Pilpres 2019, Sejumlah Tokoh Aceh Siap Menangkan Prabowo-Sandi
A
A
A
JAKARTA - Mendekati hari pemungutan suara, aksi dukungan kepada calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) terus bermunculan.
Salah satunya dukungan dari sejumlah tokoh Aceh yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Aceh Serantau (Gemas) kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
Beberapa tokoh Aceh di antaranya Nazaruddin Sjamsuddin (akademisi dan mantan Ketua KPU), Tengku Ansufri Idrus Sambo (Ustaz Sambo), Hilmi Bakar (pakar ekonomi dan pakar Islam kontemporer), Mayjen Purn TNI Soenarko (mantan Danjen Kopassus), dan akademisi Djafar.
“Satu juta warga Aceh yang berada di Jabodetabek siap untuk memenangkan pasangan Prabowo-Sandi pada Pilpres Rabu 17 April 2019. Di luar negeri, di Malaysia, New York, Timur Tengah dan negara lain, kami siap galang untuk memenangkan Prabowo-Sandi,” tutur Ketua Gemas, Tengku Sanusi Maulana, Selasa (19/3/2019).
Jika masyarakat Aceh sudah menyatakan sikap, lanjut dia, itu artinya negara dalam keadaan memprihatinkan. Perbaikan kondisi negara dalam berbagai aspek kehidupan dinilai hanya dimungkinkan jika Prabowo-Sandi memimpin Indonesia.
Gemas mengakui banyak kemajuan yang sudah dicapai selama perjalanan Indonesia dalam usia 70 tahun. Akan tetapi, belum sebanding dengan kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara dunia ketiga, seperti Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand.
Mereka menilai Indonesia seharusnya bisa lebih maju dibanding negara-negara lain. Sebab kekayaan sumber daya bumi Nusantara sangat melimpah.
Dia mengatakan, diperlukan seorang Presiden yang memiliki leadership yang visioner, berintegritas, memiliki kapasitas, komitmen kebangsaan, patriotik, berani mengambil keputusan, melindungi rakyat, bumi dan tumpah air, untuk mencapai keberhasilan pembangunan Indonesia ke depan yang lebih adil dan sejahtera.
Gemas menyampaikan pemikiran dan aspirasi sebagai dasar pemberian dukungan kepada calon presiden dan wakil presiden Prabowo-Sandi agar memberikan perhatian kepada beberapa masalah.Pertama, meletakkan nilai dasar pembangunan secara konsisten dan berkesinambungan yang menguatkan aspek spiritual dan material sebagai pengamalan Pancasila dan UUD 1945. Tidak memojokkan, mempertentangkan Islam dan Negara, serta menempatkan ulama sebagai rujukan dalam kebijakan pembangunan nasional.
Kedua, politik akomodasi dan adopsi nilai-nilai syariah islam dalam pelembagaan dan program pembangun dimaknai dari kacamata positif, berkeadilan dengan sasaran penguatan fondasi sosial, ekonomi dan budaya sebagai basis nilai integrasi nasional.
Ketiga, secara kontinyu dan konsisten, Konsensus dan pelembagaan politik UU Pemerintah Aceh dijadikan sebagai modal bangsa merawat integrasi nasional, bukan sebaliknya secara sistematik memperlemah implementasi UU Pemerintah Aceh.
Keempat, pembangunan ekonomi, kebijakan strategis yang harus ditempuh Pemerintah Prabowo-Sandi, adanya upaya serius, redistribusi aset ekonomi kepada pelaku ekonomi pribumi dan sosial menengah bawah sebagai kunci pemerataan pembangunan ekonomi penyerapan lapangan kerja serta dunia usaha, baik level nasional, maupun aceh pada khususnya.
Kelima, dalam upaya memperkuat kepemimpinan nasional dan integrasi bangsa, rekrutmen politik dan pejabat publik mempertimbangkan aspek keterwakilan dengan menempatkan putra-putra aceh terbaik, kompeten, kapabel dan berintegritas.
Keenam, dalam upaya memperkuat pertahanan negara, kedaulatan Indonesia, menanamkan disiplin nasional, semangat patriotisme agar diberlakukan wajib militer-bela negara. Bisa dimulai dari Daerah Nanggroe Aceh Darussalam sebagai daerah modal guna memperkuat kehormatan bangsa.
Salah satunya dukungan dari sejumlah tokoh Aceh yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Aceh Serantau (Gemas) kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
Beberapa tokoh Aceh di antaranya Nazaruddin Sjamsuddin (akademisi dan mantan Ketua KPU), Tengku Ansufri Idrus Sambo (Ustaz Sambo), Hilmi Bakar (pakar ekonomi dan pakar Islam kontemporer), Mayjen Purn TNI Soenarko (mantan Danjen Kopassus), dan akademisi Djafar.
“Satu juta warga Aceh yang berada di Jabodetabek siap untuk memenangkan pasangan Prabowo-Sandi pada Pilpres Rabu 17 April 2019. Di luar negeri, di Malaysia, New York, Timur Tengah dan negara lain, kami siap galang untuk memenangkan Prabowo-Sandi,” tutur Ketua Gemas, Tengku Sanusi Maulana, Selasa (19/3/2019).
Jika masyarakat Aceh sudah menyatakan sikap, lanjut dia, itu artinya negara dalam keadaan memprihatinkan. Perbaikan kondisi negara dalam berbagai aspek kehidupan dinilai hanya dimungkinkan jika Prabowo-Sandi memimpin Indonesia.
Gemas mengakui banyak kemajuan yang sudah dicapai selama perjalanan Indonesia dalam usia 70 tahun. Akan tetapi, belum sebanding dengan kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara dunia ketiga, seperti Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand.
Mereka menilai Indonesia seharusnya bisa lebih maju dibanding negara-negara lain. Sebab kekayaan sumber daya bumi Nusantara sangat melimpah.
Dia mengatakan, diperlukan seorang Presiden yang memiliki leadership yang visioner, berintegritas, memiliki kapasitas, komitmen kebangsaan, patriotik, berani mengambil keputusan, melindungi rakyat, bumi dan tumpah air, untuk mencapai keberhasilan pembangunan Indonesia ke depan yang lebih adil dan sejahtera.
Gemas menyampaikan pemikiran dan aspirasi sebagai dasar pemberian dukungan kepada calon presiden dan wakil presiden Prabowo-Sandi agar memberikan perhatian kepada beberapa masalah.Pertama, meletakkan nilai dasar pembangunan secara konsisten dan berkesinambungan yang menguatkan aspek spiritual dan material sebagai pengamalan Pancasila dan UUD 1945. Tidak memojokkan, mempertentangkan Islam dan Negara, serta menempatkan ulama sebagai rujukan dalam kebijakan pembangunan nasional.
Kedua, politik akomodasi dan adopsi nilai-nilai syariah islam dalam pelembagaan dan program pembangun dimaknai dari kacamata positif, berkeadilan dengan sasaran penguatan fondasi sosial, ekonomi dan budaya sebagai basis nilai integrasi nasional.
Ketiga, secara kontinyu dan konsisten, Konsensus dan pelembagaan politik UU Pemerintah Aceh dijadikan sebagai modal bangsa merawat integrasi nasional, bukan sebaliknya secara sistematik memperlemah implementasi UU Pemerintah Aceh.
Keempat, pembangunan ekonomi, kebijakan strategis yang harus ditempuh Pemerintah Prabowo-Sandi, adanya upaya serius, redistribusi aset ekonomi kepada pelaku ekonomi pribumi dan sosial menengah bawah sebagai kunci pemerataan pembangunan ekonomi penyerapan lapangan kerja serta dunia usaha, baik level nasional, maupun aceh pada khususnya.
Kelima, dalam upaya memperkuat kepemimpinan nasional dan integrasi bangsa, rekrutmen politik dan pejabat publik mempertimbangkan aspek keterwakilan dengan menempatkan putra-putra aceh terbaik, kompeten, kapabel dan berintegritas.
Keenam, dalam upaya memperkuat pertahanan negara, kedaulatan Indonesia, menanamkan disiplin nasional, semangat patriotisme agar diberlakukan wajib militer-bela negara. Bisa dimulai dari Daerah Nanggroe Aceh Darussalam sebagai daerah modal guna memperkuat kehormatan bangsa.
(dam)