IPol Indonesia Luncurkan Aplikasi untuk Pemenangan Legislatif
A
A
A
JAKARTA - Ramainya perhelatan pemilu legislatif yang kini sedang memasuki masa kampanye dinilai banyak pihak sebagai masa paling melelahkan.
Rentang waktu menuju pelaksana pemilu yang masih sekitar lima bulan lagi membuat persaingan semakin ketat dan butuh kejelian dalam pemetaan pemilih, penentuan matematika politik, sebaran wilayah basis-lawan, hingga penentuan strategi pola pemenangan yang cermat, agar lolos ke Senayan ataupun dilantik jadi dewan di provinsi maupun kabupaten/kota.
Menjawab solusi atas kebutuhan itu, iPol Indonesia melakukan soft launching dengan merilis Teknologi Politik "Teknopol" di Jakarta, Kamis (22/11/2018).
CEO Ipol Indonesia, Petrus Hariyanto menjelaskan software pemenangan pemilu yang dibuatnya menggabungkan konsep implementasi ICT berdasarkan kebutuhan dan kondisi faktual pergerakan relawan di lapangan.
"Sistem bernama Teknopol ini menggunakan system web based (ICT), komunikasi bergerak (mobile apps), disertai Big Data iPol Analitik yang mampu mengolah data matematika politik, serta teknik statistik dalam membaca dan mendesain peluang kontestasi dan pemenangan Legislatif 2019," tutur Petrus.
Fungsi utama Teknopol adalah membangun sinergi antara kekuatan politik dan kekuatan strategi pemenangan melalui pengolahan data. Dengan memanfaatkan sistem ini, peta dan kekuatan kompetitor mudah diketahui, strategi pemenangan lebih terarah, proses kampanye terukur. Teknopol juga menghadirkan pola penggalangan suara menjadi lebih akurat karena menggunaakan basis data pemilih yang sebelumnya telah di agitasi oleh relawan sehinga hasil pemilu/pilkada lebih cepat diketahui.
Lamanya kampanye membuat para caleg berlomba melakukan aktivitas untuk memikat pemilih. Ada yang sibuk pencitraan, mulai pemasangan atribut, kunjungan, hingga konsolidasi internal partai, dan menemui pemilih. Ada yang senang dengan melakukan survei hingga door to door kampanye.
"Semua aktivitas itu pasti berdampak pada implikasi waktu, tenaga dan biaya, padahal di saat bersamaan, calon pemilih disuguhkan dengan pola dan konten yg hampir sama dari semua caleg," tuturnya.
Menurut dia, strategi kampanye dan pola pemenangan yang ideal adalah mengombinasikan antara kemampuan membaca data, mengolah, menganalisa perolehan suara Pileg 2014 dan sebaran wilayahnya, lalu digabungkan dengan pembentukan tim ahli strategi dan relawan pemenangan yang menguasai jaringan dan territorial.
Kemudian pergerakan (hard campaign) dan sosialiasi atau kunjungan (soft campaign). Pola ini harus diimbangi dengan sebaran alat peraga kampanye yang proporsional dengan konten yang kreatif.
Menurut dia, di masa seperti ini para caleg akan kesulitan untuk menentukan strategi penggalangan massa dan suara. Justru yang sering terjadi, para caleg hanya membuang waktu dan energi untuk kampanye yg tidak efektif dan menghabiskan biaya.
"Untuk Kalah Pileg 2019 saja butuh biaya, apalagi untuk menang? Jika tidak konsep matang dengan kerja terencana-terukur-akurat-terkendali dan ter-update maka akan sia-sia kerja pemenangan si caleg," ujarnya
iPol Indonesia, kata dia, siap memberikan solusi cerdas memenangkan kompetisi bersama enam divisi iPol Indonesia. Mulai dari iPol Technology, iPol Riset, iPol Big Data Analytic, iPol Institute, IPol Communications, dan iPol Institute.
Dalam rangkaian rilis aplikasi Teknologi Politik (Teknopol), iPol Indonesia akan menggelar Grand Launching Teknopol dan seminar bertema Caleg Jadi Bukan Jadi Caleg yang akan digelar di Hotel Sultan, Sabtu 8 Desember 2018 pukul 08.00-15.00 WIB.
Dalam acara yang juga akan dihadiri oleh ketua umum, sekjen ataupun Bappilu partai politik peserta Pemilu 2019. Tampil sebagai Pembicara antara lain Petrus Hariyanto (CEO iPol Indonesia), Wildan Pramoedya (praktisi bigdata dan riset), Prof Dr Agus Sukristyanto MS (pengamat politik), Novri Susan MA, PhD (pakar spesialis branding), Kang Maman (Maman Suherman), dan Cak Lontong (bintang tamu launching Teknopol).
Rentang waktu menuju pelaksana pemilu yang masih sekitar lima bulan lagi membuat persaingan semakin ketat dan butuh kejelian dalam pemetaan pemilih, penentuan matematika politik, sebaran wilayah basis-lawan, hingga penentuan strategi pola pemenangan yang cermat, agar lolos ke Senayan ataupun dilantik jadi dewan di provinsi maupun kabupaten/kota.
Menjawab solusi atas kebutuhan itu, iPol Indonesia melakukan soft launching dengan merilis Teknologi Politik "Teknopol" di Jakarta, Kamis (22/11/2018).
CEO Ipol Indonesia, Petrus Hariyanto menjelaskan software pemenangan pemilu yang dibuatnya menggabungkan konsep implementasi ICT berdasarkan kebutuhan dan kondisi faktual pergerakan relawan di lapangan.
"Sistem bernama Teknopol ini menggunakan system web based (ICT), komunikasi bergerak (mobile apps), disertai Big Data iPol Analitik yang mampu mengolah data matematika politik, serta teknik statistik dalam membaca dan mendesain peluang kontestasi dan pemenangan Legislatif 2019," tutur Petrus.
Fungsi utama Teknopol adalah membangun sinergi antara kekuatan politik dan kekuatan strategi pemenangan melalui pengolahan data. Dengan memanfaatkan sistem ini, peta dan kekuatan kompetitor mudah diketahui, strategi pemenangan lebih terarah, proses kampanye terukur. Teknopol juga menghadirkan pola penggalangan suara menjadi lebih akurat karena menggunaakan basis data pemilih yang sebelumnya telah di agitasi oleh relawan sehinga hasil pemilu/pilkada lebih cepat diketahui.
Lamanya kampanye membuat para caleg berlomba melakukan aktivitas untuk memikat pemilih. Ada yang sibuk pencitraan, mulai pemasangan atribut, kunjungan, hingga konsolidasi internal partai, dan menemui pemilih. Ada yang senang dengan melakukan survei hingga door to door kampanye.
"Semua aktivitas itu pasti berdampak pada implikasi waktu, tenaga dan biaya, padahal di saat bersamaan, calon pemilih disuguhkan dengan pola dan konten yg hampir sama dari semua caleg," tuturnya.
Menurut dia, strategi kampanye dan pola pemenangan yang ideal adalah mengombinasikan antara kemampuan membaca data, mengolah, menganalisa perolehan suara Pileg 2014 dan sebaran wilayahnya, lalu digabungkan dengan pembentukan tim ahli strategi dan relawan pemenangan yang menguasai jaringan dan territorial.
Kemudian pergerakan (hard campaign) dan sosialiasi atau kunjungan (soft campaign). Pola ini harus diimbangi dengan sebaran alat peraga kampanye yang proporsional dengan konten yang kreatif.
Menurut dia, di masa seperti ini para caleg akan kesulitan untuk menentukan strategi penggalangan massa dan suara. Justru yang sering terjadi, para caleg hanya membuang waktu dan energi untuk kampanye yg tidak efektif dan menghabiskan biaya.
"Untuk Kalah Pileg 2019 saja butuh biaya, apalagi untuk menang? Jika tidak konsep matang dengan kerja terencana-terukur-akurat-terkendali dan ter-update maka akan sia-sia kerja pemenangan si caleg," ujarnya
iPol Indonesia, kata dia, siap memberikan solusi cerdas memenangkan kompetisi bersama enam divisi iPol Indonesia. Mulai dari iPol Technology, iPol Riset, iPol Big Data Analytic, iPol Institute, IPol Communications, dan iPol Institute.
Dalam rangkaian rilis aplikasi Teknologi Politik (Teknopol), iPol Indonesia akan menggelar Grand Launching Teknopol dan seminar bertema Caleg Jadi Bukan Jadi Caleg yang akan digelar di Hotel Sultan, Sabtu 8 Desember 2018 pukul 08.00-15.00 WIB.
Dalam acara yang juga akan dihadiri oleh ketua umum, sekjen ataupun Bappilu partai politik peserta Pemilu 2019. Tampil sebagai Pembicara antara lain Petrus Hariyanto (CEO iPol Indonesia), Wildan Pramoedya (praktisi bigdata dan riset), Prof Dr Agus Sukristyanto MS (pengamat politik), Novri Susan MA, PhD (pakar spesialis branding), Kang Maman (Maman Suherman), dan Cak Lontong (bintang tamu launching Teknopol).
(dam)