Ormas dan Tokoh Masyarakat Bisa Tangkal Ideologi Kekerasan

Jum'at, 05 April 2019 - 13:51 WIB
Ormas dan Tokoh Masyarakat...
Ormas dan Tokoh Masyarakat Bisa Tangkal Ideologi Kekerasan
A A A
JAKARTA - Beberapa waktu lalu pasukan Demokratik Suriah (SDF) telah mengumumkan kehancuran total jaringan kelompok teroris, Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS).

Pengumuman ini seakan menjadi akhir dari perjuangan dan pertempuran lama terhadap para militan ISIS.Kendati demikian pasca keruntuhan ISIS, tantangan terbesar adalah mencegah tersebarnya ideologi ISIS agar tidak memengaruhi masyarakat dan mendorong lahirnya kekerasan baru di Tanah Air.
Tidak dipungkiri unsur-unsur ideologi yang melekat pada kombatan ISIS yang ada di Tanah Air tidak mudah luntur. Untuk itu ormas-ormas (organisasi massa) Islam seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan ormas lainnya di Tanah Air berperan strategis ikut mewaspadai dan menangkal berkembangnya ideologi radikal atau paham kekerasan dari kelompok ISIS di Tanah Air.

“Salah satu kelebihan ormas ini adalah punya basis konstituen yang nyata dan jelas. Ormas-ormas ini harus terlibat secara aktif, baik di level hulu dalam artian ikut terlibat dalam merumuskan kebijakan termasuk untuk membendung di level apakah itu di undang-undang maupun peraturan,” tutur peneliti di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Associate, Adnan Anwar, di Jakarta, Kamis 4 April 2019.

Menurut Adnan, ormas juga harus terlibat secara aktif dengan memasukan pencegahan paham radikal dama program prioritas organisasi.Program tersebut, kata Adnan, dilaksanakan secara intensif, baik di dalam forum-forum organisasinya maupun aksi-aksi lain untuk membantu pemerintah.

“Peran ormas ini tidak dimiliki negara lain. Di negara lain peran ormas sangat kurang terlihat. Sementara di Indonesia, ormas itu sangat strategis karena lahir bersama masyarakat,” tuturnya.

Tidak hanya ormas, Adnan melihat tokoh agama atau mubalig berwawasan Islam moderat juga berperan penting dalam membendung idologi kekerasan tersebut di masyarakat.Sebab, lanjut dia, tokoh agama atau mubalig sering terjun ke masyarakat. Mereka sering mensosialisasikan mengenai bahaya dari penyebaran paham ISIS.
“Kekuatan arusnya dari atas maupun bawah itu bersama-sama untuk menjadikan bahwa ISIS ini sebagai ideologi yang sangat membahayakan. Ormas bersama tokoh agama/mubalig sama-sama melindungi masyarakatnya,” tuturnya.

Menurut dia, jika peran ormas dan para tokoh agama disinergikan makan akan menjadi kekuatan berlapis dan akan sulit untuk ditembus.“Baik ormas maupun masyarakatnya sama-sama membentengi diri dengan berbagai macam kegiatan yang sifatnya prefentif maupun kegiatan yang sifatnya ikut aksi dalam pencegahan itu. Jadi ikut beraksi dalam pemberantasan model ideologi radikal seperti ISIS itu,” kata Adnan.
Dia menegaskan perlu upaya pencegahan dengan melakukan sosialiasi bahwa ideologi kekerasan seperti yang dilakukan ISIS sangat berbahaya. Sosialisasi bisa dilakukan hingga ke tingkat keluarga.

Bahkan di beberapa negara Timur Tengah ada semacam sosialisasi yang materinya kemudian digunakan untuk semacam pendidikan keluarga.

“Modelnya seperti pendidikan keluarga seperti zaman dulu seperti P4, bentuknya seperti itu, konvensional diintervensi melalui pertemuan warga, RT/RW, pertemuan kerukunan dan sebagainya tetapi materinya tentang bahayanya ISIS,” tuturnya.

Menurut Adnan, lembaga pendidikan juga harus membentengi para pelajarnya agar tidak mudah termakan bujuk rayu propaganda ISIS. Biasanya terkait materi dan konten, pelajar sangat bergantung gurunya.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah harus memiliki perhatian khusus terhadap guru. Harus diakui guru adalah media paling efektif untuk memengaruhi cara berpikir pelajar.
“Perlu ada semacam pembinaan dan pemantauan guru-guru dengan selalu melakukan sosialisasi bahaya penyebaran bahaya radikalisme ISIS ini di kalangan guru,” tuturnya.
Menurut dia, guru adalah sumber informasi pertama bagi seorang murid ini. "Jangan sampai ideologi ini muncul dari kalangan guru," tandasnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1073 seconds (0.1#10.140)