Pemilu Serentak Selesai Digelar, Mari Bersatu Kembali
A
A
A
JAKARTA - Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2019 yang digelar kemarin berlangsung tertib dan aman. Walaupun belum final, berdasarkan hitung cepat (quick count) yang digelar sejumlah lembaga survei, pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan KH Ma’ruf Amin mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Berakhirnya kontestasi demokrasi hendaknya juga mengakhiri pertarungan keras yang mewarnai tujuh bulan massa kampanye. Seluruh lapisan masyarakat yang sebelumnya terbelah karena perbedaan dukungan politik hendaknya kembali bersatu sekaligus menyatukan energi untuk menyambut masa depan bangsa ini.
Siapa pun pasangan calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres) serta partai politik yang tampil sebagai pemenang sejatinya merupakan kemenangan rakyat Indonesia dan kemenangan demokrasi yang bersama-sama diperjuangkan. Apresiasi tentu harus diberikan kepada penyelenggara Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), TNI/Polri, dan pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan pesta demokrasi ini.
Ajakan kepada seluruh elemen bangsa ini untuk bersatu kembali juga menjadi penekanan utama Jokowi saat merespons hasil pemilihan presiden (pilpres) kemarin. "Marilah kita kembali bersatu sebagai saudara sebangsa setanah air, setelah pemilu ini menjalin kerukunan dan persaudaraan kita," ujar Jokowi kepada wartawan di Jakarta Theatre kemarin.
Dalam kesempatan itu Jokowi didampingi Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum DPP Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo, Ketua Umum DPP Partai Golkar Erlangga Hartarto, Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloeh, Ketua Umum DPP PPP Soeharso Monoarfa, dan sejumlah pimpinan partai koalisi lainnya pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.
Jokowi juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada KPU, Bawaslu, dan mereak yang telah mewujudkan pemilu berlangsung jujur dan adil. Termasuk kepada TNI dan Polri yang telah mengamankan jalannya pemilu sehingga berjalan dengan tertib dan baik.
Ajakan agar seluruh lapisan masyarakat Indonesia bersatu kembali dan bersinergi membangun bangsa dan negara juga disampaikan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT). "Kepada pendukung Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf Amin, kita bersyukur. Kepada pendukung Pak Prabowo dan Pak Sandi, saya rasa ini kemenangan kita bersama. Tujuannya semua sama, bagaimana kita membangun Indonesia menjadi Indonesia yang maju dan semua unsur. Tentunya perlu bersinergi, bersatu padu untuk memajukan Indonesia," kata Hary.
Dia menandaskan bahwa tujuan Jokowi adalah memajukan Indonesia. Untuk membangun Indonesia tentu harus melibatkan semua pihak. Dia pun menegaskan, Pilpres 2019 bukanlah kemenangan perseorangan, melainkan kemenangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada akhirnya tujuan setiap pemimpin negara adalah menjadikan Indonesia maju dan sejahtera. "Kita perlu menjaga persatuan dan kesatuan. Kalau ingin maju kita perlu bersinergi, bersatu, bergandengan tangan, saling mengisi untuk memajukan bangsa dan negara yang kita cintai. Jangan kita terpecah-pecah," tuturnya.
Berdasar hasil quick count yang dilakukan sejumlah lembaga survei, Jokowi-Ma’ruf Amin memenangi pilpres dengan selisih perolehan suara sekitar 10%. Survei Voxpol Center, misalnya, dengan suara masuk hingga 82,3%, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amiein meraih 56,16% suara, Prabowo-Sandi 43,84% suara. Kemudian survei LSI menyebutkan perolehan suara kedua pasangan hingga pengumpulan suara mencapai 98,55% adalah 01 sebanyak 55,64% berbanding 02 44,368%. Adapun survei Indikator hingga suara masuk 93,18%, kubu 01 memperoleh 53,89% berbanding 02 46,11%.
Hasil ini kontan saja disambut gembira pendukung Jokowi, termasuk yang berkumpul di Ballroom Djakarta Theater. Mereka tak henti-hentinya mengelu-elukan Jokowi. “Hidup Jokowi!Siapa kita? Jokowi-Amin!”
Kendati demikian, Jokowi meminta semua pihak untuk tetap bersabar sambil menunggu perhitungan resmi dari KPU. "Dari indikasi exit poll dan quick count sudah kita lihat semua (pasangan 01 unggul), tapi kita bersabar menunggu penghitungan dari KPU secara resmi," sebutnya.
Ekspresi kegembiraan tentu saja juga disampaikan Ma’ruf Amin. "Ya sesuai, kami sih sudah menduga akan menang," tutur Kiai Ma'ruf kepada wartawan dengan wajah semringah saat datang ke Jakarta Theatre. Kendati begitu pihaknya masih akan menunggu hasil resmi dari KPU.
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Kiai Ma'ruf, Erick Thohir, juga mengucapkan rasa syukurnya atas hasil perhitungan cepat sejumlah lembaga survei nasional yang mengunggulkan pasangan 01. Namun pihaknya masih menunggu total hasil perhitungan cepat dan hasil resmi dari KPU.
Erick menyatakan bahwa hasil pemilu ini menunjukkan bahwa Jokowi-Kiai Ma'ruf masih menjadi pilihan utama bagi mayoritas rakyat Indonesia yang ingin agar pembangunan yang sudah berjalan selama ini tetap berkelanjutan. "Alhamdulillah. Hanya ada rasa syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa dan juga ucapan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang sudah memberikan suaranya di pilpres dan pileg tahun ini," papar Erick.
Di sisi lain capres nomor urut 02 Prabowo Subianto bersama pimpinan parpol pengusung dan elite Badan Pemenangan Nasional (BPN) mengklaim kemenangannya dari hasil real count (perhitungan sebenarnya berdasarkan formulir C1 TPS). Klaim ini disampaikan dalam pidato kemenangan yang digelar di di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara Nomor IV, Kebayoran Baru, Jakarta, tadi malam.
Namun momen tersebut tidak dihadiri cawapres Sandiaga Uno. Dia terakhir kali terlihat di Hotel Ambhara Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta yang tidak jauh dari Kertanegara sekitar pukul 13.00 guna memantau posko monitoring relawan. “Saya hanya ingin menberikan update bahwa berdasarkan real count kita sudah berada di posisi 62%. Ini adalah hasil real count. Dalam posisi lebih dari 320.000 TPS. Berarti sekitar 40% dan saya sudah diyakinkan oleh ahli-ahli statistik bahwa ini tidak akan berubah banyak. Bisa naik 1%, bisa turun 1%. Detik ini kita berada 62%,” kata Prabowo dengan nada berapi-api.
Dia menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menggunakan cara-cara di luar hukum karena Prabowo-Sandi sudah menang. Prabowo-Sandi merupakan bagian dari rakyat dan kemenangan ini adalah kemenangan rakyat Indonesia. Dan dia menegaskan diri sebagai presiden bagi seluruh rakyat Indonesia, baik pendukung 01 atau 02, semua akan ia bela. “Saya akan menjadi presiden seluruh rakyat Indonesia. Kita akan membangun Indonesia yang menang, adil, makmur, damai. Yang disegani oleh seluruh dunia, yang tidak akan ada orang lapar lagi,“ seru Prabowo.
Sementara itu Ketua KPU Arief Budiman memastikan pihaknya menetapkan hasil Pemilu 2019 secara nasional paling lama 35 hari selepas pemungutan suara. Diperkirakan hasil resmi Pemilu 2019 baru bisa diketahui paling lama pada 22 Mei 2019. "Hasil resmi menurut undang-undang paling lama 35 hari setelah pemungutan suara dilakukan, KPU sudah harus mengumumkan," katanya.
Arief juga mengatakan pihaknya melakukan hitung cepat melalui Situng. Namun hitung cepat tersebut bukanlah hasil resmi KPU karena hasil resmi berasal dari penghitungan dan rekapitulasi berjenjang. "Situng itu hanya mempercepat proses informasi, membantu jadi alat kontrol, tapi bukan hasil resmi yang ditetapkan KPU. Hasil resmi KPU adalah hasil yang direkapitulasi secara berjenjang, secara manual melalui berita acara," ungkapnya.
Faktor Kemenangan
Senior Research Manager yang juga Koordinator Quick Count Poltracking Indonesia Arya Budi menyebut, ada sejumlah faktor utama penyebab pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf menang dan mengungguli Prabowo-Sandiata berdasarkan hasil quick count. Faktor pertama adalah tingkat partisipasi sudah terbangun dan dirawat oleh banyak penetrasi kampanye politik sepanjang lima tahun terakhir ini sejak 2014. Karenanya kecenderungan migrasi pemilih Jokowi ke Prabowo atau sebaliknya sangat kecil.
“Karena sentimennya melintasi sentimen rasionalitas, melintasi sentimen basis ideologis. Itu sudah seperti sistem kepercayaan. Orang yang memilih Prabowo memahami itu sebagai sebuah kebenaran, begitu juga yang memilih Jokowi memahami sebagai kebenaran. Ini bukan hanya dalam dimensi politik, tapi dimensi hidup dan sebagainya," tegas Arya.
Kemudian partisipasi kelompok berbasis Islam untuk memilih Jokowi meningkat dengan adanya sosok Ma'ruf Amin. Apalagi Ma’ruf dikenal sebagai orang nomor satu di MUI dan Nahdlatul Ulama (NU). Selanjutnya variabel ketiga adalah variabel kerja dari tim kampanye capres masing-masing. Ada juga faktor lain yang paling menentukan, yaitu political predisposition atau predisposisi politik di mana seseorang sudah punya kedekatan tertentu dengan calon.
Variabel predisposisi bisa agama, asosiasi aliran seperti NU dan Muhammadiyah, bisa kedekatan dengan TNI, Soekarnois, dan sebagainya. Menurut Arya, saat kubu masing-masing berkampanye untuk menarik dukungan, pada saat yang sama mereka mengandalkan predisposisi pemilih. "Itulah yang membuat sedikit sekali perubahan dari 2014, Jokowi hanya naik 1% sampai 2%," ujar dia.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani menandaskan, memilih adalah gejala yang kompleks. Pemilih pada dasarnya mempertimbangkan banyak faktor dalam memilih calon. Selain evaluasi atas kinerja petahana, faktor lain juga turut berpengaruh. Pemilih juga menilai dan membandingkan kualitas kepribadian calon, yakni integritas dan kapabilitas. Juga mempertimbangkan partai politik dan faktor identitas. "Dan Jokowi memang unggul pada semua faktor itu secara umum," ucapnya. (Abdul Rochim/Kiswondari/Mula Akmal/Sabir Laluhu)
Berakhirnya kontestasi demokrasi hendaknya juga mengakhiri pertarungan keras yang mewarnai tujuh bulan massa kampanye. Seluruh lapisan masyarakat yang sebelumnya terbelah karena perbedaan dukungan politik hendaknya kembali bersatu sekaligus menyatukan energi untuk menyambut masa depan bangsa ini.
Siapa pun pasangan calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres) serta partai politik yang tampil sebagai pemenang sejatinya merupakan kemenangan rakyat Indonesia dan kemenangan demokrasi yang bersama-sama diperjuangkan. Apresiasi tentu harus diberikan kepada penyelenggara Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), TNI/Polri, dan pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan pesta demokrasi ini.
Ajakan kepada seluruh elemen bangsa ini untuk bersatu kembali juga menjadi penekanan utama Jokowi saat merespons hasil pemilihan presiden (pilpres) kemarin. "Marilah kita kembali bersatu sebagai saudara sebangsa setanah air, setelah pemilu ini menjalin kerukunan dan persaudaraan kita," ujar Jokowi kepada wartawan di Jakarta Theatre kemarin.
Dalam kesempatan itu Jokowi didampingi Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum DPP Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo, Ketua Umum DPP Partai Golkar Erlangga Hartarto, Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum DPP Partai NasDem Surya Paloeh, Ketua Umum DPP PPP Soeharso Monoarfa, dan sejumlah pimpinan partai koalisi lainnya pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.
Jokowi juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada KPU, Bawaslu, dan mereak yang telah mewujudkan pemilu berlangsung jujur dan adil. Termasuk kepada TNI dan Polri yang telah mengamankan jalannya pemilu sehingga berjalan dengan tertib dan baik.
Ajakan agar seluruh lapisan masyarakat Indonesia bersatu kembali dan bersinergi membangun bangsa dan negara juga disampaikan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT). "Kepada pendukung Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf Amin, kita bersyukur. Kepada pendukung Pak Prabowo dan Pak Sandi, saya rasa ini kemenangan kita bersama. Tujuannya semua sama, bagaimana kita membangun Indonesia menjadi Indonesia yang maju dan semua unsur. Tentunya perlu bersinergi, bersatu padu untuk memajukan Indonesia," kata Hary.
Dia menandaskan bahwa tujuan Jokowi adalah memajukan Indonesia. Untuk membangun Indonesia tentu harus melibatkan semua pihak. Dia pun menegaskan, Pilpres 2019 bukanlah kemenangan perseorangan, melainkan kemenangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada akhirnya tujuan setiap pemimpin negara adalah menjadikan Indonesia maju dan sejahtera. "Kita perlu menjaga persatuan dan kesatuan. Kalau ingin maju kita perlu bersinergi, bersatu, bergandengan tangan, saling mengisi untuk memajukan bangsa dan negara yang kita cintai. Jangan kita terpecah-pecah," tuturnya.
Berdasar hasil quick count yang dilakukan sejumlah lembaga survei, Jokowi-Ma’ruf Amin memenangi pilpres dengan selisih perolehan suara sekitar 10%. Survei Voxpol Center, misalnya, dengan suara masuk hingga 82,3%, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amiein meraih 56,16% suara, Prabowo-Sandi 43,84% suara. Kemudian survei LSI menyebutkan perolehan suara kedua pasangan hingga pengumpulan suara mencapai 98,55% adalah 01 sebanyak 55,64% berbanding 02 44,368%. Adapun survei Indikator hingga suara masuk 93,18%, kubu 01 memperoleh 53,89% berbanding 02 46,11%.
Hasil ini kontan saja disambut gembira pendukung Jokowi, termasuk yang berkumpul di Ballroom Djakarta Theater. Mereka tak henti-hentinya mengelu-elukan Jokowi. “Hidup Jokowi!Siapa kita? Jokowi-Amin!”
Kendati demikian, Jokowi meminta semua pihak untuk tetap bersabar sambil menunggu perhitungan resmi dari KPU. "Dari indikasi exit poll dan quick count sudah kita lihat semua (pasangan 01 unggul), tapi kita bersabar menunggu penghitungan dari KPU secara resmi," sebutnya.
Ekspresi kegembiraan tentu saja juga disampaikan Ma’ruf Amin. "Ya sesuai, kami sih sudah menduga akan menang," tutur Kiai Ma'ruf kepada wartawan dengan wajah semringah saat datang ke Jakarta Theatre. Kendati begitu pihaknya masih akan menunggu hasil resmi dari KPU.
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Kiai Ma'ruf, Erick Thohir, juga mengucapkan rasa syukurnya atas hasil perhitungan cepat sejumlah lembaga survei nasional yang mengunggulkan pasangan 01. Namun pihaknya masih menunggu total hasil perhitungan cepat dan hasil resmi dari KPU.
Erick menyatakan bahwa hasil pemilu ini menunjukkan bahwa Jokowi-Kiai Ma'ruf masih menjadi pilihan utama bagi mayoritas rakyat Indonesia yang ingin agar pembangunan yang sudah berjalan selama ini tetap berkelanjutan. "Alhamdulillah. Hanya ada rasa syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa dan juga ucapan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang sudah memberikan suaranya di pilpres dan pileg tahun ini," papar Erick.
Di sisi lain capres nomor urut 02 Prabowo Subianto bersama pimpinan parpol pengusung dan elite Badan Pemenangan Nasional (BPN) mengklaim kemenangannya dari hasil real count (perhitungan sebenarnya berdasarkan formulir C1 TPS). Klaim ini disampaikan dalam pidato kemenangan yang digelar di di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara Nomor IV, Kebayoran Baru, Jakarta, tadi malam.
Namun momen tersebut tidak dihadiri cawapres Sandiaga Uno. Dia terakhir kali terlihat di Hotel Ambhara Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta yang tidak jauh dari Kertanegara sekitar pukul 13.00 guna memantau posko monitoring relawan. “Saya hanya ingin menberikan update bahwa berdasarkan real count kita sudah berada di posisi 62%. Ini adalah hasil real count. Dalam posisi lebih dari 320.000 TPS. Berarti sekitar 40% dan saya sudah diyakinkan oleh ahli-ahli statistik bahwa ini tidak akan berubah banyak. Bisa naik 1%, bisa turun 1%. Detik ini kita berada 62%,” kata Prabowo dengan nada berapi-api.
Dia menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menggunakan cara-cara di luar hukum karena Prabowo-Sandi sudah menang. Prabowo-Sandi merupakan bagian dari rakyat dan kemenangan ini adalah kemenangan rakyat Indonesia. Dan dia menegaskan diri sebagai presiden bagi seluruh rakyat Indonesia, baik pendukung 01 atau 02, semua akan ia bela. “Saya akan menjadi presiden seluruh rakyat Indonesia. Kita akan membangun Indonesia yang menang, adil, makmur, damai. Yang disegani oleh seluruh dunia, yang tidak akan ada orang lapar lagi,“ seru Prabowo.
Sementara itu Ketua KPU Arief Budiman memastikan pihaknya menetapkan hasil Pemilu 2019 secara nasional paling lama 35 hari selepas pemungutan suara. Diperkirakan hasil resmi Pemilu 2019 baru bisa diketahui paling lama pada 22 Mei 2019. "Hasil resmi menurut undang-undang paling lama 35 hari setelah pemungutan suara dilakukan, KPU sudah harus mengumumkan," katanya.
Arief juga mengatakan pihaknya melakukan hitung cepat melalui Situng. Namun hitung cepat tersebut bukanlah hasil resmi KPU karena hasil resmi berasal dari penghitungan dan rekapitulasi berjenjang. "Situng itu hanya mempercepat proses informasi, membantu jadi alat kontrol, tapi bukan hasil resmi yang ditetapkan KPU. Hasil resmi KPU adalah hasil yang direkapitulasi secara berjenjang, secara manual melalui berita acara," ungkapnya.
Faktor Kemenangan
Senior Research Manager yang juga Koordinator Quick Count Poltracking Indonesia Arya Budi menyebut, ada sejumlah faktor utama penyebab pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf menang dan mengungguli Prabowo-Sandiata berdasarkan hasil quick count. Faktor pertama adalah tingkat partisipasi sudah terbangun dan dirawat oleh banyak penetrasi kampanye politik sepanjang lima tahun terakhir ini sejak 2014. Karenanya kecenderungan migrasi pemilih Jokowi ke Prabowo atau sebaliknya sangat kecil.
“Karena sentimennya melintasi sentimen rasionalitas, melintasi sentimen basis ideologis. Itu sudah seperti sistem kepercayaan. Orang yang memilih Prabowo memahami itu sebagai sebuah kebenaran, begitu juga yang memilih Jokowi memahami sebagai kebenaran. Ini bukan hanya dalam dimensi politik, tapi dimensi hidup dan sebagainya," tegas Arya.
Kemudian partisipasi kelompok berbasis Islam untuk memilih Jokowi meningkat dengan adanya sosok Ma'ruf Amin. Apalagi Ma’ruf dikenal sebagai orang nomor satu di MUI dan Nahdlatul Ulama (NU). Selanjutnya variabel ketiga adalah variabel kerja dari tim kampanye capres masing-masing. Ada juga faktor lain yang paling menentukan, yaitu political predisposition atau predisposisi politik di mana seseorang sudah punya kedekatan tertentu dengan calon.
Variabel predisposisi bisa agama, asosiasi aliran seperti NU dan Muhammadiyah, bisa kedekatan dengan TNI, Soekarnois, dan sebagainya. Menurut Arya, saat kubu masing-masing berkampanye untuk menarik dukungan, pada saat yang sama mereka mengandalkan predisposisi pemilih. "Itulah yang membuat sedikit sekali perubahan dari 2014, Jokowi hanya naik 1% sampai 2%," ujar dia.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani menandaskan, memilih adalah gejala yang kompleks. Pemilih pada dasarnya mempertimbangkan banyak faktor dalam memilih calon. Selain evaluasi atas kinerja petahana, faktor lain juga turut berpengaruh. Pemilih juga menilai dan membandingkan kualitas kepribadian calon, yakni integritas dan kapabilitas. Juga mempertimbangkan partai politik dan faktor identitas. "Dan Jokowi memang unggul pada semua faktor itu secara umum," ucapnya. (Abdul Rochim/Kiswondari/Mula Akmal/Sabir Laluhu)
(nfl)