Fahri Hamzah: Pemerintah Diharapkan Bijak dengan Masa Lalu
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyayangkan sikap pemerintah yang terkesan mengobok-obok Yayasan Supersemar. Menurutnya, hal tersebut tak perlu dilakukan, karena pada masanya yayasan besutan Presiden ke-2 RI Soeharto itu sangat berguna.
"Semua orang pernah dapat beasiswa Super Semar, jadi pemerintah harus berdamai dengan masa lalu," kata Fahri di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/11/2018).
Fahri menyebut, pemerintah jangan mengungkit mempersoalkan masa lalu seperti itu. Seharusnya manfaat itu diterima, karena yayasan tersebut memang banyak membantu, khususnya dalam memberikan beasiswa.
Tokoh seperti Mahfud MD dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasrudin Umar, pernah mendapat beasiswa dari yayasan itu. Artinya kata Fahri, pemerintah harusnya memandang positif kehadiran yayasan Super Semar.
"Jadi ya terimalah dengan proses sejarahnya, enggak perlu kemudian jadi kita keliatan enggak punya pandangan positif terhadap apa yang terjadi di masa lalu," ucap Fahri.
Menurutnya, penghormatan itu harus diberikan, terlepas dari Undang-Undang terkait yayasan yang sudah berubah. Karena dulu wadah seperti yayasan, adalah ranah privat. Berbeda dengan saat ini yang membutuhkan pertanggungjawaban, karena punya domain publik.
Fahri menegaskan, yayasan Super Semar terlalu terlalu banyak jasanya bagi Indonesia. Sehingg pemerintah jangan gelap mata dan menuding secara serampangan. Termasuk dalam mengambil alih aset yayasan tersebut.
"Iyalah, enggak bolehlah, kalau negara mau mengambil alih, bilang saja baik-baik, siapa tahu dikasih baik-baik," tandas Fahri.
"Semua orang pernah dapat beasiswa Super Semar, jadi pemerintah harus berdamai dengan masa lalu," kata Fahri di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/11/2018).
Fahri menyebut, pemerintah jangan mengungkit mempersoalkan masa lalu seperti itu. Seharusnya manfaat itu diterima, karena yayasan tersebut memang banyak membantu, khususnya dalam memberikan beasiswa.
Tokoh seperti Mahfud MD dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasrudin Umar, pernah mendapat beasiswa dari yayasan itu. Artinya kata Fahri, pemerintah harusnya memandang positif kehadiran yayasan Super Semar.
"Jadi ya terimalah dengan proses sejarahnya, enggak perlu kemudian jadi kita keliatan enggak punya pandangan positif terhadap apa yang terjadi di masa lalu," ucap Fahri.
Menurutnya, penghormatan itu harus diberikan, terlepas dari Undang-Undang terkait yayasan yang sudah berubah. Karena dulu wadah seperti yayasan, adalah ranah privat. Berbeda dengan saat ini yang membutuhkan pertanggungjawaban, karena punya domain publik.
Fahri menegaskan, yayasan Super Semar terlalu terlalu banyak jasanya bagi Indonesia. Sehingg pemerintah jangan gelap mata dan menuding secara serampangan. Termasuk dalam mengambil alih aset yayasan tersebut.
"Iyalah, enggak bolehlah, kalau negara mau mengambil alih, bilang saja baik-baik, siapa tahu dikasih baik-baik," tandas Fahri.
(maf)