI dan DPRD Kab/Kota/Provinsi terpilih. Pelantikan Presiden dan lain-lain. Ojo kesusu (jangan tergesa-gesa)," paparnya.
Pihaknya tidak mempermasalahkan jika ada kader Partai Golkar yang mau maju sebagai ketua umum. "Silakan saja melalui Munas akhir tahun ini. Kita kan partai yang demokratis," tutur anggota DPR yang kembali terpilih dalam Pemilu 2019 lalu.
(pur)