Holland Scholarship Day Sedot Perhatian Seribuan Pengunjung
A
A
A
JAKARTA - Erasmus Huis, Kedutaan Besar (Kedubes) Belanda, menggelar Holland Scholarship Day (HSD) 2019. Perhelatan tahunan ke 6 tersebut yang diselenggarakan Nuffic Neso Indonesia, Sabtu (19/1/2019), juga menandai 20 tahun perjalanan program beasiswa StuNed dari Pemerintah Kerajaan Belanda untuk Republik Indonesia.
Acara yang menyediakan informasi dan konsultasi langsung tentang berbagai opsi beasiswa studi ke Belanda itu menyedot perhatian lebih dari 1.000 pengunjung. Direktur Nuffic Neso Indonesia Peter van Tuijl, dan Kepala Bagian Politik Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia Roel van der Veen, menyambut langsung pencari beasiswa di Belanda.
Peter van Tuijl mengatakan, Belanda memiliki nilai lebih sebagai negara tujuan studi bagi pelajar Indonesia, dikarenakan faktor sejarah, budaya, dan juga hubungan bilateral yang erat dan komprehensif. Hal ini memberikan suatu zona nyaman bagi pelajar-pelajar Indonesia.
Jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda pada tahun 2017 tercatat jumlahnya 2.500 orang. Dari jumlah itu sebanyak 1.500 orang mengambil MA dan MBA, sisanya mengambil pendidikan short course.
“Growth-nya naik 3-5%, lebih banyak dibandingkan dengan negara ASEAN, sesuai dengan negara Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN. Adapun mahasiswa asal Thailand ada 300 orang, Vietnam 800 orang, Filipina juga cukup tinggi. Sedangkan Laos dan Kamboja masih rendah,” kata Peter.
Menurut Peter, selain mahasiswa yang mendapat beasiswa, ternyata mahasiwa Indonesia yang sekolah dengan membayar sendiri biaya pendidikannya di Belanda jumlahnya pun meningkat.
Kepala Bagian Politik Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia Roel van der Veen menambahkan, hubungan erat antara Belanda-Indonesia di bidang pendidikan sudah dirintis sejak zaman pra kemerdekaan. Di mana para pemimpin nasional mengenyam pendidikan di Belanda, seperti proklamator Muhammad Hatta dan Ki Hajar Dewantara.
Bahkan tokoh-tokoh penting pemerintah, seperti Menlu Retno Marsudi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, tercatat sebagai alumni Belanda.
“Kami menitikberatkan pentingnya studi ke luar bukan hanya untuk mencari ilmu, namun yang lebih penting lagi adalah membuka wawasan dan mengubah pola pikir,” kata Roel.
Sementara itu, Koordinator Tim Beasiswa Nuffic Neso Indonesia Indy Hardono mengatakan, mahasiswa Indonesia yang kuliah di Belanda, bila sudah selesai (lulus) maka bisa kerja di Belanda.
“Belanda kasih kemudahan untuk bisa cari kerja selama 1 tahun di Belanda. Para orang tua jangan takut anaknya tidak kembali ke tanah air. Sebab biasanya paling maksimal mereka kerja 3-4 tahun lalu kembali. Sehingga ketika lulusan Belanda kembali ke Indonesia maka posisi tawar employeenya jadi sangat kuat,” kata Indy.
Ada skema beasiswa yang pendanaannya bersumber langsung dari pemerintah Belanda, seperti StuNed, Orange Tulip Scholarship (OTS), Holland Scholarship, dan juga Orange Knowledge Programme (OKP).
Dari Indonesia juga tidak kalah banyak, ada LPDP, program BUDI dari Kemenristekdikti, termasuk juga program 5.000 doktor dari Kemenag, dan juga beasiswa dari institusi serta organisasi lainnya.
Selain membantu mahasiswa Indonesia yang ingin belajar ke Belanda, Nuffic Neso Indonesia juga memfasilitasi anak Belanda untuk ke Indonesia. Kemauan dari anak muda Belanda ke Indonesia sangat tinggi karena Citra Indonesia di Belanda sangat positif.
Saat ini ada 200 mahasiswa Indonesia yang magang di Belanda dan di sisi lain mahasiswa Belanda magang di perusahaan di Indonesia.
Acara yang menyediakan informasi dan konsultasi langsung tentang berbagai opsi beasiswa studi ke Belanda itu menyedot perhatian lebih dari 1.000 pengunjung. Direktur Nuffic Neso Indonesia Peter van Tuijl, dan Kepala Bagian Politik Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia Roel van der Veen, menyambut langsung pencari beasiswa di Belanda.
Peter van Tuijl mengatakan, Belanda memiliki nilai lebih sebagai negara tujuan studi bagi pelajar Indonesia, dikarenakan faktor sejarah, budaya, dan juga hubungan bilateral yang erat dan komprehensif. Hal ini memberikan suatu zona nyaman bagi pelajar-pelajar Indonesia.
Jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda pada tahun 2017 tercatat jumlahnya 2.500 orang. Dari jumlah itu sebanyak 1.500 orang mengambil MA dan MBA, sisanya mengambil pendidikan short course.
“Growth-nya naik 3-5%, lebih banyak dibandingkan dengan negara ASEAN, sesuai dengan negara Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN. Adapun mahasiswa asal Thailand ada 300 orang, Vietnam 800 orang, Filipina juga cukup tinggi. Sedangkan Laos dan Kamboja masih rendah,” kata Peter.
Menurut Peter, selain mahasiswa yang mendapat beasiswa, ternyata mahasiwa Indonesia yang sekolah dengan membayar sendiri biaya pendidikannya di Belanda jumlahnya pun meningkat.
Kepala Bagian Politik Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia Roel van der Veen menambahkan, hubungan erat antara Belanda-Indonesia di bidang pendidikan sudah dirintis sejak zaman pra kemerdekaan. Di mana para pemimpin nasional mengenyam pendidikan di Belanda, seperti proklamator Muhammad Hatta dan Ki Hajar Dewantara.
Bahkan tokoh-tokoh penting pemerintah, seperti Menlu Retno Marsudi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, tercatat sebagai alumni Belanda.
“Kami menitikberatkan pentingnya studi ke luar bukan hanya untuk mencari ilmu, namun yang lebih penting lagi adalah membuka wawasan dan mengubah pola pikir,” kata Roel.
Sementara itu, Koordinator Tim Beasiswa Nuffic Neso Indonesia Indy Hardono mengatakan, mahasiswa Indonesia yang kuliah di Belanda, bila sudah selesai (lulus) maka bisa kerja di Belanda.
“Belanda kasih kemudahan untuk bisa cari kerja selama 1 tahun di Belanda. Para orang tua jangan takut anaknya tidak kembali ke tanah air. Sebab biasanya paling maksimal mereka kerja 3-4 tahun lalu kembali. Sehingga ketika lulusan Belanda kembali ke Indonesia maka posisi tawar employeenya jadi sangat kuat,” kata Indy.
Ada skema beasiswa yang pendanaannya bersumber langsung dari pemerintah Belanda, seperti StuNed, Orange Tulip Scholarship (OTS), Holland Scholarship, dan juga Orange Knowledge Programme (OKP).
Dari Indonesia juga tidak kalah banyak, ada LPDP, program BUDI dari Kemenristekdikti, termasuk juga program 5.000 doktor dari Kemenag, dan juga beasiswa dari institusi serta organisasi lainnya.
Selain membantu mahasiswa Indonesia yang ingin belajar ke Belanda, Nuffic Neso Indonesia juga memfasilitasi anak Belanda untuk ke Indonesia. Kemauan dari anak muda Belanda ke Indonesia sangat tinggi karena Citra Indonesia di Belanda sangat positif.
Saat ini ada 200 mahasiswa Indonesia yang magang di Belanda dan di sisi lain mahasiswa Belanda magang di perusahaan di Indonesia.
(thm)