Masyarakat Indonesia Dinilai Minim Konsumsi Buah dan Sayur
A
A
A
BOGOR - Konsumsi masyarakat Indonesia hingga saat ini masih didominasi sereal dan umbi-umbian, yang mencapai 300 ton setiap tahunnya. Sedangkan untuk sayur-sayuran dan buah-buahan masih di bawah 100 ton.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI) Prof Slamet Susanto, yang menyadur data Balitbangkes 2016 saat mengisi Seminar Internasional "Horticulture for The Quality of Life", di Bogor, Jumat (14/12/2018).
"Kebalikan dari Indonesia, konsumsi buah masyarakat Singapura di atas 300 ton per tahun. Tentu saja kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat serta penyakit yang ditimbulkan di antaranya stroke, penyakit jantung, diabetes dan penyakit degeneratif lainnya," katanya.
Lebih lanjut Slamet menyampaikan, usia harapan hidup masyarakat Indonesia pun mencapai 70,1 tahun. Angka ini termasuk rendah jika dibandingkan negara asia lainnya, seperti Malaysia (74,9 tahun), Thailand (74,3), Singapura (82, 2) tahun dan Jepang, (87,2).
"Kondisi ini terjadi karena kita banyak mengonsumsi lebih banyak karbohidrat, minyak, sedikit mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, sehingga berdampak kurang baik bagi kesehatan. Produk hortikultura memberikan manfaat untuk kesehatan masyarakat Indonesia," ungkapnya.
Selain itu lanjut dia, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia juga masih rendah levelnya di bawah Malaysia, Thailand, dan Singapura. Maka dari itu perlunya meningkat income per kapita untuk meningkatkan daya beli masyarakat terhadap produk hortikultura.
"Untuk itu butuh strategi untuk memperbaiki produktivitas dan kualitas produk hortikultura, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, pentingnya kesadaran masyarakat dengan sinergi antar riset dan pemanfaatan hasil riset, juga pengasuhan petani di pusat-pusat hortikultura, dukungan fasilitas dan infrastruktur, pengembangan sistem dan data akurat dan informasi, serta efisiensi market system," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) Dr. Awang Maharijaya, menyampaikan pentingnya kesadaran masyarakat akan berbagai manfaat kualitas pangan untuk kehidupan lebih baik.
"Peran hortikultura penting untuk peningkatan income, membuka lapangan pekerjaan, peningkatan GDP nasional. Tidak hanya itu peran hortikultura juga sangat bermanfaat bagi lingkungan yang lebih baik dan mempercantik lingkungan perkotaan," ucapnya.
Dalam acara tersebut yang dihadiri puluhan akademisi, peneliti, hortikulturist serta pembuat kebijakan ini juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI), PKHT IPB dengan Japanese Society for Horticultural Science (JSHS).
Hal tersebut diungkapkan Ketua Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI) Prof Slamet Susanto, yang menyadur data Balitbangkes 2016 saat mengisi Seminar Internasional "Horticulture for The Quality of Life", di Bogor, Jumat (14/12/2018).
"Kebalikan dari Indonesia, konsumsi buah masyarakat Singapura di atas 300 ton per tahun. Tentu saja kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat serta penyakit yang ditimbulkan di antaranya stroke, penyakit jantung, diabetes dan penyakit degeneratif lainnya," katanya.
Lebih lanjut Slamet menyampaikan, usia harapan hidup masyarakat Indonesia pun mencapai 70,1 tahun. Angka ini termasuk rendah jika dibandingkan negara asia lainnya, seperti Malaysia (74,9 tahun), Thailand (74,3), Singapura (82, 2) tahun dan Jepang, (87,2).
"Kondisi ini terjadi karena kita banyak mengonsumsi lebih banyak karbohidrat, minyak, sedikit mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, sehingga berdampak kurang baik bagi kesehatan. Produk hortikultura memberikan manfaat untuk kesehatan masyarakat Indonesia," ungkapnya.
Selain itu lanjut dia, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia juga masih rendah levelnya di bawah Malaysia, Thailand, dan Singapura. Maka dari itu perlunya meningkat income per kapita untuk meningkatkan daya beli masyarakat terhadap produk hortikultura.
"Untuk itu butuh strategi untuk memperbaiki produktivitas dan kualitas produk hortikultura, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, pentingnya kesadaran masyarakat dengan sinergi antar riset dan pemanfaatan hasil riset, juga pengasuhan petani di pusat-pusat hortikultura, dukungan fasilitas dan infrastruktur, pengembangan sistem dan data akurat dan informasi, serta efisiensi market system," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) Dr. Awang Maharijaya, menyampaikan pentingnya kesadaran masyarakat akan berbagai manfaat kualitas pangan untuk kehidupan lebih baik.
"Peran hortikultura penting untuk peningkatan income, membuka lapangan pekerjaan, peningkatan GDP nasional. Tidak hanya itu peran hortikultura juga sangat bermanfaat bagi lingkungan yang lebih baik dan mempercantik lingkungan perkotaan," ucapnya.
Dalam acara tersebut yang dihadiri puluhan akademisi, peneliti, hortikulturist serta pembuat kebijakan ini juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI), PKHT IPB dengan Japanese Society for Horticultural Science (JSHS).
(maf)