GP Ansor Minta Bawaslu Hati-Hati Terima Laporan ACTA Terkait Amplop Luhut
A
A
A
JAKARTA - Rencana Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) melaporkan Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) terkait dugaan pemberian bantuan kepada seorang kiai di Bangkalan, Madura, sebagai bentuk dukungan politik kepada capres petahana, mendapat tanggapan dari Gerakan Pemuda Ansor.
Menurut Achmad Budi Prayoga, yang mewakili Lembaga Bantuan Hukum Pimpinan Pusat GP Ansor, rencana melaporkan Luhut Binsar Panjaitan ke Bawaslu merupakan hak ACTA yang dijamin undang-undang. Namun demikian, Bawaslu harus meneliti benar dan hati-hati dalam menerima laporan tersebut. Jangan sampai justru menimbulkan fitnah.
"Nah, untuk menjaga agar tidak terjadi fitnah, kami akan mengawal Bawaslu menjaga independensi tugas dan kewajibannya menerima laporan tersebut. Dan, kami pun akan melakukan langkah-langkah hukum kepada siapa pun yang menyebarluaskan berita yang belum terbukti sebagaimana yang dituduhkan tersebut," kata Achmad, Sabtu (6/2/2019).
Dia mengatakan, memberikan bantuan kepada kiai adalah hal biasa yang dilakukan banyak orang atau pihak di lingkungan pesantren. Pemberian bantuan itu sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada kiai panutannya. Bantuannya pun macam-macam, mulai dari uang sampai kebutuhan bahan pokok seperti beras, kopi, gula, telur, termasuk makanan. (Baca Juga: Klarifikasi Luhut Panjaitan Soal Amplop ke Kiai di Madura)
"Bagi yang biasa berada di lingkungan pesantren, memberikan sesuatu bantuan itu bukan sesuatu yang aneh. Sudah jamak dilakukan banyak orang. Jangan lantas diartikan macam-macam atau diseret ke wilayah politik mentang-mentang sekarang sedang ada konstestasi politik," kata Achmad, yang juga salah seorang pengacara yang ditunjuk pemerintah dalam menghadapi gugatan HTI.
Hal sama disampaikan Sekretaris Jenderal PP GP Ansor Abdul Rochman. Menurut dia, pemberian bantuan kepada kiai sudah menjadi semacam tradisi sebagai ungkapan hormat kepada kiai.
"Dalam tradisi pesantren, bentuk penghormatan kepada kiai macam-macam. Misal, memberikan sesuatu kepada kiai. Ini sudah lazim. Kiai itu banyak tamu, tiap hari hampit tak pernah putus. Jadi itu bentuk kita menghormati, sekaligus membantu kiai kita. Ada yang memberi beras, sembako, atau apa saja," ujar Adung, sapaan akrabnya, Sabtu (6/4/2019).
Adung menjelaskan, tradisi memberikan sesuatu bantuan kepada kiai dari kalangan santri kini sudah diikuti masyarakat luas. Tradisi santri tersebut kemudian diikuti para keluarga santri sampai masyarakat umum, termasuk Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan sebagai bentuk penghormatan. (Baca Juga: Fahri Hamzah Sebut Bagi-bagi Amplop Musim Pemilu Lukai Banyak Hal)
"Kiai itu tidak pernah meminta. Kita itu justru senang banget malah kalau bisa memberikan bantuan kepada kiai kita. Pemberian itu kan tujuan untuk membantu kiai dalam berdakwah, berjuang. Selain itu kita mengharapkan keberkahan dari kiai. Pemberian bantuan oleh Pak Luhut itu memperlihatkan kedekatan dan penghormatan kepada para kiai di pesantren. Beliau sudah lama akrab dengan masyarakat pesantren. Itu bentuk penghormatan beliau kepada kiai. Nggak ada yang aneh," katanya.
Menurut Achmad Budi Prayoga, yang mewakili Lembaga Bantuan Hukum Pimpinan Pusat GP Ansor, rencana melaporkan Luhut Binsar Panjaitan ke Bawaslu merupakan hak ACTA yang dijamin undang-undang. Namun demikian, Bawaslu harus meneliti benar dan hati-hati dalam menerima laporan tersebut. Jangan sampai justru menimbulkan fitnah.
"Nah, untuk menjaga agar tidak terjadi fitnah, kami akan mengawal Bawaslu menjaga independensi tugas dan kewajibannya menerima laporan tersebut. Dan, kami pun akan melakukan langkah-langkah hukum kepada siapa pun yang menyebarluaskan berita yang belum terbukti sebagaimana yang dituduhkan tersebut," kata Achmad, Sabtu (6/2/2019).
Dia mengatakan, memberikan bantuan kepada kiai adalah hal biasa yang dilakukan banyak orang atau pihak di lingkungan pesantren. Pemberian bantuan itu sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada kiai panutannya. Bantuannya pun macam-macam, mulai dari uang sampai kebutuhan bahan pokok seperti beras, kopi, gula, telur, termasuk makanan. (Baca Juga: Klarifikasi Luhut Panjaitan Soal Amplop ke Kiai di Madura)
"Bagi yang biasa berada di lingkungan pesantren, memberikan sesuatu bantuan itu bukan sesuatu yang aneh. Sudah jamak dilakukan banyak orang. Jangan lantas diartikan macam-macam atau diseret ke wilayah politik mentang-mentang sekarang sedang ada konstestasi politik," kata Achmad, yang juga salah seorang pengacara yang ditunjuk pemerintah dalam menghadapi gugatan HTI.
Hal sama disampaikan Sekretaris Jenderal PP GP Ansor Abdul Rochman. Menurut dia, pemberian bantuan kepada kiai sudah menjadi semacam tradisi sebagai ungkapan hormat kepada kiai.
"Dalam tradisi pesantren, bentuk penghormatan kepada kiai macam-macam. Misal, memberikan sesuatu kepada kiai. Ini sudah lazim. Kiai itu banyak tamu, tiap hari hampit tak pernah putus. Jadi itu bentuk kita menghormati, sekaligus membantu kiai kita. Ada yang memberi beras, sembako, atau apa saja," ujar Adung, sapaan akrabnya, Sabtu (6/4/2019).
Adung menjelaskan, tradisi memberikan sesuatu bantuan kepada kiai dari kalangan santri kini sudah diikuti masyarakat luas. Tradisi santri tersebut kemudian diikuti para keluarga santri sampai masyarakat umum, termasuk Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan sebagai bentuk penghormatan. (Baca Juga: Fahri Hamzah Sebut Bagi-bagi Amplop Musim Pemilu Lukai Banyak Hal)
"Kiai itu tidak pernah meminta. Kita itu justru senang banget malah kalau bisa memberikan bantuan kepada kiai kita. Pemberian itu kan tujuan untuk membantu kiai dalam berdakwah, berjuang. Selain itu kita mengharapkan keberkahan dari kiai. Pemberian bantuan oleh Pak Luhut itu memperlihatkan kedekatan dan penghormatan kepada para kiai di pesantren. Beliau sudah lama akrab dengan masyarakat pesantren. Itu bentuk penghormatan beliau kepada kiai. Nggak ada yang aneh," katanya.
(amm)