Jokowi: Gila Bro Presiden Loncat dari Motor, Itu Stuntman
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, di tahun politik ini akan selalu muncul kontestasi yang akan diikuti dengan kompetisi dan rivalitas.
Jokowi ingin agar kontestasi ini tidak boleh menimbulkan kegaduhan dan permusuhan, kebencian, kedengkian, tidak saling mencela, tidak harus selalu menfitnah.
Dia pun mencontohkan kontestasi yang baik pada Asian Games 2018 kemarin. Pada Asian Games ini para atlet bersatu untuk memenangkan Indonesia, walaupun berbeda-beda tetapi memberikan yang terbaik bagi Indonesia.
"Kalau kita bersatu itu tidak pernah berbicara lagi yang namanya suku, agama, kita hanya berbicara satu, Indonesia Raya, Merah Putih. Tapi yang ramai, pas saya naik motor. Harusnya yang diramaiin itu prestasinya. Naik motor kok diramaiin," kata Jokowi di Kampus UKI, Jakarta, Senin (15/10/2018).
Masalah stuntman itu yang sangat disayangkan oleh Jokowi. Mengapa dirinya yang berperan menaiki motor malah lebih diramaikan ketimbang prestasi atlet.
"Diramaiin itu yang melompat. Ya itu stuntman, dong. Masa iya Presiden meloncat seperti itu, mana ada. Masa suruh meloncat sendiri, gila bro. Mestinya kita itu apresiasi atlet-atlet kita, baik Asian Games dan Para Games, bukan Presiden lombat dicari kesalahannya," jelasnya.
Presiden ke 7 Indonesia ini juga menginginkan kontestasi politik dapat diwarnai dengan kegembiraan, serta narasi yang sejuk dan menampilkan ide-ide untuk kemajuan bangsa serta gagasan-gagasan untuk kemajuan, serta program-program untuk Indonesia maju, sehingga dapat memperkokoh Bhinneka Tunggal Ika.
"Ini sebetulnya yang kita ingin tengarai dalam kontestasi politik kita. Supaya dapat menyadarkan bapak ibu dan saudara semuanya, bahwa negara kita adalah negara besar, dengan perbedaan-perbedaan yang banyak, baik suku, bahasa, agama, tradisi, adat," jelasnya.
Selain itu dirinya mengungkapkan, Indonesia memiliki 714 suku dan 1.100 bahasa. Sehingga, perbedaan tersebut justru dapat mengokohkan persatuan Indonesia.
"Oleh karena itu saya pesan, saya titip, jangan sampai karena pilihan bupati, karena pilihan wali kota, karena pilihan gubernur, karena pilihan presiden, kita seolah-olah terbelah-belah dan terpecah-pecah," pungkasnya.
Jokowi ingin agar kontestasi ini tidak boleh menimbulkan kegaduhan dan permusuhan, kebencian, kedengkian, tidak saling mencela, tidak harus selalu menfitnah.
Dia pun mencontohkan kontestasi yang baik pada Asian Games 2018 kemarin. Pada Asian Games ini para atlet bersatu untuk memenangkan Indonesia, walaupun berbeda-beda tetapi memberikan yang terbaik bagi Indonesia.
"Kalau kita bersatu itu tidak pernah berbicara lagi yang namanya suku, agama, kita hanya berbicara satu, Indonesia Raya, Merah Putih. Tapi yang ramai, pas saya naik motor. Harusnya yang diramaiin itu prestasinya. Naik motor kok diramaiin," kata Jokowi di Kampus UKI, Jakarta, Senin (15/10/2018).
Masalah stuntman itu yang sangat disayangkan oleh Jokowi. Mengapa dirinya yang berperan menaiki motor malah lebih diramaikan ketimbang prestasi atlet.
"Diramaiin itu yang melompat. Ya itu stuntman, dong. Masa iya Presiden meloncat seperti itu, mana ada. Masa suruh meloncat sendiri, gila bro. Mestinya kita itu apresiasi atlet-atlet kita, baik Asian Games dan Para Games, bukan Presiden lombat dicari kesalahannya," jelasnya.
Presiden ke 7 Indonesia ini juga menginginkan kontestasi politik dapat diwarnai dengan kegembiraan, serta narasi yang sejuk dan menampilkan ide-ide untuk kemajuan bangsa serta gagasan-gagasan untuk kemajuan, serta program-program untuk Indonesia maju, sehingga dapat memperkokoh Bhinneka Tunggal Ika.
"Ini sebetulnya yang kita ingin tengarai dalam kontestasi politik kita. Supaya dapat menyadarkan bapak ibu dan saudara semuanya, bahwa negara kita adalah negara besar, dengan perbedaan-perbedaan yang banyak, baik suku, bahasa, agama, tradisi, adat," jelasnya.
Selain itu dirinya mengungkapkan, Indonesia memiliki 714 suku dan 1.100 bahasa. Sehingga, perbedaan tersebut justru dapat mengokohkan persatuan Indonesia.
"Oleh karena itu saya pesan, saya titip, jangan sampai karena pilihan bupati, karena pilihan wali kota, karena pilihan gubernur, karena pilihan presiden, kita seolah-olah terbelah-belah dan terpecah-pecah," pungkasnya.
(maf)