Produk Unggulan Narapidana Dipamerkan di Trade Expo Indonesia 2018
A
A
A
JAKARTA - Para narapidana (napi) memamerkan karyanya di Trade Expo Indonesia Tahun 2018 yang digelar di Indonesia Convention Exhibition Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten, 14-28 Oktober 2018.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Sri Puguh Budi Utami menuturkan kegiatan ini akan menjadi sarana strategis bagi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Pas) untuk mempromosikan produk unggulan narapidana dan berharap ada investor yang menanam modalnya.
“Saya berharap dengan ikut sertanya Ditjen Pas dalam acara ini akan bisa mempublikasikan program pembinaan kemandirian narapidana kepada masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri,” kata Sri dalam siaran pers Ditjen Pas, Kementerina Hukum dan HAM kepada SINDOnews, Rabu (24/10/2018).
Dia menjelaskan, Ditjen Pas sudah dua kali berpartisipasi dalam acara ini. "Promosi dan sosialisasi dari kita tantunya akan lebih baik dari tahun sebelumnya”, tangkas Utami.
Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi Ditjen Pas, Harun Sulianto mengatakan produk-produk unggulan narapidana yang ditampilkan dalam Trade Expo Indonesia 2018 antara lainkursi rotan sintetis dari Lapas Narkotika Cirebon, ayunan rotan sintetis dari Lapas Kelas I Cirebon, mebel dari Lapas Porong, batik dari Lapas Semarang, Lapas Narkotika Nusakambangan dan Lapas Cipinang.
Adapula tas batik dari Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Semarang, hiasan tiga dimensi dari LPP Jakarta, penebah dari LPP Malang, kopi Jeera dan kerajinan kulit dari Rutan Cipinang, tikar kayu dari Lapas Pontianak, kerajinan cukli dari Bapas Nusa Tenggara Barat, tas anyaman dari LPP Mataram.
Ada pula kerajinan kayu dari Lapas Banyuwangi, agenda tapis dan kerudung tapis dari LPP Lampung, kalung batik dari LPP Yogyakarta, sarung soft ball dari Lapas Ambarawa, kaligrafi dari Lapas Madiun, lukisan getah nyatu dari Rutan Palangkaraya, kaos residivis dari eks Narapidana Lapas Banceuy, batik dari Rutan Sumenep, meja akar dari Lapas Kembang Kuning Nusakambanga, serta Bola Kaki dari Lapas Kelas I Cirebon.
“Lapas Industri harus dibangkitkan kembali mengingat persaingan regional. Diharapkan dengan lapas sebagai sentra industri dapat menyokong produktivitas masyarakat sekitar sekaligus meningkatkan kapasitas sumber daya khususnya Narapidana," tutur Utami.
Menurut dia, kegiatan tersebut merupakan partisipasi aktif lembaga pemasyarakatan dalam membangun perekonomian bangsa melalui hasil karya narapidana.
"Menuju lapas produktif yang memproduksi karya narapidana yang dapat bersaing di pasar nasional maupun internasional. Telah terbukti dengan adanya produksi dari lapas yang sudah di impor ke luar negeri," tuturnya.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Sri Puguh Budi Utami menuturkan kegiatan ini akan menjadi sarana strategis bagi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Pas) untuk mempromosikan produk unggulan narapidana dan berharap ada investor yang menanam modalnya.
“Saya berharap dengan ikut sertanya Ditjen Pas dalam acara ini akan bisa mempublikasikan program pembinaan kemandirian narapidana kepada masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri,” kata Sri dalam siaran pers Ditjen Pas, Kementerina Hukum dan HAM kepada SINDOnews, Rabu (24/10/2018).
Dia menjelaskan, Ditjen Pas sudah dua kali berpartisipasi dalam acara ini. "Promosi dan sosialisasi dari kita tantunya akan lebih baik dari tahun sebelumnya”, tangkas Utami.
Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi Ditjen Pas, Harun Sulianto mengatakan produk-produk unggulan narapidana yang ditampilkan dalam Trade Expo Indonesia 2018 antara lainkursi rotan sintetis dari Lapas Narkotika Cirebon, ayunan rotan sintetis dari Lapas Kelas I Cirebon, mebel dari Lapas Porong, batik dari Lapas Semarang, Lapas Narkotika Nusakambangan dan Lapas Cipinang.
Adapula tas batik dari Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Semarang, hiasan tiga dimensi dari LPP Jakarta, penebah dari LPP Malang, kopi Jeera dan kerajinan kulit dari Rutan Cipinang, tikar kayu dari Lapas Pontianak, kerajinan cukli dari Bapas Nusa Tenggara Barat, tas anyaman dari LPP Mataram.
Ada pula kerajinan kayu dari Lapas Banyuwangi, agenda tapis dan kerudung tapis dari LPP Lampung, kalung batik dari LPP Yogyakarta, sarung soft ball dari Lapas Ambarawa, kaligrafi dari Lapas Madiun, lukisan getah nyatu dari Rutan Palangkaraya, kaos residivis dari eks Narapidana Lapas Banceuy, batik dari Rutan Sumenep, meja akar dari Lapas Kembang Kuning Nusakambanga, serta Bola Kaki dari Lapas Kelas I Cirebon.
“Lapas Industri harus dibangkitkan kembali mengingat persaingan regional. Diharapkan dengan lapas sebagai sentra industri dapat menyokong produktivitas masyarakat sekitar sekaligus meningkatkan kapasitas sumber daya khususnya Narapidana," tutur Utami.
Menurut dia, kegiatan tersebut merupakan partisipasi aktif lembaga pemasyarakatan dalam membangun perekonomian bangsa melalui hasil karya narapidana.
"Menuju lapas produktif yang memproduksi karya narapidana yang dapat bersaing di pasar nasional maupun internasional. Telah terbukti dengan adanya produksi dari lapas yang sudah di impor ke luar negeri," tuturnya.
(dam)