Tekan Angka Kecelakaan Lalu Lintas, Milenial Perlu Diedukasi
A
A
A
JAKARTA - Kondisi lalu lintas yang ada di Tanah Air turut mempengaruhi pertumbuhan pasar otomotif di Tanah Air. Dengan infrastruktur yang mulai tertata membuat aktivitas berlalu lintas kian meningkat.
Kendati demikian, kesadaran berperilaku positif dalam berlalu lintas tidak serta merta mengikutinya. Hingga saat ini, masih banyak tercatat korban meninggal sia-sia akibat kecelakaan lalu lintas.
Ironisnya, 60 persen dari data 30.000 korban meninggal adalah berasal dari generasi milenial. Angka itu merupakan korban meninggal dunia, masih belum lagi yang cacat maupun luka berat. Jika tidak diantisipasi, maka catatan tersebut akan semakin besar.
Di sini, yang menjadi fokus perhatian, mengapa generasi milenial mendominasinya? Terdapat sejumlah faktor yang melatarbelakanginya, dan yang paling penting, mereka seringkali mengabaikan standar road safety, sehingga timbul masalah lalu lintas.
Beranjak dari situ, pihak kepolisian pun terus mengampanyekan program road safety. Menurut Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri, Brigjen Pol Chryshnanda Dwilaksana, tujuan dari program itu adalah terwujud dan terpeliharanya lalu lintas yang aman selamat tertib dan lancar.
"Selain itu juga meningkatkan kualitas keselamatan dan menurunnya tingkat fatalitas korban kecelakaan. Ini semua akan membangun budaya tertib berlalu lintas yang didukung adanya pelayanan di bidang lalu lintas yang prima," paparnya dalam keterangan tertulis, Kamis (17/1/2019).
Lebih lanjut, Chryshnanda mengutarakan, permasalahan lalu lintas baik kemacetan hingga kecelakaan social cost-nya amat mahal bahkan sampai kehilangan nyawa manusia. Semua itu kontra produktif. Tatkala berbicara produktivitas generasi yang banyak melakukan pergerakan ini ialah kaum milenial.
"Generasi milenial bisa dikatakan generasi hidup di balik layar gadget. Itu semua berdampak pada perilaku berlalu lintas. Masalah-masalah lalu lintas sebagian besar disebabkan adanya pelanggaran," ungkap Chryshnanda.
Ketika perilaku melanggar lalu lintas ini sudah menjadi kebiasaan, maka melanggar dianggap hal biasa. Sikap permisif terhadap pelanggaran inilah yang membuat orang makin masa bodoh terhadap masalah lalu lintas.
Bagaimana jika generasi milenial masa bodoh terhadap masalah lalu lintas? Maka korban dan berbagai hal yang kontra produktif akan terjadi bahkan dapat menghambat merusak bahkan mematikan produktivitas diri kita maupun orang lain.
Memberikan kesadaran terhadap mereka merupakan gerakan moral. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk membangun kesadaran road safety terhadap generasi milenial, dan tahapannya bisa dilakukan dalam empat langkah.
Pertama, tahap tahu, yang di sini diperlukan adanya sosialiasi edukasi contoh atau berbagai produk tentang road safety yang digelorakan secara masif di semua lini.
Kemudian, tahap memahami, yakni pada tataran mengetahui perlu dikemas dan dikembangkan melalui edukasi, training bahkan coaching, yang nantinya akan menghasilkan master trainer atau setidaknya para trainer atau setidaknya pernah ikut pelatihan.
Yang ketiga, tahap memanfaatkan, di sini bisa memanfaatkan apa yang telah dilakukan pada tahap pertama dan kedua. Dipraktikkan dalam berlalu lintas yang berani dan mampu menjadi pelopor tertib berlalu lintas. Dan terakhir, tahap mengembangkan.
Kendati demikian, kesadaran berperilaku positif dalam berlalu lintas tidak serta merta mengikutinya. Hingga saat ini, masih banyak tercatat korban meninggal sia-sia akibat kecelakaan lalu lintas.
Ironisnya, 60 persen dari data 30.000 korban meninggal adalah berasal dari generasi milenial. Angka itu merupakan korban meninggal dunia, masih belum lagi yang cacat maupun luka berat. Jika tidak diantisipasi, maka catatan tersebut akan semakin besar.
Di sini, yang menjadi fokus perhatian, mengapa generasi milenial mendominasinya? Terdapat sejumlah faktor yang melatarbelakanginya, dan yang paling penting, mereka seringkali mengabaikan standar road safety, sehingga timbul masalah lalu lintas.
Beranjak dari situ, pihak kepolisian pun terus mengampanyekan program road safety. Menurut Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri, Brigjen Pol Chryshnanda Dwilaksana, tujuan dari program itu adalah terwujud dan terpeliharanya lalu lintas yang aman selamat tertib dan lancar.
"Selain itu juga meningkatkan kualitas keselamatan dan menurunnya tingkat fatalitas korban kecelakaan. Ini semua akan membangun budaya tertib berlalu lintas yang didukung adanya pelayanan di bidang lalu lintas yang prima," paparnya dalam keterangan tertulis, Kamis (17/1/2019).
Lebih lanjut, Chryshnanda mengutarakan, permasalahan lalu lintas baik kemacetan hingga kecelakaan social cost-nya amat mahal bahkan sampai kehilangan nyawa manusia. Semua itu kontra produktif. Tatkala berbicara produktivitas generasi yang banyak melakukan pergerakan ini ialah kaum milenial.
"Generasi milenial bisa dikatakan generasi hidup di balik layar gadget. Itu semua berdampak pada perilaku berlalu lintas. Masalah-masalah lalu lintas sebagian besar disebabkan adanya pelanggaran," ungkap Chryshnanda.
Ketika perilaku melanggar lalu lintas ini sudah menjadi kebiasaan, maka melanggar dianggap hal biasa. Sikap permisif terhadap pelanggaran inilah yang membuat orang makin masa bodoh terhadap masalah lalu lintas.
Bagaimana jika generasi milenial masa bodoh terhadap masalah lalu lintas? Maka korban dan berbagai hal yang kontra produktif akan terjadi bahkan dapat menghambat merusak bahkan mematikan produktivitas diri kita maupun orang lain.
Memberikan kesadaran terhadap mereka merupakan gerakan moral. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk membangun kesadaran road safety terhadap generasi milenial, dan tahapannya bisa dilakukan dalam empat langkah.
Pertama, tahap tahu, yang di sini diperlukan adanya sosialiasi edukasi contoh atau berbagai produk tentang road safety yang digelorakan secara masif di semua lini.
Kemudian, tahap memahami, yakni pada tataran mengetahui perlu dikemas dan dikembangkan melalui edukasi, training bahkan coaching, yang nantinya akan menghasilkan master trainer atau setidaknya para trainer atau setidaknya pernah ikut pelatihan.
Yang ketiga, tahap memanfaatkan, di sini bisa memanfaatkan apa yang telah dilakukan pada tahap pertama dan kedua. Dipraktikkan dalam berlalu lintas yang berani dan mampu menjadi pelopor tertib berlalu lintas. Dan terakhir, tahap mengembangkan.
(maf)