Beberapa Penyebab Akun Medsos dan WhatsApp Diretas
A
A
A
JAKARTA - Akun media sosial (Medsos) Twitter milik Ketua Divisi Hukum dan Advokasi Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean diretas. Dalam akun @Ferdinand_Haean bermunculan twit kata-kata kasar, bahkan menampilkan gambar cabul.
Terkait hal itu, Direktur Eksekutif Indonesia Information and Communication Technology (ICT) Institute, Heru Sutadi menilai perlu diselidiki kembali apakah memang terjadi peretasan terhadap akun media sosial.
Dia pun membeberkan beberapa kemungkinan terjadinya pembajakan atau peretasan terhadap akun Mensos ataupun WhatsApp.
"Kalau benar terjadi pembajakan, biasanya ini karena passwordnya lemah atau ada upaya mengambil password lewat email yang seolah-olah email kita diblokir atau apa sehingga kita diberikan link. Dimana link itu menangkap password email kita, yang pada akhirnya akun media sosial dibajak atau diretas," ujar Heru Sutadi kepada SINDOnews, Kamis (4/4/2019).
Kedua, kata dia, yang mungkin juga terjadi adalah ponsel dicuri, yang kemudian segala macam aktivitas bisa dilakukan karena ponsel tidak menggunakan PIN atau password.
"Ketiga, ramai nya foto-foto yang beredar di media sosial dari tokoh tokoh politik, selain ponsel dicuri, yang mungkin ada jebakan dilakukan pihak ketiga yang awalnya pura-pura berkenalan dan kemudian seolah suka dan meminta foto pribadi seperti di kamar mandi," paparnya.
Di samping itu, dia menilai pembajakan akun Medsos atau WhatsApp yang belakangan ini terjadi sangat memprihatinkan. "Politik bersih sudah ditinggalkan dengan politik kotor dan mengincar pribadi tokoh dari hal-hal negatif yang bahkan bisa jadi ada jebakan atau pencurian ponsel," pungkasnya.
Terkait hal itu, Direktur Eksekutif Indonesia Information and Communication Technology (ICT) Institute, Heru Sutadi menilai perlu diselidiki kembali apakah memang terjadi peretasan terhadap akun media sosial.
Dia pun membeberkan beberapa kemungkinan terjadinya pembajakan atau peretasan terhadap akun Mensos ataupun WhatsApp.
"Kalau benar terjadi pembajakan, biasanya ini karena passwordnya lemah atau ada upaya mengambil password lewat email yang seolah-olah email kita diblokir atau apa sehingga kita diberikan link. Dimana link itu menangkap password email kita, yang pada akhirnya akun media sosial dibajak atau diretas," ujar Heru Sutadi kepada SINDOnews, Kamis (4/4/2019).
Kedua, kata dia, yang mungkin juga terjadi adalah ponsel dicuri, yang kemudian segala macam aktivitas bisa dilakukan karena ponsel tidak menggunakan PIN atau password.
"Ketiga, ramai nya foto-foto yang beredar di media sosial dari tokoh tokoh politik, selain ponsel dicuri, yang mungkin ada jebakan dilakukan pihak ketiga yang awalnya pura-pura berkenalan dan kemudian seolah suka dan meminta foto pribadi seperti di kamar mandi," paparnya.
Di samping itu, dia menilai pembajakan akun Medsos atau WhatsApp yang belakangan ini terjadi sangat memprihatinkan. "Politik bersih sudah ditinggalkan dengan politik kotor dan mengincar pribadi tokoh dari hal-hal negatif yang bahkan bisa jadi ada jebakan atau pencurian ponsel," pungkasnya.
(maf)