BNPT Ajak Mahasiswa Ikut Bendung Paham Radikal
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius terus memotivasi mahasiswa mengenai wawasan kebangsaan dan rasa cinta Tanah Air.
Kali ini, Suhardi memberikan kuliah umum kepada mahasiswa baru Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Tahun 2018 di Gedung Graha Sabha UGM, Yogyakarta, Selasa 25 September 2018.
“Rasa cinta Tanah Air harus terus diberikan kepada generasi muda. Ini penting agar mereka tidak terpengaruh infiltrasi paham-paham yang menggerus ke-Indonesia anak bangsa,” ujar tutur Suhardi.
Dia mengharapkan pemuda sebagai generasi masa depan bangsa bisa menjadi seorang yang profesional hebat, mempunyai wawasan kebangsaan yang mumpuni serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat.
Baginya, generasi muda harus dibekali dengan knowledge dan skill yang andal. Lebih penting lagi, anak muda juga harus memiliki nilai moral dan etika."Ibarat matahari, kami adalah matahari yang akan terbenam, sedangkan kalian adalah fajar yang akan menyingsing,” ungkapnya.
Suhardi kembali menegaskan betapa bahayanya ancaman paham radikal. Kendati demikian dia juga menggarisbawahi pengertian radikal.
Suhardi mengaku pernah diprotes seorang profesor tentang penyebutan kata radikal yang tidak selamanya berarti negatif.
Menurut dia, radikal juga dapat bermakna positif. Karena itu, BNPT membagi makna radikal yang negatif menjadi empat, yaitu anti-Pancasila, intoleransi, anti-NKRI dan paham takfiri atau suka mengkafir-kafirkan sesama muslim yang bukan kelompoknya.
Dia mengungkapkan paham radikal yang negatif, melihat dan memanfaatkan berbagai peluang untuk menyebarkan propagandanya terutama melalui media sosial.
Untuk membendung pemikiran radikal terorisme itu, Kepala BNPT mengimbau agar seluruh lapisan masyarakat terlibat secara nyata, terutama para mahasiswa yang nantinya akan menjadi calon-calon pemimpin masa depan.
"Mari kita isi kehidupan ini dengan kebaikan, fastabiqul khairat, marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Mari kita bersama-sama rapatkan barisan, mari kita bersama-sama membangun bangsa, agar tidak ada lagi tempat bagi radikalisme,” tutur Suhardi.
Ditemui di tempat yang sama, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono menyambut baik kuliah umum yang diberikan Kepala BNPT.
"UGM menyambut baik sinergitas yang berjalan dengan BNPT, karena BNPT lah yang tahu bagaimana kondisi dan perkembangan kelompok radikal teroris. Apa yang disampaikan oleh Kepala BNPT tentang resonansi kebangsaan dan bahaya radikalisme sangat penting untuk menyakinkan kepada mahasiswa baru akan jati diri UGM,” tutur Panut.
Dia menuturkan, UGM selalu memperhatikan berbagai kegiatan mahasiswa sehingga termonitoring dengan baik. Semua dilakukan dalam rangka melakukan pencegahan paham-paham negatif yang masuk kepada mahasiswa dan dosen.
"Selain memperhatikan berbagai kegiatan mahasiswa di lingkungan kampus, kita juga memasukkan kuririkulum terkait bahaya radikalisme dan tentu saja wawasan kebangsaan sebagai bekal mahasiswa ketika nanti kembali ke masyarakat," tutupnya.
Kali ini, Suhardi memberikan kuliah umum kepada mahasiswa baru Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Tahun 2018 di Gedung Graha Sabha UGM, Yogyakarta, Selasa 25 September 2018.
“Rasa cinta Tanah Air harus terus diberikan kepada generasi muda. Ini penting agar mereka tidak terpengaruh infiltrasi paham-paham yang menggerus ke-Indonesia anak bangsa,” ujar tutur Suhardi.
Dia mengharapkan pemuda sebagai generasi masa depan bangsa bisa menjadi seorang yang profesional hebat, mempunyai wawasan kebangsaan yang mumpuni serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat.
Baginya, generasi muda harus dibekali dengan knowledge dan skill yang andal. Lebih penting lagi, anak muda juga harus memiliki nilai moral dan etika."Ibarat matahari, kami adalah matahari yang akan terbenam, sedangkan kalian adalah fajar yang akan menyingsing,” ungkapnya.
Suhardi kembali menegaskan betapa bahayanya ancaman paham radikal. Kendati demikian dia juga menggarisbawahi pengertian radikal.
Suhardi mengaku pernah diprotes seorang profesor tentang penyebutan kata radikal yang tidak selamanya berarti negatif.
Menurut dia, radikal juga dapat bermakna positif. Karena itu, BNPT membagi makna radikal yang negatif menjadi empat, yaitu anti-Pancasila, intoleransi, anti-NKRI dan paham takfiri atau suka mengkafir-kafirkan sesama muslim yang bukan kelompoknya.
Dia mengungkapkan paham radikal yang negatif, melihat dan memanfaatkan berbagai peluang untuk menyebarkan propagandanya terutama melalui media sosial.
Untuk membendung pemikiran radikal terorisme itu, Kepala BNPT mengimbau agar seluruh lapisan masyarakat terlibat secara nyata, terutama para mahasiswa yang nantinya akan menjadi calon-calon pemimpin masa depan.
"Mari kita isi kehidupan ini dengan kebaikan, fastabiqul khairat, marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Mari kita bersama-sama rapatkan barisan, mari kita bersama-sama membangun bangsa, agar tidak ada lagi tempat bagi radikalisme,” tutur Suhardi.
Ditemui di tempat yang sama, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono menyambut baik kuliah umum yang diberikan Kepala BNPT.
"UGM menyambut baik sinergitas yang berjalan dengan BNPT, karena BNPT lah yang tahu bagaimana kondisi dan perkembangan kelompok radikal teroris. Apa yang disampaikan oleh Kepala BNPT tentang resonansi kebangsaan dan bahaya radikalisme sangat penting untuk menyakinkan kepada mahasiswa baru akan jati diri UGM,” tutur Panut.
Dia menuturkan, UGM selalu memperhatikan berbagai kegiatan mahasiswa sehingga termonitoring dengan baik. Semua dilakukan dalam rangka melakukan pencegahan paham-paham negatif yang masuk kepada mahasiswa dan dosen.
"Selain memperhatikan berbagai kegiatan mahasiswa di lingkungan kampus, kita juga memasukkan kuririkulum terkait bahaya radikalisme dan tentu saja wawasan kebangsaan sebagai bekal mahasiswa ketika nanti kembali ke masyarakat," tutupnya.
(dam)