Elektabilitas Perindo Meningkat, Berpotensi Tembus 5,5%

Selasa, 26 Maret 2019 - 08:14 WIB
Elektabilitas Perindo Meningkat, Berpotensi Tembus 5,5%
Elektabilitas Perindo Meningkat, Berpotensi Tembus 5,5%
A A A
JAKARTA - Elektabilitas Partai Perindo terus menunjukkan tren positif. Hasil survei terbaru yang dirilis Jaringan Suara Indonesia (JSI), elektabilitas Perindo mencapai 4,7%. Angka tersebut masih berpotensi naik karena publik yang menyatakan sangat suka sebesar 5,5%, sementara yang cukup suka 68,2%.

Elektabilitas Perindo mengalami lonjakan signifikan dibandingkan hasil survei sebelumnya pada Oktober 2018 yang hanya 3,2%. Dengan elektabilitas 4,7%, peluang Perindo untuk lolos ambang batas parliamentary threshold(PT) 4% dinilai sangat terbuka.

Direktur Eksekutif JSI Fajar S Tamin mengungkapkan, perubahan elektabilitas suara itu salah satunya dipengaruhi dari tertariknya masyarakat terhadap program-program yang disajikan Partai Perindo. Mereka meyakini parpol tersebut dapat membawa perubahan untuk Indonesia. "Kita lihat program-programnya cukup menarik publik sehingga kemudian elektabilitas Perindo pun agak terangkat," tuturnya.

Fajar menilai, Partai Perindo dapat mengungguli partai lainnya karena program kerja yang ditawarkan cukup menarik publik. Sesuai dengan visinya yakni mewujudkan Indonesia yang berkemajuan, bersatu, adil, makmur, sejahtera, berdaulat, bermartabat, dan berbudaya. “Perindo urutan ketiga, kebetulan PDIP asosiasinya ada di sini dengan (capres) begitu juga dengan Gerindra, tapi Perindo ini memang karena program-program yang dikeluarkannya," jelas Fajar.

Ada sejumlah alasan yang membuat publik memiliki ketertarikan kepada Perindo. Pertama, orang sudah mengenal Perindo dari media. Selain itu, sejumlah program prorakyat yang ditawarkan Perindo juga banyak disukai publik. Dia mencontohkan program Gerobak Perindo untuk para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dilakukan secara masif di seluruh Indonesia.

Juga program pengasapan (fogging) untuk pembasmian jentik nyamuk di seluruh Nusantara, serta bazar sembako murah di berbagai daerah. "Itu banyak diketahui publik," ungkapnya. Program-program tersebut selaras dengan keinginan publik yang memberikan perhatian pada tiga isu penting yang sangat diharapkan masyarakat untuk diselesaikan.

Pertama, yakni stabilisasi harga kebutuhan bahan-bahan pokok, pengangguran, dan isu kemiskinan. "Program-program Perindo mengarah ke sana. Itu yang membuat publik tertarik," ucapnya. Dengan berbagai program yang ditawarkan, ditambah dengan kekuatan udara yakni jaringan media MNC Group baik media cetak, elektronik (radio dan televisi), maupun sejumlah media online yang dimiliki, akan sangat berperan dalam mendongkrak elektabilitas partai besutan HT ini.

Selain karena program yang ditawarkan, pengaruh HT sebagai ketua umum Perindo juga menjadi daya tarik publik. JSI juga melakukan survei terkait elektabilitas partai politik peserta Pemilu 2019. Survei JSI menempatkan PDIP 25,4% di urutan pertama, diikuti Gerindra 14,3%, Golkar 8,8%, PKB 7,2%, dan Demokrat 6,1%. Sementara partai menengah diisi PKS 5,4%, Perindo 4,7%, NasDem 3,1%, PPP 3,1%, dan PAN 2,7%. Di papan bawah ada Hanura 0,9%, PSI 0,8%, PBB 0,4%, Berkarya 0,1%, Garuda 0,0%, dan PKPI 0,0%.

"Swing voterberpotensi berlabuh ke parpol yang sangat disuka. 17% yang belum menentukan pilihan biasanya menyebar di parpol menengah dan papan atas biasanya stuck," tuturnya. Dia mengatakan, potensi limpahan suara swing voter kemungkinan besar akan berlabuh ke parpol menengah. Berdasarkan kajian pemilu sebelumnya, limpahan suara swing voter kebanyakan berlabuh ke parpol papan menengah.

"Kalau untuk papan atas, biasanya sudah jauh-jauh hari memutuskan," urainya. Menariknya, untuk pemilihan legislatif, ternyata publik yang belum menentukan pilihan calon legislatif (caleg) masih cukup tinggi, yakni 68,7% sementara yang sudah menentukan pilihan hanya 3,1%.

Sementara dalam pemilihan presiden (pilpres), elektabilitas pasangan calon (paslon) 01, Joko Widodo (Jokowi)- Ma'ruf Amin mencapai 55,6%. Angka tersebut naik dibandingkan hasil survei sebelumnya pada Oktober 2018 sebesar 54,8%. Sedangkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 26,1%, turun dari survei sebelumnya sebesar 30,8%. Dan, yang tidak menjawab/rahasia sebesar 10,6% serta yang belum memutuskan (undecided voters) sebesar 7,8%.

Di tingkat strong voter, Jokowi-Ma'ruf mencapai 51,3% dan Prabowo-Sandi 24,0%. Publik yang kemungkinan mengubah pilihan sebesar 6,3%, tidak menjawab 10,6%, dan belum memutuskan 7,8%. "Ada sedikit kenaikan di paslon 01, sementara Prabowo relatif stuck. Tingkat strong voterJokowi-Ma'ruf di atas 50%. Cukup solid. Jadi paslon 02 harus kerja keras untuk bisa menang. Bukan tidak mungkin menang, tapi strong votermemang sudah cukup tinggi di atas 50%," ungkapnya.

Hasil survei juga menyebutkan popularitas ketua umum (ketum) parpol. Di posisi teratas terdapat nama Ketum Gerindra Prabowo Subianto, disusul Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketum Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT), dan seterusnya.

Fajar mengatakan, kampanye terbuka yang dimulai pada Minggu (24/3) kemungkinan tidak akan banyak mengubah peta suara, kecuali jika ada strategi-strategi khusus. "Pengaruhnya ada, tapi tidak signifikan kalau cuma kampanye yang sifatnya kumpul di lapangan, kecuali ada sentuhan-sentuhan yang bisa mengubah," tuturnya.

Dia mengungkapkan, hal terpenting yang harus dilakukan tim pemenangan adalah bagaimana bisa memobilisasi massa pendukungnya untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Menurut dia, banyak kasus di pemilihan kepala daerah (pilkada) di mana seorang calon dari survei-survei sebelumnya unggul, namun dalam pelaksanaannya kalah.

Fajar mencontohkan Pilgub 2008 Jawa Barat, di mana Agum Gumelar saat itu dari berbagai survei selalu unggul, namun pada hari H kalah dengan Ahmad Heryawan. "Kecanggihan tim dalam memobilisasi massa pendukungnya ke TPS ini sangat penting," tuturnya.

Sekjen Partai Perindo Ahmad Rofiq mengatakan, hasil survei yang menempatkan Perindo berada di angka 4,7% merupakan bagian dari modal elektabilitas. Angka yang didapatkan tersebut akan digandakan dengan aktivitas-aktivitas politik yang sangat gencar dilakukan Partai Perindo.

"Kita juga ada kampanye terbuka, bagaimana kita mengajak komponen masyarakat untuk bergabung dengan Partai Perindo karena kita punya kelebihan banyak hal. Soal program dan juga visi partai yang memang sepenuhnya diperuntukkan bagi masyarakat kecil. Dan, ada komitmen untuk membangun bangsa ini dari bawah yang itu tidak dimiliki oleh yang lain. Itu yang ditunjukkan oleh Perindo," urainya.

Rofiq mencontohkan kegiatan foggingserentak yang dilakukan Perindo, selain sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat, juga sebagai media kampanye yang langsung menyentuh ke bawah. Langkah ini dinilai sangat efektif karena para pengurus partai dan juga caleg bisa langsung bersentuhan dan berdialog dengan masyarakat bawah. "Jadi kami beri fogging, tapi beri kami kesempatan untuk menyampaikan visi misi parpol. Itu yang menjadi modal buat masyarakat untuk lebih mengenal Partai Perindo," tuturnya.

Jokowi Kuasai Jawa, Prabowo Kuat di Sumatera


Charta Politika mengeluarkan hasil survei terbaru terkait Pilpres 2019 berdasarkan pemetaan kekuatan pasangan capres-cawapres. Hasilnya, Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin unggul di tujuh dari sembilan wilayah yang menjadi sampel. "Dari segi wilayah, Jokowi -Ma'ruf Amin unggul di hampir semua wilayah, kecuali di Sumatera, di mana Prabowo Subianto-Sandiaga Uno unggul," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya di Jakarta kemarin.

Survei ini dilaksanakan pada 1-9 Maret 2019 dengan wawancara tatap muka terhadap 2.000 responden di 34 provinsi. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan margin of error 2,19%, dan tingkat kepercayaan 95%. Dalam survei itu, Prabowo-Sandi memperoleh suara 48,3% di Sumatera, sedangkan Jokowi-Ma'ruf meraih 43,3%.

Yunarto menyebut kekuatan terbesar Prabowo di Sumatera ada di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. "Daerah tempur ada di Sumut, Jambi, Bengkulu, dan Babel," ujarnya. Terkait kekuatan di Jawa, Jokowi masih kuat di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Perolehan suara Jokowi-Ma'ruf di wilayah itu mencapai 68%.

Soal elektabilitas, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin masih unggul dari Prabowo-Sandi. Selisih keduanya mencapai 18.2%. "Pada pengujian tingkat elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin dipilih 53,6% mengungguli Prabowo-Sandi 35,4%," ungkapnya. Meski demikian, Yunarto mengakui, jika berdasarkan hasil survei lembaganya pada Januari lalu, dua pasangan calon mengalami kenaikan elektabilitas.

"Kalau dilihat dari hasil sebelumnya, tren elektabilitas kedua capres-cawapres mengalami peningkatan elektabilitas," terangnya.
Survei Charta juga menyajikan hasil ekstrapolasi elektabilitas terhadap dua paslon. Dari hasil tersebut, paslon nomor urut 01 tetap unggul dari pesaingnya 02. "Ketika dilakukan ekstrapolasi, Jokowi-Ma’ruf menggagalkan perolahan suara 60,2%. Sementara Prabowo-Sandi 39,8%," ucap Yunarto.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6332 seconds (0.1#10.140)