LIPI: Survei Rumah Demokrasi Tak Bisa Dipertanggungjawabkan Secara Data
A
A
A
JAKARTA - Hasil survei yang menyebutkan petahana Joko Widodo memperoleh elektabilitas 40.30 persen dan rivalnya, Prabowo Subianto memperoleh 45.45 persen, sebagaimana dilansir lembaga survei Rumah Demokrasi, merupakan hasil survei hoaks.
Demikian disampaikan Direktur Indonesia Public Institut Karyono Wibowo ketika diminta pendapatnya terkait dengan hasil survei tersebut.
"Jadi hasil survei itu kategori hoaks, itu bukan hasil survei. Harus dipertanggung jawabkan ini, karena itu tidak masuk akal yang terpublikasi," kata Karyono, Selasa (26/3/2019).
Diketahui, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) selaku lembaga riset hanya hadir dalam diskusi itu dan menanggapi hasil survei lembaga Rumah Demokrasi yang dipimpin oleh Ramdansyah, yang diketahui merupakan politikus Partai Idaman.
Menurut Karyono, hasil survei yang dilakukan Ramdansyah itu sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan secara data.
"Itu hasilnya terbalik, bertentangan sekali dengan hasil akademik, makanya saya justru menilai kategori propaganda, kabar bohong, ini," kata dia.
Secara tidak langsung, Karyono menganggap Ramdansyah merusak kredibilitas LIPI, karena menggunakan LIPI untuk melakukan propaganda kabar bohong. Ia menunggangi LIPI untuk kepentingan propaganda.
"Ini mencederai kredibilitas LIPI, membuat lembaga LIPI menjadi jatuh wibawanya," kata Karyono.
Bila Ramdansyah ingin mendukung paslon 02, saran dia, sebaiknya menggunakan cara-cara yang elegan. Misal menggunakan visi-misi capres yang dia dukung.
"Tidak kemudian menggunakan data yang terbalik. Padahal kita ketahui hampir sumua lembaga survei menepatkan Jokowi di atas selisih 20-15 persen," kata dia.
Dia berharap publik tidak percaya dengan hasil survei odong-odong yang dilakukan Rumah Demokrasi di bawah koordinasi Ramdansyah itu. Terlebih, Ramdansyah memiliki latar belakang yang kurang terpuji ketika menjabat sebagai Panwaslu.
"Dari rekam jejak saja kita tahu. Apalagi dia aktif di partai Idaman, saya kira publik jangan percaya oleh Ramdansyah. Ini akan merusak kredibilitas LIPI, dan bantahan LIPI jelas, dan LIPI tidak mengakui hasil survei itu," katanya.
Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI, Firman Noor, juga membantah keterlibatan peneliti LIPI dalam hasil survei Rumah Demokrasi. Ia mengatakan bahwa lembaganya tidak pernah mengeluarkan hasil survei elektabilitas pasangan calon presiden-wakil presiden 2019.
"LIPI tidak pernah mengeluarkan hasil survei yang menyatakan elektabilitas Jokowi - Maruf 40,30 persen, Prabowo - Sandi 45, 45 persen, dan tidak tahu/tidak jawab 14,25 persen," kata Firman.
Firman mengatakan, saat menjadi pembicara bersama peneliti LIPI, Aisah Putri Budiarti, survei yang menjadi rujukan adalah hasil survei Rumah Demokrasi yang disampaikan Ramdansyah, dalam acara diskusi bertajuk Migrasi Suara Pilpres 2019: Hasil Survei versus Realitas.
"LIPI tidak terlibat sama sekali di dalam proses dan penyampaian hasil survei tersebut," ujarnya.
Demikian disampaikan Direktur Indonesia Public Institut Karyono Wibowo ketika diminta pendapatnya terkait dengan hasil survei tersebut.
"Jadi hasil survei itu kategori hoaks, itu bukan hasil survei. Harus dipertanggung jawabkan ini, karena itu tidak masuk akal yang terpublikasi," kata Karyono, Selasa (26/3/2019).
Diketahui, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) selaku lembaga riset hanya hadir dalam diskusi itu dan menanggapi hasil survei lembaga Rumah Demokrasi yang dipimpin oleh Ramdansyah, yang diketahui merupakan politikus Partai Idaman.
Menurut Karyono, hasil survei yang dilakukan Ramdansyah itu sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan secara data.
"Itu hasilnya terbalik, bertentangan sekali dengan hasil akademik, makanya saya justru menilai kategori propaganda, kabar bohong, ini," kata dia.
Secara tidak langsung, Karyono menganggap Ramdansyah merusak kredibilitas LIPI, karena menggunakan LIPI untuk melakukan propaganda kabar bohong. Ia menunggangi LIPI untuk kepentingan propaganda.
"Ini mencederai kredibilitas LIPI, membuat lembaga LIPI menjadi jatuh wibawanya," kata Karyono.
Bila Ramdansyah ingin mendukung paslon 02, saran dia, sebaiknya menggunakan cara-cara yang elegan. Misal menggunakan visi-misi capres yang dia dukung.
"Tidak kemudian menggunakan data yang terbalik. Padahal kita ketahui hampir sumua lembaga survei menepatkan Jokowi di atas selisih 20-15 persen," kata dia.
Dia berharap publik tidak percaya dengan hasil survei odong-odong yang dilakukan Rumah Demokrasi di bawah koordinasi Ramdansyah itu. Terlebih, Ramdansyah memiliki latar belakang yang kurang terpuji ketika menjabat sebagai Panwaslu.
"Dari rekam jejak saja kita tahu. Apalagi dia aktif di partai Idaman, saya kira publik jangan percaya oleh Ramdansyah. Ini akan merusak kredibilitas LIPI, dan bantahan LIPI jelas, dan LIPI tidak mengakui hasil survei itu," katanya.
Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI, Firman Noor, juga membantah keterlibatan peneliti LIPI dalam hasil survei Rumah Demokrasi. Ia mengatakan bahwa lembaganya tidak pernah mengeluarkan hasil survei elektabilitas pasangan calon presiden-wakil presiden 2019.
"LIPI tidak pernah mengeluarkan hasil survei yang menyatakan elektabilitas Jokowi - Maruf 40,30 persen, Prabowo - Sandi 45, 45 persen, dan tidak tahu/tidak jawab 14,25 persen," kata Firman.
Firman mengatakan, saat menjadi pembicara bersama peneliti LIPI, Aisah Putri Budiarti, survei yang menjadi rujukan adalah hasil survei Rumah Demokrasi yang disampaikan Ramdansyah, dalam acara diskusi bertajuk Migrasi Suara Pilpres 2019: Hasil Survei versus Realitas.
"LIPI tidak terlibat sama sekali di dalam proses dan penyampaian hasil survei tersebut," ujarnya.
(pur)