Buku Berisi Ketangguhan Militer Indonesia Diluncurkan
A
A
A
JAKARTA - Sebuah buku berisi pemikiran dari akademisi nasional, Connie Rahakundini Bakrie tentang ketangguhan militer Indonesia berjudul 'Aku adalah Peluru' diluncurkan di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat.
Mahabbah bisa dipahami sebagai bentuk kecintaan yang paling dalam. Oleh karena itu buku ini bisa diresapi sebagai bentuk kecintaan terhadap peradaban Maritim Indonesia. Yang secara khusus merupakan buah pemikiran dari Connie Rahakundini Bakrie.
Buku setebal 181 halaman ini ditulis oleh Bara Pattyradja. Bara mengatakan, 'Aku adalah Peluru' bukan sekadar memoar atau biografi dari Connie tapi merupakan sebuah ikhtiar literer untuk melihat kembali perjalanan seorang perempuan tokoh intelektual Indonesia.
"Bukan semata latar kehidupan personalnya, tapi juga pemikirannya yang cerdas tentang sejarah militer Indonesia, khususnya maritim," kata Bara saat peluncuran, Jumat 22 Februari 2019.
Sosok Connie yang lekat dengan dunia militer atau pertahanan keamanan menurut Bara tidak bisa dilepaskan dari buku tersebut. Sehingga pemikirannya mengenai sektor militer dan pertahanan keamanan sangat kentara mewarnai Aku adalah Peluru.
Ada juga kisah personalnya dalam menggeluti sektor geopolitik, militer, dan pertahanan keamanan. Dalam buku 'Aku adalah Peluru', pembaca bisa juga menemukan sosok Ratu Kalinyamat yang dominasinya melampaui status dan penempatan perempuan di Indonesia pada masa lampau.
Ratu Kalinyamat adalah figur historis Nusantara yang memengaruhi tekad dan imaji dari Connie. Perempuan Tegar Pahlawan Laut itu telah memberi Connie banyak inspirasi.
"Buku ini memang ditulis dengan tangan saya, tetapi ia sesungguhnya lahir dari rahim dan pemikiran sang empunya kisah, Connie Rahakundini Bakrie," jelas Bara.
Sementara itu, Connie mengatakan terlibatnya Bara dalam penulisan 'Aku adalah Peluru' bertujuan agar pemikiran mengenai kebangsaan, sejarah, militer, pertahanan dan keamanan bisa tersampaikan dengan lebih ringan dan mudah dipahami utamanya generasi milenial.
"Tangan seorang sastrawan yang bisa menangkap dan menyampaikan tutur ringan tentang perihal berat seperti itu," kata Connie.
Lewat buku ini, ia juga mengajak agar pembaca dan masyarakat pada umumnya untuk meresapi nasionalisme dan semakin percaya diri untuk tampil dalam pergaulan di dunia internasional.
"Sejarah serta semangat kedigdayaan bangsa ini harus dibangkitkan dan bangunkan," pungkas Connie.
Mahabbah bisa dipahami sebagai bentuk kecintaan yang paling dalam. Oleh karena itu buku ini bisa diresapi sebagai bentuk kecintaan terhadap peradaban Maritim Indonesia. Yang secara khusus merupakan buah pemikiran dari Connie Rahakundini Bakrie.
Buku setebal 181 halaman ini ditulis oleh Bara Pattyradja. Bara mengatakan, 'Aku adalah Peluru' bukan sekadar memoar atau biografi dari Connie tapi merupakan sebuah ikhtiar literer untuk melihat kembali perjalanan seorang perempuan tokoh intelektual Indonesia.
"Bukan semata latar kehidupan personalnya, tapi juga pemikirannya yang cerdas tentang sejarah militer Indonesia, khususnya maritim," kata Bara saat peluncuran, Jumat 22 Februari 2019.
Sosok Connie yang lekat dengan dunia militer atau pertahanan keamanan menurut Bara tidak bisa dilepaskan dari buku tersebut. Sehingga pemikirannya mengenai sektor militer dan pertahanan keamanan sangat kentara mewarnai Aku adalah Peluru.
Ada juga kisah personalnya dalam menggeluti sektor geopolitik, militer, dan pertahanan keamanan. Dalam buku 'Aku adalah Peluru', pembaca bisa juga menemukan sosok Ratu Kalinyamat yang dominasinya melampaui status dan penempatan perempuan di Indonesia pada masa lampau.
Ratu Kalinyamat adalah figur historis Nusantara yang memengaruhi tekad dan imaji dari Connie. Perempuan Tegar Pahlawan Laut itu telah memberi Connie banyak inspirasi.
"Buku ini memang ditulis dengan tangan saya, tetapi ia sesungguhnya lahir dari rahim dan pemikiran sang empunya kisah, Connie Rahakundini Bakrie," jelas Bara.
Sementara itu, Connie mengatakan terlibatnya Bara dalam penulisan 'Aku adalah Peluru' bertujuan agar pemikiran mengenai kebangsaan, sejarah, militer, pertahanan dan keamanan bisa tersampaikan dengan lebih ringan dan mudah dipahami utamanya generasi milenial.
"Tangan seorang sastrawan yang bisa menangkap dan menyampaikan tutur ringan tentang perihal berat seperti itu," kata Connie.
Lewat buku ini, ia juga mengajak agar pembaca dan masyarakat pada umumnya untuk meresapi nasionalisme dan semakin percaya diri untuk tampil dalam pergaulan di dunia internasional.
"Sejarah serta semangat kedigdayaan bangsa ini harus dibangkitkan dan bangunkan," pungkas Connie.
(kri)