RSUI Diharapkan Mampu Tekan Angka Kematian
A
A
A
DEPOK - Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) di Depok, Jawa Barat, diresmikan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir kemarin.
Dibangun di atas lahan seluas 106.100 meter persegi, rumah sakit yang memiliki 14 lantai ini memiliki kapasitas bed 300 unit. RSUI yang juga digunakan untuk kepentingan pendidikan ini setiap lantainya memiliki kompartemen tahan api dan bebas asap sebagai area aman tempat berkumpul yang bertujuan memudahkan evakuasi pada musibah kebakaran.
Menristek Dikti berharap dengan adanya rumah sakit ini, anak-anak Indonesia yang menempuh pendidikan sebagai dokter dapat melakukan proses pembelajaran yang baik untuk menjadi dokter yang profesional. Menurutnya fasilitas yang tersedia antara rumah sakit pendidikan yang satu dengan rumah sakit yang lain pun sangat variatif.
Di RSUI terdapat fasilitas yang jauh lebih besar daripada rumah sakit pendidikan lainnya. “Kalau saya lihat dari fasilitasnya, informasinya sudah terintegrasi sistem manajemen informasi yang sudah baik (hospital system),” katanya.
Menurut Nasir, yang juga menjadi kelebihan di RSUI adalah ruang rawat ibu dan anak sudah sangat maju dan memiliki ruang perawatan sendiri. “Ini dilakukan agar tidak terkontaminasi dengan penyakit lain agar mereka (ibu atau anak) tidak bersinggungan dengan pasien lain sehingga rentan terkontaminasi virus lain,” tandasnya.
Mengenai pelayanan BPJS, Nasir menegaskan bahwa hal itu harus menjadi bagian dari pelayanan sehingga warga yang ingin berobat ke RSUI menggunakan BPJS dapat terlayani. Namun untuk sementara ini masih ada beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti. “Saya terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan agar RSUI ini nantinya dapat melayani pasien BPJS,” ucapnya.
Direktur Utama RSUI Julianto Witjaksono menambahkan, RSUI merupakan salah satu rumah sakit dengan teknologi fasilitas dan alat terlengkap di Depok. Karena itu adanya RSUI ini diharapkan mampu menekan angka kematian di Kota Depok. “Harapan kami tentu bisa membantu warga sekitar serta bisa mengurangi angka kematian di Depok,” ucapnya.
Konsep dari RS ini adalah sebagai fasilitas pelayanan kesehatan satu atap (one stop health services). Mulai dari pelayanan primer, sekunder hingga pelayanan unggulan. RS pendidikan ini dibangun untuk mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. RSUI dilengkapi dengan ruang observasi bagi mahasiswa tanpa harus mengganggu kenyamanan pasien.
“Gedung ini akan dilengkapi infrastruktur teknologi yang mendukung mahasiswa memantau tindakan medis yang secara live di ruang kelas (atas izin pasien). Bangunan utama ber diri di atas bantalan antigempa sehingga mampu menahan guncangan hingga 9 Skala Richter,” kata Rektor UI Muhammad Anis saat mendampingi Menristek Dikti.
Anis memaparkan, RSUI telah membuka pelayanan untuk umum sejak 22 Januari 2019. Berdirinya RSUI ini diharapkan tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat, tetapi juga dapat menjadi sarana untuk mewujudkan pendidikan interprofesional bagi calon dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan secara terintegrasi. (R Ratna Purnama)
Dibangun di atas lahan seluas 106.100 meter persegi, rumah sakit yang memiliki 14 lantai ini memiliki kapasitas bed 300 unit. RSUI yang juga digunakan untuk kepentingan pendidikan ini setiap lantainya memiliki kompartemen tahan api dan bebas asap sebagai area aman tempat berkumpul yang bertujuan memudahkan evakuasi pada musibah kebakaran.
Menristek Dikti berharap dengan adanya rumah sakit ini, anak-anak Indonesia yang menempuh pendidikan sebagai dokter dapat melakukan proses pembelajaran yang baik untuk menjadi dokter yang profesional. Menurutnya fasilitas yang tersedia antara rumah sakit pendidikan yang satu dengan rumah sakit yang lain pun sangat variatif.
Di RSUI terdapat fasilitas yang jauh lebih besar daripada rumah sakit pendidikan lainnya. “Kalau saya lihat dari fasilitasnya, informasinya sudah terintegrasi sistem manajemen informasi yang sudah baik (hospital system),” katanya.
Menurut Nasir, yang juga menjadi kelebihan di RSUI adalah ruang rawat ibu dan anak sudah sangat maju dan memiliki ruang perawatan sendiri. “Ini dilakukan agar tidak terkontaminasi dengan penyakit lain agar mereka (ibu atau anak) tidak bersinggungan dengan pasien lain sehingga rentan terkontaminasi virus lain,” tandasnya.
Mengenai pelayanan BPJS, Nasir menegaskan bahwa hal itu harus menjadi bagian dari pelayanan sehingga warga yang ingin berobat ke RSUI menggunakan BPJS dapat terlayani. Namun untuk sementara ini masih ada beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti. “Saya terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan agar RSUI ini nantinya dapat melayani pasien BPJS,” ucapnya.
Direktur Utama RSUI Julianto Witjaksono menambahkan, RSUI merupakan salah satu rumah sakit dengan teknologi fasilitas dan alat terlengkap di Depok. Karena itu adanya RSUI ini diharapkan mampu menekan angka kematian di Kota Depok. “Harapan kami tentu bisa membantu warga sekitar serta bisa mengurangi angka kematian di Depok,” ucapnya.
Konsep dari RS ini adalah sebagai fasilitas pelayanan kesehatan satu atap (one stop health services). Mulai dari pelayanan primer, sekunder hingga pelayanan unggulan. RS pendidikan ini dibangun untuk mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. RSUI dilengkapi dengan ruang observasi bagi mahasiswa tanpa harus mengganggu kenyamanan pasien.
“Gedung ini akan dilengkapi infrastruktur teknologi yang mendukung mahasiswa memantau tindakan medis yang secara live di ruang kelas (atas izin pasien). Bangunan utama ber diri di atas bantalan antigempa sehingga mampu menahan guncangan hingga 9 Skala Richter,” kata Rektor UI Muhammad Anis saat mendampingi Menristek Dikti.
Anis memaparkan, RSUI telah membuka pelayanan untuk umum sejak 22 Januari 2019. Berdirinya RSUI ini diharapkan tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat, tetapi juga dapat menjadi sarana untuk mewujudkan pendidikan interprofesional bagi calon dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan secara terintegrasi. (R Ratna Purnama)
(nfl)